01 • Prelude

9.8K 660 24
                                    

Jeng jeng jenggg

Happy reading!✨

---

Ceenazira WIjaya.

Pengisi tempat duduk paling pojok di kelas XII IPA 1 di SMA Rajawali. Gadis yang mungkin kehadirannya tidak disadari oleh anak-anak di kelas bahkan seantero sekolah. Gadis yang menghabiskan waktu istirahatnya untuk menggambar, tak berniat untuk sekedar mengobrol dengan siapapun.

Tidak. Ia juga tidak berniat mengubah apapun. Ia menikmati hidupnya. Hidup sendiri di antara keramaian, tanpa perlu-perlu bersikap palsu di hadapan siapapun. Ia menikmati hidupnya yang monoton. Sekolah-pulang-bersantai-tidur.

Bagi banyak orang, menjalani rutinitas yang sama memang membosankan. Namun bagi Zira, itu sudah cukup. Gadis itu merasa tidak memiliki alasan untuk mengubah rutinitas hidupnya yang begitu-begitu saja.

Di minggu siang yang cerah ini, saat semua orang mungkin tengah bersantai di dalam rumah untuk menghindari cuaca yang begitu terik, Zira tengah kesulitan menarik koper besarnya menaiki satu per satu anak tangga yang akan membawanya ke lantai dua, dimana apartemennya berada. Lift apartemen sedang rusak, membuat Zira harus susah payah menarik kopernya menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Hari ini, Zira resmi pindah ke apartemen yang berada cukup jauh dari rumahnya. Apartemen yang ia temukan di internet setelah semalaman berselancar di internet hanya untuk menemukan apartemen yang pas.

Zira memutuskan untuk pergi dari rumahnya, yang mungkin tidak dapat ia sebut rumah lagi. Setelah melewati perdebatan panjang dengan Bram, Ayahnya, yang ia yakini hanyalah palsu agar Ayahnya itu terlihat peduli walau kenyataannya tidak, Zira akhirnya dibiarkan untuk tinggal di apartemen sendiri dengan alasan ingin belajar mandiri, walau baik ia dan Ayahnya sama-sama tahu, itu bukan alasan sebenarnya.

Saat Zira sudah menginjakkan kakinya di anak tangga ke-9, seorang pemuda bertubuh jangkung menabrak pundaknya dengan keras, membuatnya hampir saja terjengkang jika ia tidak berpegangan di besi pembatas di sisi tangga. Namun tetap saja, koper yang sudah susah-susah ia tarik meluncur dengan mulus ke bawah, membuat Zira mengumpat di dalam hatinya.

Zira tidak sempat menatap wajah cowok itu, karena tanpa sepatah maaf pun, pemuda itu berlalu dengan santai, seakan tak melakukan kesalahan apapun.

Zira terperangah tak percaya, bagaimana cowok itu bisa dengan santainya berlalu tanpa permintaan maaf.

Sialan.

Zira mengepalkan tangannya dan menggeram kesal, sebelum ia kembali menuruni tangga untuk meraih koper naasnya yang sudah berada di lantai dasar.

Zira mengepalkan tangannya dan menggeram kesal, sebelum ia kembali menuruni tangga untuk meraih koper naasnya yang sudah berada di lantai dasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hentakkan music dan riuh dari kumpulan manusia yang tengah asik bergoyang di dance floor memekakkan telinga Alvaro. Entah sudah keberapa kali Alvaro menuangkan minuman ke gelasnya, bahkan saat Reno sudah berulang kali memperingati cowok itu.

Lost [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang