Assalamualaikum, dan selamat pagi selasa...
Semoga dalam lindungan Allah SWT dan setiap urusan dilancarkan, Aamiin...
Sesuai janji, Aldrich update hari ini. So, enjoy ya...
***
"Yo! Calon pengantin!" teriakan dari sudut ruangan kafe itu membuat Aldrich yang baru saja masuk, menoleh. Kakinya melangkah mendekat kearah Mario dan Roy yang sudah berdiri bersiap menyambutnya.
"Assalamualaikum..." sapanya kalem.
Mario dan Roy berpandangan, lalu tertawa salah tingkah. Keduanya hampir lupa bahwa yang berada didepan mereka saat ini adalah Aldrich Adyastha yang sebentar lagi berusia tiga puluh satu tahun yang sudah rajin sholat dan mengaji, bukan Aldrich Adyastha yang masih berkubang di alam jahiliyahnya.
"Wa...wa'alaikumussalam..."
"Duduk bro, duduk!" Roy menarik Aldrich untuk duduk. Aldrich memperhatikan sekitar dengan seksama, tempat ini masih sama dengan tiga tahun yang lalu. Warna dinding, lukisan-lukisan yang terpajang bahkan kursi yang menjadi tempat favorit mereka. Yang berbeda saat ini hanya satu, ketidakhadiran Tristan diantara mereka.
Bohong jika Aldrich mengatakan ia tak merindukan Tristan. Meskipun masa-masa persahabatan mereka dulu lebih banyak diisi dengan hal-hal yang memudharatkan, tapi tak bisa dipungkiri Aldrich tetap mengenang sahabatnya yang satu itu. Ia pernah berusaha beberapa kali menemui Tristan dan ingin meminta maaf atas apa yang telah terjadi meskipun menurut Mario dan Roy ia tak bersalah sama sekali. Tapi Tristan tak pernah sudi menemuinya. Bagi Aldrich sekarang, meminta maaf tak membuat seseorang itu lemah. Meminta maaf tak perlu dilihat siapa yang bersalah. Mungkin memang Tristan yang menghancurkan persahabatan mereka, tapi mungkin saja Tristan melakukan itu karena Aldrich yang pernah mencabar kesabarannya.
Sepengetahuan Aldrich, saat ini Tristan sedang berada di Australia dan meneruskan karirnya disana. Dari tiga tahun yang lalu hingga sekarang, Aldrich terus memantau gerak-gerik Tristan. Penyebabnya apa lagi kalau bukan Almeera? Selagi Almeera belum menikah, gadis itu berada dibawah perlindungannya karena ia sangat mengenal Tristan. Pria itu pasti akan mendapatkan apa yang ia inginkan dengan cara apa sekalipun.
Persis dirinya.
"Gak nyangka gue, seorang Aldrich Adyastha yang dulunya berkoar-koar mengatakan gak mau diperbudak pernikahan, akhirnya bakal nikah juga! Salute Ma Men!" Roy mengacungkan kedua jempolnya tinggi-tinggi.
Aldrich tertawa. "People changed, Roy!"
Roy dan Mario mengangguk-angguk geli.
"Kalian berdua kapan nyusul gue?" tanya Aldrich. Ia menyilangkan kaki dengan santai dan menyeruput cappuccino yang baru saja diantarkan waitress ke meja mereka.
Roy dan Mario mendesah panjang. Kening Aldrich berkerut begitu melihat wajah kedua sahabatnya yang tiba-tiba menua sepuluh tahun hanya karena pertanyaan sepele darinya. "What's up? Apa gue melewatkan sesuatu?"
"Ya! Elo terlalu sibuk dengan Almeera sampai lupa sama dua sahabat lo yang hidupnya nelangsa ini!" Mario berdecak dramatis.
"Kenapa?"
Roy mengedikkan bahu. "Lo mending gak usah tahu. Doain aja kita supaya pujaan hati kita nerima kita..."
Aldrich tak habis pikir. Setahunya, tiga tahun terakhir Roy masih tetap gencar mengejar Axel meskipun adiknya itu seolah ilfeel pada Roy. Dan Mario...ia tak tahu Mario ternyata menyukai seorang perempuan karena selama ini pria itu tampak easy going saja dengan hidupnya. Roy dan Mario masih seperti biasa, hanya saja kebiasaan mereka ke klub malam dan minum minuman keras sudah lama mereka tinggalkan, tepatnya begitu Aldrich mulai tobat pasca kecelakaan tiga tahun yang lalu. Alhamdulillah...
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Almeera (SELESAI)
EspiritualBagi Aldrich Adyastha yang memiliki segalanya, memenangkan pertaruhan dengan ketiga sahabatnya untuk mendapatkan seorang Azkayra Almeera tentu bukanlah perkara sulit. Cukup petik jari, sudah dipastikan gadis itu bertekuk lutut di bawah kakinya. Seti...