Aldrich melangkahkan kaki dengan semangat memasuki mansion keluarganya. Malam ini, setelah makan malam dengan Almeera dan sepasang suami istri Rayhan-Nadia, pria itu langsung pulang. Awalnya, ia ingin mengantarkan Almeera sampai kerumahnya, tapi gadis itu bersikeras untuk pulang dengan Nadia dan Rayhan. Akhirnya ia tak lagi memaksa. Bisa makan malam dengan Almeera saja sudah merupakan kemajuan menurutnya. Meskipun Rayhan dan Nadia juga berada disana.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Lampu ruang tengah masih menyala. Itu tandanya baik 'pria tua' itu ataupun Papanya masih terjaga. Tak ada pelayan yang hilir mudik seperti biasa, karena weekend seperti ini memang waktunya para maid mengambil cuti mingguan mereka, kecuali hanya beberapa orang yang tinggal di mansion, seperti bik Mina dan Pak Darman, pasangan suami istri yang sudah bekerja hampir tiga puluh tahun dengan keluarganya serta beberapa orang satpam yang bekerja bergantian di pos jaga mereka. Bik Mina dan Pak Darman juga tak menginap dirumah utama, melainkan di paviliun samping mansion.
Aldrich berjalan menuju dapur, ingin meletakkan kotak red velvet yang sempat dibelinya tadi kedalam kulkas. Tapi, begitu belum sempat kakinya menginjak lantai dapur, sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Ada angin apa tiba-tiba kamu kesini?"
Aldrich membalikkan tubuhnya, seraya menghela nafas kasar begitu mendapati Eyangnya berdiri sambil berkacak pinggang disalah satu tiang tangga. Pria tua itu tampak sudah berganti pakaian dengan piyama tidurnya. Kacamata baca tebalnya masih bertengger di hidungnya. Mata elangnya meneliti sosok pria tampan yang berdiri didepannya dengan tatapan menyelidik.
"Eyang kok belum tidur?" Tanya Aldrich mencoba mengalihkan perhatian.
"Ini baru jam sepuluh, son! Eyangmu ini bukan anak sekolah yang jam malamnya harus dibatasi!" Kata pria tua itu dengan wajah tak suka.
"Aku cuma nanya, Eyang! Nggak perlu sinis begitu..."
Aldrich kembali melangkahkan kakinya menuju kulkas. Pria itu dengan cekatan mengeluarkan red velvet yang dibelinya dari box kemudian memasukkannya kedalam kulkas.
"Apa yang kamu bawa?" Tanya Bramastya. Pria itu sudah mengekori cucunya kedapur. Menonton kegiatan Aldrich dengan pandangan tertarik.
"Red velvet..." Jawab Aldrich singkat. Ia memunguti box cake yang dibawanya dan membuangnya ke tempat sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Almeera (SELESAI)
SpiritualBagi Aldrich Adyastha yang memiliki segalanya, memenangkan pertaruhan dengan ketiga sahabatnya untuk mendapatkan seorang Azkayra Almeera tentu bukanlah perkara sulit. Cukup petik jari, sudah dipastikan gadis itu bertekuk lutut di bawah kakinya. Seti...