5 - Masjid dan Pertemuan Kedua

97.8K 8.1K 87
                                    

Aldrich mengendalikan stir mobilnya dengan satu tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldrich mengendalikan stir mobilnya dengan satu tangan. Sementara tangannya yang lain sibuk bergerilya dengan ponsel ditangannya. Sore mulai turun menghampiri langit Jakarta. Tak ada rona jingga seperti biasa. Hanya titik-titik air yang mulai deras menerpa kaca mobilnya. Suasana jalan raya weekend ini tetap padat meskipun cuaca dilangit tampak tak bersahabat. Tak hanya jalanan yang padat, pusat perbelanjaan dan wahana permainan yang tadi dilewatinya juga masih terlihat ramai. Banyak keluarga yang menghabiskan waktu bersama anak-anak dan keluarga mereka.

Pundi-pundi kekayaan Eyangnya pasti naik berkali-kali lipat, karena percaya atau tidak keluarganya juga memiliki banyak pusat perbelanjaan dan wahana permainan dan akuarium yang tersebar tak hanya di Indonesia, tapi juga di Singapura, Malaysia, Jepang dan Australia. Central Primaganda Mall dan Primaganda Wonderland and Seaworld. Pria Tua itu memang gila. Insting bisnisnya memang benar-benar luar biasa. Untuk hal yang satu itu, Aldrich tak bisa untuk tidak mengacungkan jempol.

Begitu melewati lampu merah, kemacetan yang sedari tadi padat perlahan mengurai. Pria itu menghela nafas lega seraya mulai menginjak pedal gasnya perlahan-lahan. Ia baru saja pulang dari Bramastya ranch, menunggang kuda bersama ketiga sahabatnya, Mario, Tristan dan Roy. Hampir dua bulan mereka tak menunggang kuda bersama. Bukan karena dirinya yang terlalu sibuk, tapi karena terkadang salah satu dari mereka berhalangan ikut. Terutama Tristan dan Roy.

Tristan Adiputra atau yang seringkali dikenal sebagai Tristan Lou adalah seorang pelukis 'jenius' di Indonesia. Pria blasteran Indonesia - Tionghoa itu mewarisi gen kental sebagai seniman dari kakeknya. Kakeknya adalah pengrajin keramik yang namanya sudah tak perlu diragukan lagi di tanah air. Untuk satu cangkir teh kecil saja diberandol dengan harga puluhan juta rupiah, apalagi jika itu adalah guci dan barang-barang semisalnya, bisa - bisa pelanggannya harus membayar seharga apartemen mewah di daerah Kemayoran. Untung saja Aldrich bukanlah penggila seni seperti kebanyakan orang.

Diumurnya yang masih belia, 23 tahun- Tristan sudah menjadi seniman yang diakui tak hanya di Indonesia, tapi juga di negara tetangga, Australia dan Singapura. Setiap goresan tangannya selalu menjadi mahakarya. Pria itu malah sudah memiliki galery seni sendiri sejak tiga tahun yang lalu. Dan saat ini ia sedang gencar-gencarnya berkeliling Asia karena dikontrak oleh beberapa stasiun televisi untuk menjadi juri di program - program kesenian, seperti Play with Paint, dan coloring life. Intensitas bertemu sahabat-sahabatnya jadi berkurang drastis. Pria itu juga mulai belajar bermain saham pada kedua sahabatnya, Aldrich dan Mario.

Sementara Julliard Roy Darmawan adalah dokter spesialis obgyn di Primehealth Hospital. Ada sebab tersendiri pria itu tiba-tiba memutuskan untuk menjadi dokter 'perempuan' itu. Yang jelas bukan karena kebiasaannya yang tak jauh dari 'hal itu'. Meskipun cap 'player' melekat pada dirinya, tapi pria itu tak pernah menyeleweng dan mengambil kesempatan sama sekali jika menyangkut pasiennya. Tak seperti tiga sahabatnya yang lain, Roy tak memiliki keluarga yang berprofesi sebagai dokter didalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang pengacara kondang sekaligus investor di beberapa perusahaan besar di Indonesia. Sementara Ibunya meninggal dunia sejak ia berusia empat belas tahun, ketika melahirkan adiknya Vivianne.

Assalamualaikum Almeera (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang