Para pembaca yang tercinta, saya minta maaf sebab sangaaat jarang update. Real life saya sebulan ini agak sibuk dan padat aktivitas, jadi harap maklum yaa...
Enjoy Aldrich & Almeera!
***
Pesantren Al-Furqan, Semarang
Tiga tahun kemudian...
Suara azan subuh berkumandang dari kubah masjid pesantren. Aldrich menutup Al-Qur'an terjemahnya dan kembali meletakkannya diatas meja. Pria itu segera merapikan baju koko dan peci, lalu keluar dari kamar untuk menunaikan sholat subuh berjamaah.
Hawa dingin menyapa tubuhnya begitu ia membuka pintu. Bau tanah dan dedaunan yang dibasahi embun merasuk kedalam indra penciumannya, ini aroma kesukaannya selama dua tahun ini. Aroma alam ini seakan mengucapkan salam subuh padanya. Seolah mendoakannya agar tetap istiqomah, dan membisikkan ke telinganya bahwa dia benar – benar sudah berhasil terlahir kembali sebagai seorang Aldrich Rahagi Adyastha yang baru.
Ia tersenyum saat beberapa orang santri menyapanya. Beberapa orang dari mereka malah menanyakan apakah tidurnya nyenyak tadi malam. Ada – ada saja, tapi perhatian – perhatian kecil seperti itu yang membuatnya semakin betah berada disini.
Lantunan azan Yusuf—salah satu santri kepercayaan kyai Muhsin akhirnya selesai. Aldrich tiba di masjid saat para jamaah sedang mendirikan sholat sunah fajar. Ia segera membentangkan sajadah dan ikut mendirikan sholat, tak ingin melewatkan kesempatan memenangkan yang lebih baik dari dunia dan seisinya.
Yusuf melantunkan iqamat, Ustadz Malik—salah seorang ustadz pesantren maju kedepan untuk menjadi imam. Pesantren Al-Furqon memang seperti ini, meskipun kyai juga sholat berjamaah di masjid ini, tapi kyai besar itu tetap meminta para ustadz lainnya untuk bergantian menjadi imam.
Lantunan ayat – ayat dari surah Al-Mulk yang dibaca ustadz Malik sangat menyentuh hati Aldrich. Surah ini adalah surah favoritnya yang merupakan surah pertama yang dihapalnya begitu menginjakkan kaki di pesantren ini. Ia merasa tersindir saat pertama kali membaca terjemahan dari setiap kata – katanya lalu memutuskan untuk menghafalnya sebagai pengingat dan peringatan bagi dirinya sendiri. Tak perlu berargumen panjang lebar, hanya dalam satu surah saja Allah menyentilnya dengan sangat telak bahwa dia hanyalah makhluk lemah dan tak berdaya tanpa pertolongan dan kasih sayang-Nya. Allah seakan berkata bahwa segala yang dilakukannya di masa lalu mulai dari bobroknya mental sampai keingkarannya atas kebesaran Allah akan dibalas dengan penghinaan dahsyat berupa siksaan neraka di akhirat kelak. Tapi Allah juga kembali menghibur hatinya dengan mengatakan bahwa apabila dia kembali ke jalan yang ridhai-Nya, maka ia akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Ia sudah ketinggalan terlalu jauh. Saat para santri yang masih belia sudah menghapal ratusan hadis, dia baru mulai terbata – bata menghafal huruf hijaiyyah. Saat semua orang bangun di sepertiga malam untuk mendirikan sunnah tahajjud, dia bahkan baru mulai merangkak dan tertatih belajar mendirikan sholat fardhu dengan baik dan benar. Dan setelah dua tahun menjadi santri pesantren Al-Furqan ini, dia akhirnya berhasil menghafal tujuh juz Al-Qur'an dengan perjuangan mati – matian di antara kesibukan belajar agama dan mengurus resort saat Alisya bahkan sudah hapal lima belas juz Al-Qur'an di usianya yang masih sebelas tahun.
Luar biasa! Tapi Aldrich tetap bersyukur. Kyai Muhsin, Ummi Fatma, asaatidz dan para santri sangat banyak membantu dan memberinya semangat agar tetap istiqomah. Mereka tak pernah sekalipun memandang rendah dan menghakimi masa lalunya sehingga dia selalu nyaman untuk menanyakan banyak hal yang tak dipahaminya. Hatinya tak pernah merasa lebih tenang dari sekarang.
Sholat subuh beserta wirid dan doa berakhir tiga puluh menit kemudian. Setelah selesai mendengarkan kuliah subuh dan membaca al-ma'tsurat, seluruh santri membubarkan diri dari masjid untuk mengawali hari. Ada yang mandi, ada yang membersihkan kamar, ada juga yang muraja'ah hafalan baik itu hafalan Al-Qur'an maupun pelajaran di kelas. Aldrich sendiri memilih talaqqi tentang masalah agama pada ustadz Zulkifli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Almeera (SELESAI)
SpiritualBagi Aldrich Adyastha yang memiliki segalanya, memenangkan pertaruhan dengan ketiga sahabatnya untuk mendapatkan seorang Azkayra Almeera tentu bukanlah perkara sulit. Cukup petik jari, sudah dipastikan gadis itu bertekuk lutut di bawah kakinya. Seti...