27 - Hadiah Perkenalan

65.2K 6.6K 62
                                    

Almeera terperanjat seraya mengelus dada begitu sebuah suara mengucap salam padanya. Ia baru saja keluar dari musholla rumah sakit setelah melaksanakan sholat zhuhur, dan berencana akan menghampiri Nisa dan mengajak gadis itu makan siang.

"P...Pak Aldrich?"

Aldrich terkekeh melihat kekagetan Almeera. Gadis itu sungguh menggemaskan saat terkejut seperti ini. Matanya mengerjap cepat dan keningnya berkerut dalam.

"Assalamualaikum Almeera..." Aldrich mengulangi salamnya.

"Wa...wa'alaikumussalam..."

"Kamu lagi baca surah apa tadi? Aku panggil beberapa kali kamu nggak dengar..."

"Eh?"

Aldrich lagi – lagi tertawa. Dia sendiri pun heran, bagaimana dia bisa tertawa begitu lepas di depan Almeera. Padahal selama ini, menurut orang – orang, dia adalah seorang yang paling pelit dengan senyuman.

"Oh ya, kenapa Pak Aldrich bisa ada disini?" tanya Almeera heran, tapi kemudian gadis itu menggeleng cepat. "Bukan! Maksud saya, saya terlalu sering melihat Pak Aldrich di rumah sakit ini. Saya sampai berpikir Pak Aldrich ini pasien rawat jalan..."

Lagi – lagi Aldrich tertawa. Lihatlah gadis ini, bagaimana mungkin dia bisa tak tertawa? Sampai sekarang Almeera masih belum juga sadar bahwa alasan Aldrich sering kemari adalah dirinya. Benar – benar polos atau pura – pura tidak tahu?

"Hari ini aku sengaja kesini buat ketemu kamu..."

Almeera menaikkan sebelah alisnya. "Saya?" tunjuknya pada dirinya sendiri.

Aldrich mengangguk. "Bisa kita bicara sebentar?"

Almeera mengedarkan pandangannya ke sekitaran musholla. Gadis itu sebenarnya was-was jika berdua saja dengan Aldrich, tapi dia tak sampai hati juga melihat raut penuh pengharapan pria itu.

"Apa ada hal penting?"

"Ya, penting menurutku..."

Almeera menggigit bibir bimbang. Tapi sedetik kemudian ia berujar. "Oke, tapi maaf saya hanya punya waktu paling lama sepuluh menit. Saya ada janji dengan Nisa setelah ini..."

"Nggak akan lama. Aku jamin..."

***

Suasana taman rumah sakit tampak ramai. Ada orang yang duduk – duduk sembari bercanda dibawah pohon, ada juga beberapa pasien sakit ringan ditemani oleh keluarga mereka sedang menikmati makan siang, ada juga yang sekedar berjalan – jalan. Almeera sangat menyukai pemandangan ini. Pemandangan dimana semua orang tampak begitu bahagia dan optimis dengan kehidupan mereka meskipun tubuh mereka sedang sakit.

Protokol rumah sakit sangat ketat berhubungan dengan kesehatan pasien. Para dokter tak mungkin akan memperbolehkan pasien keluar dari ruangan mereka jika keadaan mereka tak mendukung benar. Tapi yang namanya manusia, tentu juga merasa jenuh jika harus terkurung di dalam kamar selama dua puluh empat jam tak peduli senyaman apapun kasur mereka. Para pasien itu akan mulai merengek agar diperbolehkan untuk sekedar berjalan – jalan.

Almeera membalas dengan senyuman lebar saat beberapa pasien yang lewat mengucapkan selamat siang padanya. Aldrich sampai tertegun melihat betapa bercahayanya wajah gadis itu. Ia meraba samar dadanya, berharap jantungnya tak lepas dari rongganya.

"Pak Aldrich...?!"

Aldrich mengerjap begitu sadar Almeera sudah melambaikan tangan di depan wajahnya. Pria itu berdehem salah tingkah. Berdoa semoga wajahnya tak berubah merah saat ini.

Assalamualaikum Almeera (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang