Buat kalian yang pernah baca lost sebelum direvisi, lebih suka yang mana? Versi sebelumnya atau ini? And why?
Happy reading!✨
---
Would you like to grab a coffee tomorrow?
Sebaris kata itu masih bermain di layar ponsel Zira, tanpa gadis itu balas. Mereka belum terlalu mengenal, namun Zira bisa memastikan Arkan adalah cowok yang mungkin sangat berani mengambil resiko.
Zira melarikan jemarinya, mengetikkan sebuah balasan.
Why?
Satu kata itu; mengapa. Mengapa Arkan mengajaknya, mengapa Arkan mau mengantarnya pulang. Pertanyaan yang terus mengisi kepala gadis itu.
Tanpa Zira duga, balasan dari Arkan masuk ke dalam ponselnya dengan cepat, padahal Zira membutuhkan waktu cukup lama untuk membalas pesan yang dikirim cowok itu kepadanya.
Why, for what? Kalau soal kenapa gue ngajak lo jalan, karena gue ingin. Apa alasan itu cukup?
Balasan dari Arkan sukses membuat Zira menahan nafasnya. Hanya kalimat sederhana, namun sudah cukup untuk membuat jantung Zira memompa lebih cepat. Zira baru akan membalas pesan Arkan, sebelum sebuah panggilan masuk di ponselnya menginterupsi. Mata Zira membulat. Ia spontan langsung duduk di pinggir kasurnya.
Panggilan masuk dari Arkan.
Zira menarik nafas panjang sebelum menggeser tombol hijau di layarnya.
"Ha-halo?"
"Hei, Zira. Lagi apa?"
Zira meremas ujung baju kausnya saat mendengar sapaan santai Arkan di ujung sana. "Lagi.. Nggak ngapa-ngapain."
"Jadi gimana? Punya waktu besok?"
"Kayaknya gue nggak bisa besok," balas Zira. Untuk beberapa alasan yang ia pertimbangkan dengan cepat, Zira pada akhirnya memilih untuk menolak tawaran Arkan. Rasanya terlalu canggung jika ia menerima tawaran minum kopi dari seorang laki-laki berpenampilan berandalan yang baru ia temui dua kali. Ia tahu ia sebenarnya tidak boleh menilai orang dari penampilan, tapi... Ah, semuanya terasa terlalu sulit dijelaskan.
Zira mampu mendengar helaan nafas Arkan di ujung sana. Apa ia bisa mengkategorikannya sebagai helaan nafas kecewa?
"Ah, it's okay. Tapi lain kali gue ajakin jangan nolak, ya?"
"Nggak janji," ucap Zira.
Gelak tawa Arkan terdengar. Entah kenapa, Zira mampu membayangkan bagaimana ekspresi Arkan diujung sana. "Boleh gue tebak?"
"Apa?"
"Dari jawaban lo, gue cowok pertama yang ngajakin lo jalan, ya?"
Pipi Zira memerah. Tebakkan Arkan tepat sasaran. Tidak pernah ada cowok yang mengantarnya pulang dan mengajaknya minum kopi sebelumnya. Selain Carel tentunya.
"Gu-gue nggak mau jawab."
"Gue anggap itu sebagai ganti dari kata iya," simpul Arkan, kemudian tertawa kecil di ujung kalimatnya. "Sepertinya gue menganggu waktu istirahat lo. Gue matiin ya, telfonnya."
"Oke."
"Bye, Zira. See you when i see you."
Arkan tidak mengijinkan Zira untuk membalasnya karena cowok itu sudah sudah langsung memutuskan panggilan. Mungkin karena cowok itu juga berpikir bahwa Zira tidak akan mengatakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] unable to find one's way; not knowing one's whereabouts "Maybe, we can fix each other." *** Hidup Zira semula datar-datar saja. Kemudian suatu hari, kepala sekolah memintanya untuk mengajari Alvaro, murid paling badung yang nilainya menempa...