Halo🙆
Aku harap kalian nggak bosan ya, baca cerita ini💗
Happy reading!✨
---
"Gue nggak kenal."
Arkan memutuskan untuk tidak memberitahu Zira tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Alvaro terlebih dahulu. Cowok itu memilih untuk berpura-pura tidak mengenal Alvaro di hadapan Zira.
Walau begitu, Arkan tak bisa mengabaikan begitu saja rasa khawatir yang menyelinap di hatinya setiap kali mengingat bahwa hampir setiap hari Zira harus bertemu dengan Alvaro. Ia memang hanya sekitar satu tahun berada di sekolah yang sama dengan Alvaro sebelum cowok itu dikeluarkan dari sekolah, namun itu sudah cukup untuk membuatnya tahu Alvaro adalah orang yang seperti apa.
Singkatnya, bagi Arkan, Alvaro sangat jauh dari kata baik.
Arkan menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Udah jam segini. Gue balik, ya. Lo harus siap-siap juga, kan," ucap Arkan yang dibalas oleh anggukan kepala Zira.
Cowok itu beranjak dari sofa Zira. Setidaknya, ia merasa sedikit lebih baik setelah menghabiskan waktu walau sebentar bersama Zira.
"Hati-hati, ya," adalah kalimat yang Zira ucapkan saat ia mengantar Arkan ke depan, sebelum Arkan melangkah menuju ke lift.
Sepanjang pemuda itu melangkahkan kakinya menuju ke lift untuk sampai ke lantai bawah, Ia terus memikirkan semua kemungkinan yang bisa terjadi saat Alvaro dan Zira bersama. Arkan tahu ia tidak akan bisa tenang saat Alvaro masih berada di sekitar Zira.
Ditambah fakta bahwa, Arkan mulai merasa ada sesuatu yang menyelinap masuk ke hatinya setiap kali bersama Zira.
Bahwa dirinya tak lagi bisa mengganggap Zira hanya seorang teman saja.
Arkan tahu, ia perlahan sudah mulai mencintai perempuan itu.
"Galau lo?" adalah pertanyaan yang langsung dilemparkan Reno kepada Alvaro begitu ia memasuki apartemen cowok itu. Waktu sudah bisa dibilang larut sekarang. Tadi, Reno sudah menelpon Alvaro untuk datang ke club malam seperti yang biasa mereka lakukan di malam-malam sebelumnya. Namun di luar dugaan Reno, Alvaro menolaknya ajakannya, membuat Reno memutuskan untuk menyambangi apartemen lelaki itu.
Alvaro berdecak pelan sebagai respon atas pertanyaan konyol Reno. Cowok itu kembali menatap kosong sembari menghembuskan asap rokok dari bibirnya pelan.
"Terus kalau bukan galau, apa yang bisa membuat seorang Alvaro Pradipta menolak ajakkan gue?" Reno masih setia mencecari Alvaro dengan pertanyaan sembari mengambil tempat duduk sofa di hadapan Alvaro kemudian meraih bungkus rokok milik Alvaro yang berada di atas meja dan mengambil sebatang.
"Lo masih ingat Rafael Wiranata?" Tanya Alvaro tiba-tiba kepada Reno, memulai cerita tentang apa yang mengganggu pikirannya hingga membuat ia tidak berniat kemana pun selain berdiam diri di apartemennya sejak Zira pulang tadi selesai mengajarinya sampai-sampai menolak ajakkan Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [Completed]
Fiksi Remaja[BAHASA] unable to find one's way; not knowing one's whereabouts "Maybe, we can fix each other." *** Hidup Zira semula datar-datar saja. Kemudian suatu hari, kepala sekolah memintanya untuk mengajari Alvaro, murid paling badung yang nilainya menempa...