04 • Penawaran

3.3K 479 54
                                    

Jadi, kalian tim Arkan-Zira atau Alvaro-Zira?

Happy reading!✨

---

"Ambil nih." Arkan melemparkan sekaleng soda kepada Genta, sahabatnya yang tengah duduk bersila di lantai kamarnya.

"Thanks," balas Genta, membukanya dan meneguknya beberapa kali, sebelum ia kembali sibuk dengan game yang tadi ia jeda di play station yang berada di kamar Arkan.

Arkan meneguk sodanya sembari mengambil tempat di sisi kasurnya. Ia mulai merasa seperti bocah kencur yang tengah mengalami cinta monyet karena diam-diam, gadis bernama Ceenazira yang baru ia temui di kedai kopi tadi itu terus bermain di pikirannya.

Tidak, ia tidak mungkin jatuh cinta secepat itu. Arkan bukan tipe orang yang percaya pada jatuh cinta pada pandangan pertama. Tidak ada jatuh cinta yang seinstan itu baginya.

Mungkin... Tertarik.

"Hah?"

Arkan mengangkat alisnya kepada Genta yang kini tengah menatapnya bingung, bahkan mengabaikan game yang dari tadi sibuk ia mainkan. "Apanya?"

"Lo barusan ngomong sesuatu... Ceenazira? Siapa tuh?" Tanya Genta dengan sorot mata penasaran sekaligus mengejek. "Udah ada cewek lo?"

Arkan merutuki dirinya sendiri yang tanpa sadar mengucapkan sebaris nama itu. Bahkan ia dan perempuan itu baru ketemu sekali, tidak ada kepastian bahwa mereka nanti akan bertemu untuk kedua kalinya.

"Bukan siapa-siapa, hanya cewek random yang gue temui di kedai kopi," tukas Arkan, berniat tak membalasnya lebih lanjut. Karena bertahun-tahun berteman dengan Genta, membahas perempuan bersama cowok itu tidak akan menghasilkan apa-apa selain saran-saran tidak berguna.

"Cewek random tapi sampai tau namanya," balas Genta dengan senyum puas bermain di wajahnya. "Just admit it, Wiranata."

"Hanya sekedar tertarik. Well, gue cowok normal, and she's pretty though," balas Arkan, tak berniat mengelak lagi karena Genta akan punya seribu satu cara untuk membuatnya mengaku. "Tapi gue juga nggak yakin bakal ketemu dia lagi."

"Wow, gue nggak pernah liat seorang Arkan Wiranata se-desperate ini," ucap Genta yang di balas dengan decakkan kesal Arkan. "Kalau lo nggak mempunyai ucapan yang seenggaknya bisa membantu, gue sarankan untuk tutup mulut lo."

Genta tergelak, semakin puas karena berhasil membuat Arkan sekesal ini. "Nyantai, dong," ucapnya. "Gini ya, Ar, percaya aja sama takdir. Kalau emang kalian ditakdirkan untuk ketemu lagi, pasti bakal ketemu lagi. Gimana pun caranya."

"Tumben otak lo jalan," cibir Arkan, walau diam-diam ada sedikit bagian dari dirinya yang membenarkan ucapan Genta.

"Si kampret, di kasih tau bukannya bilang makasih," ucap Genta yang di balas gelak tawa Arkan. Cowok itu meraih tas punggungnya yang berada di lantai. "Gue cabut, ya."

"Hm, sana lo pergi."

"Setan emang," balas Genta. "By the way, soal cewek random lo tadi. Nggak usah terlalu dipikirin lah, menurut gue. Lo sendiri kan yang bilang kalau lo hanya tertarik. Mungkin besok-besok juga perasaan lo bakalan hilang."

Arkan mengedikkan bahu, tidak memberikan jawaban verbal untuk saran Genta. "Gue balik."

Arkan mengangguk sekali, membiarkan Genta keluar dan menghilang di balik pintu.

Mungkin akan hilang.

Mungkin juga tidak.

Mungkin juga tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lost [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang