Halo!🙆
Happy reading!✨
---
Arkan menatap ponsel yang ada di genggaman tangannya, menatap sebaris nama yang tertulis di daftar kontaknya itu. Sebaris nama yang diam-diam menyelipkan rindu ke dalam dadanya.
Zira.
Sudah beberapa hari ini Arkan tidak menemui gadis itu, bahkan hanya sekedar menghubungi pun tidak. Bukan, bukan karena fakta bahwa gadis itu telah menolaknya dan memilih Alvaro. Tapi ada rasa sesak yang siap mengisi dadanya jika ia bertemu tatap dengan Zira. Setiap ia menatap ke dalam mata gadis itu, ia akan ditampar oleh satu kenyataan; Sekuat apapun ia berusaha, gadis itu sudah mencintai orang lain.
Dan lebih buruk dari semuanya, orang itu adalah Alvaro Pradipta.
Arkan terkesiap saat Genta datang membawa dua kaleng minuman soda dan meletakannya di atas meja kaca yang membatasi dua kursi yang satunya sudah diduduki oleh Arkan. Keduanya sekarang berada di teras belakang rumah Genta yang menghadap langsung ke sebuah kolam berenang dengan air yang terlihat tenang dan sejuk.
"Lo nggak ngomong sepatah kata pun dari lo datang kesini," ucap Genta sembari membuka minumannya. "Dan lo jelas nggak mungkin membuang-buang waktu kesini tanpa alasan. What's up, mate?"
"Ceenazira." Arkan menyebutkan sebaris nama itu, mengingatkan Genta pada sesosok gadis yang seringkali Arkan ceritakan padanya. Arkan tidak perlu berkata banyak soal gadis itu untuk membuat Genta tahu bahwa sahabatnya itu benar-benar mencintai perempuan tersebut.
Genta juga tahu bahwa gadis itu sudah pernah menolak Arkan, dan melihat bagaimana Arkan yang sama sekali tidak menjauhi gadis itu, Genta semakin yakin bahwa cowok itu sudah benar-benar jatuh.
Arkan menatap gamang ke kolam berenang yang ada di hadapan mereka. "Lo pernah menyayangi cewek yang justru menyayangi orang lain?"
Genta mengangkat salah satu alisnya, tidak menduga pertanyaan semacam itu keluar dari mulut Arkan. Keduanya memang sahabat terdekat untuk satu sama lain, mengetahui rahasia terdalam masing-masing. Namun Arkan bukan tipe teman yang ingin mengetahui urusannya, begitu juga Genta yang lebih sering menebak apa yang Arkan rasakan dan pada akhirnya membuat cowok itu bercerita walau pada awalnya ia tidak berniat melakukannya.
"Ya," jawab Genta. Diam sejenak. "Gue pernah. Kenapa?"
"Apa yang lo lakukan setelahnya?"
Untuk sesaat, Genta membiarkan sunyi menyelimuti ruang diantara mereka. "Move on. Memang basi dan jelas nggak sesimpel kedengarannya, tapi itu satu-satunya hal yang bisa gue lakukan. Gue nggak bisa memaksa dia untuk mencintai gue balik, kan?"
Arkan tidak menyahuti kata-kata Genta. Mungkin, akan lebih mudah jika Arkan tidak pernah mengenal siapa itu Alvaro Pradipta.
Arkan tahu, ini bukan lagi tentang sebuah rasa cemburu karena Alvaro mendapatkan Zira, gadis yang ia cintai. Namun lebih dari itu semua, ia tidak bisa membiarkan Zira bersama dengan seorang laki-laki yang bagi Arkan, tidak lebih dari seorang bajingan.
Sekarang, segalanya lebih rumit dari yang seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] unable to find one's way; not knowing one's whereabouts "Maybe, we can fix each other." *** Hidup Zira semula datar-datar saja. Kemudian suatu hari, kepala sekolah memintanya untuk mengajari Alvaro, murid paling badung yang nilainya menempa...