Aku double update ya... dianjurkan play mulmed terutama di bagian - bagian akhir.
Enjoy Aldrich & Almeera!
***
Special Aldrich's pov
Pernahkah kalian merasa tiba – tiba tak nyaman tanpa sebab? Jantung kalian sesak seakan ada yang sedang mencoba menarik paksa dari rongganya? Ingin berteriak dan menangis tapi tak tau apa yang ingin diratapi?
Aku sangat familiar dengan perasaan semacam itu. Belasan tahun aku hidup dengannya tapi kami tetap tak bisa akrab satu sama lain. Kejadian hari itu...hari dimana Austin tergeletak diatas dinginnya lantai marmer di bawah tangga rumah lama kami dengan kaki mengejang dan darah membanjiri kepalanya adalah hari pertama aku merasakan perasaan itu. Ya, adik yang kucintai menggelepar seperti ikan yang dikeluarkan dari dalam air saat dijemput kematian.
Aku tak pernah bisa melupakan kejadian itu. Austin mati dengan menyedihkan tepat di depan mataku karena keegoisanku sendiri. Padahal saat itu ia hanya meminta satu hal yang sama sekali tak sulit untuk kupenuhi. Dia tak meminta mainan baru, tak juga buku baru. Dia hanya ingin ikut denganku... hanya itu...
Penyesalan itu tak pernah berakhir hingga sekarang. Meski semua orang mengatakan bahwa Austin sudah baik – baik saja disana dan dia tak menyalahkanku atas apa yang menimpanya, tapi aku tetap tak percaya. Bagaimana mungkin dia tak menyalahkanku sedangkan aku tak mau memenuhi permintaan kecilnya? Dia pasti marah. Kalau dia tidak marah, kenapa dia tak pernah datang ke mimpiku sekali saja?
Aku merindukannya. Adik kecilku yang manja dan sangat mirip denganku. Aku seringkali membayangkan, seandainya dia masih berada di antara kami sekarang, akan seperti apakah dia? Apakah dia akan tampan dan jadi rebutan perempuan di luar sana? Apakah dia akan menjadi pilot seperti yang diimpikannya dulu? Atau...apakah dia akan tumbuh menjadi pria brengsek sama sepertiku?
Bagaimanapun dia, tapi satu hal yang aku tahu pasti. Kami pasti akan jadi saudara paling solid diatas muka bumi. Aku yang akan mengajarinya berkuda pertama kali seperti aku mengajari Axel dulu, aku juga yang akan membelanya jika Eyang bersungut karena ia lebih memilih pekerjaan lain daripada ambil andil di perusahaan pria itu itu, atau bisa jadi...aku juga akan jadi penyemangatnya saat ia patah hati karena diputuskan kekasihnya.
Benar, aku selemah itu. Raut dingin dan datar yang kutampilkan selama ini hanyalah kamuflase dari segala rasa sakit yang kutanggung karena kesalahanku di masa lalu. Tak ada yang tahu tentang itu kecuali Eyang, Papa, Axel, dan beberapa orang pembantu yang dulu pernah bekerja pada kami. Bahkan ketiga sahabatku-pun tak tahu tentang itu. Keluargaku menyimpan rapat – rapat rahasia itu. Selama ini mereka berpikir aku takut berkomitmen karena pengkhianatan 'wanita' yang sama sekali tak ingin kuingat terhadap Papaku. Wanita yang sialnya menyandang status sebagai ibuku.
Mereka tak pernah tahu, rasa takutku jauh melebihi apa yang mereka sangka...
Meeting yang menyebalkan ini akhirnya selesai. Satu setengah jam yang terlewati terasa seperti satu setengah abad. Tapi ini jauh lebih baik daripada ide hanya merenung seharian menunggu sore di dalam kamar seperti yang dikatakan Axel. Setidaknya, waktuku jadi sedikit bermanfaat meskipun kuakui sejak tadi kepalaku tak sedikitpun tertuju pada materi meeting.
"Bereskan semua, Ab. Saya ingin semua hasil meeting tadi sudah berada di meja saya paling lambat besok pagi." Aku melirik pada Abra yang dengan cekatan merapikan berkas – berkas diatas meja. Sekretarisku itu hanya mengangguk singkat.
"Bos jadi pulang awal hari ini?" tanyanya.
Aku diam – diam mengulum senyum. Tentu saja! Aku sudah hampir dua minggu ini seperti orang gila merindukan Almeera, diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dan meminta maaf jelas tak akan kusia – siakan begitu saja kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Almeera (SELESAI)
SpiritualBagi Aldrich Adyastha yang memiliki segalanya, memenangkan pertaruhan dengan ketiga sahabatnya untuk mendapatkan seorang Azkayra Almeera tentu bukanlah perkara sulit. Cukup petik jari, sudah dipastikan gadis itu bertekuk lutut di bawah kakinya. Seti...