54 - Resepsi

102K 8.8K 511
                                    

Assalamualaikum dan selamat malaam...

Karena banyak yang minta, Aldrich dan Almeera update malam ini...

WARNING! MASIH PART MANIS, SO SIAPKAN HATI.

BAPER DITANGGUNG SENDIRI! Haaaa...

***

Pesantren Al-Furqan riuh rendah dengan sholawat dan nasyid. Kedua pengantin bergandengan tangan keluar dari peraduan. Azkayra Almeera begitu bersinar, dan Aldrich dengan gagahnya menuntun sang istri menuju pelaminan disebelah kanan tempat khusus tamu perempuan.

Kebahagiaan begitu nyata terasa. Kyai Muhsin tersenyum melihat bagaimana sang menantu memperlakukan putrinya dengan begitu baik. Aldrich baru melepaskan Almeera setelah istrinya itu benar-benar duduk dengan sempurna diatas kursi. Pria itu bahkan masih sempat-sempatnya membetulkan kerudung Almeera yang sedikit tersangkut dengan gaun pengantin dan mengelus pelan puncak kepala istrinya sebelum berbaur dengan para tamu lelaki.

Nasyid mengalun. Para tamu bercengkrama sambil menikmati hidangan. Roy, Mario dan Abra yang duduk di meja bagian belakang ikut takjub dengan suasana pernikahan Aldrich dan Almeera. Meskipun tak diadakan di gedung mewah, namun suasana kekeluargaannya begitu terasa.

"Ckckck...liat Opa gue, udah ngalahin tuan rumah aja ketawa ngakak kayak gitu..." Mario mencibir Eyangnya yang kebetulan sedang duduk bersama seorang kakek-kakek berbaju batik yang hampir sebaya dengannya. Tawanya begitu lepas dan lebar, tawa yang sangat jarang dilihat Mario.

"Kalau gue nikah sama baby Axel, gue juga mau suasana kayak begini. Kondangan di gedung udah mainstream ya..." Roy berceletuk.

Mario memutar bola mata sementara Abra tak kuasa menahan tawa. Roy masih saja ngebet mengejar-ngejar Axel meskipun anak gadis dokter Adrian itu sudah menolaknya mentah-mentah, bahkan seringkali melemparkan sumpah serapah. Benar-benar gigih!

"Kata dokter Axel kan dia tidak sudi menikah dengan Mas!"

Roy mendelik. "Bukan tidak sudi, tapi jual mahal! Baby Axel gue kan gengsinya tinggi!"

"Bukan gengsinya yang tinggi Mas, tapi standarnya yang tinggi. Kalau betulan suka sama dia lebih baik Mas tobat dulu..."

"Kayak Aldrich gitu maksud lo?"

"Ya."

Mario tergelak. Roy menghembuskan napas panjang. "Susah Ab! Gue bisa tahan kalau cuma sekedar gak minum atau gak bobok bareng sama cewek. Tapi buat sholat atau puasa yang rajin kayak Aldrich, nanti dulu lah..."

"Nanti kapan lagi Mas? Yakin umurnya masih sampai nanti?"

"Sialan lo!"

"Makanya kalau saya atau Bos ngajak pengajian jangan banyak alasan Mas. Kalau bukan sekarang kapan lagi mau berubah? Dokter Axel itu makin lama semakin berumur, yang minat juga banyak, kalau dia jatuh hati pada lelaki lain bagaimana?"

"Mulut lo ya? Minta ditabok kayaknya..."

Abra kemudian mengedikkan bahu, memilih kembali menikmati acara sambil makan buah. Tamu-tamu makin ramai berdatangan. Kyai Muhsin dan Ummi Fatma jelas merupakan orang yang paling sibuk diacara pernikahan anak bungsu mereka.

--oOo--

Pengantin kembali masuk ke dalam rumah begitu jam menunjukkan pukul setengah dua belas. Acara kembali dilanjutkan ba'da sholat zhuhur. Aldrich membersihkan diri bersiap untuk berangkat ke masjid sedangkan Almeera diseret Axel dan Ashley untuk berfoto bersama. Axel sepertinya ingin puas-puas mengambil gambar dan mengobrol dengan Almeera sebelum kakak iparnya itu dimonopoli oleh suaminya.

Assalamualaikum Almeera (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang