Halo🙆
Terima kasih untuk kalian semua yang masih membaca cerita ini💗
Happy reading!✨
---
Garis jingga mulai mewarnai langit. Matahari perlahan-lahan turun untuk kembali ke peraduannya. Arkan berdiri di balkon kamarnya, matanya menatap ke hamparan taman Ibunya yang dipenuhi berbagai jenis bunga. Dulu, sewaktu ia masih kecil, taman itu adalah tempat bermain favoritnya bersama dengan kakak laki-lakinya, Rafael.
Mungkin, bila dibandingkan dengan anak-anak lain yang memiliki saudara laki-laki seperti halnya Arkan dan Rafael, keduanya tergolong sebagai saudara yang akur. Semenjak kecil, keduanya jarang berkelahi karena Rafael sudah memegang tanggung jawab sebagai anak sulung untuk menjaga adiknya setiap kedua orang tua mereka harus pergi ke luar kota atau luar negeri untuk pekerjaan mereka, walaupn jarak usia antara Arkan dan Rafael hanya terpaut satu tahun.
Rafael mungkin memang tidak bisa dikategorikan sebagai anak yang baik di sekolah, tapi dia adalah kakak yang baik bagi Arkan. Cowok itu banyak mengalah untuk adiknya, satu hal yang sangat jarang ditemui antara seorang kakak dan adik, terutama jika keduanya adalah laki-laki.
That's why Arkan loves his brother so much.
Oleh karenanya, saat pertama kali berita tentang Rafael yang dihajar abis-abisan hingga koma di rumah sakit terdengar sampai di telinga Arkan, rasa benci dan dendam seketika menyeruak di dalam dada cowok itu. Ia berjani kepada dirinya sendiri, tidak akan pernah memaafkan siapapun yang melakukannya kepada Rafael.
Kemudian sekarang, setelah satu tahun lebih waktu berlalu, Arkan dipertemukan dengan orang yang sudah membuat kakaknya terbaring koma di rumah sakit berhari-hari. Ia sudah sangat dekat untuk membalaskan dendamnya kepada orang tersebut, yang tak lain adalah Alvaro Pradipta.
Dan untuk alasan apapun, Arkan tak akan membiarkan pemuda itu lolos kali ini.
Pintu kamar Arkan terbuka, dan tanpa menoleh pun, Arkan tahu siapa yang membuka pintu kamarnya. Beberapa hari terakhir ini tak ada siapa-siapa lagi di rumah ini selain dirinya dan Rafael, karena kedua orang tuanya kini sedang berada di luar kota.
Rafael berdiri di sebelah Arkan. Arkan tahu kakaknya itu baru saja pulang dari kampusnya. Cowok itu masih mengenakan kemeja berwarna biru yang sudah ia gulung hingga siku. Rafael terdiam untuk beberapa saat, kemudian menoleh ke arah adik laki-lakinya. "Akhir-akhir ini lo kelihatan nggak baik. Something wrong, little brother?"
Arkan menghela nafas. Panjang. Setiap helaan nafas yang ia tarik terasa begitu berat. "Gue bertemu dengan dia."
Di sebelah Arkan, Rafael mengernyitkan keningnya. "Dia, siapa?"
Ada hening sejenak yang Arkan biarkan mendominasi walau hanya sejenak. "Alvaro Pradipta."
Arkan menyadari perubahan air muka Rafael. Jelas masih ada rasa dendam yang tersisa di dalam diri kakaknya itu. Wajar, karena rasanya mustahil untuk memaafkan seseorang yang pernah hampir merenggut nyawanya. "Ketemu dimana?"
"It's a long story," kata Arkan, pandangannya menerawang ke depan, ke hamparan udara kosong. "Tapi yang jelas, segalanya sangat rumit sekarang."
"Why?"
"We love the same girl," jawab Arkan, kemudian menunduk dan menghembuskan nafas perlahan. "Dan bagian yang lebih buruknya, cewek itu lebih memilih dia daripada gue."
"Lo sangat mencintai perempuan itu?"
Arkan menjawab dengan penuh kesungguhan di dalam matanya. "With my whole heart, Rafael." Langit perlahan mulai membiru, bersiap menyambut malam yang sebentar lagi akan hadir. "Mungkin gue bisa merelakan dia jika dia mencintai laki-laki lain. Tapi nggak untuk cowok brengsek itu. Gue nggak bisa membiarkan dia jatuh ke tangan yang salah. Bajingan itu sama sekali nggak bisa menjaga dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] unable to find one's way; not knowing one's whereabouts "Maybe, we can fix each other." *** Hidup Zira semula datar-datar saja. Kemudian suatu hari, kepala sekolah memintanya untuk mengajari Alvaro, murid paling badung yang nilainya menempa...