Buat yang kangen Arkan, ditahan dulu ya kangennya😂
Happy reading!✨
---
Alvaro memarkirkan mobilnya di tempat parkir apartemennya. Di sebelahnya, Zira sudah melepaskan seatbeltnya, namun masih terdiam disana, tak punya keberanian bahkan hanya untuk mengucapkan kalimat sesederhana gue masuk duluan."Sekarang gue makin nggak percaya dengan ucapan lo yang bilang kalau semua yang terjadi punya alasan," ucap Alvaro tiba-tiba.
Zira tertegun menatap Alvaro yang tengah memandang ke depan dengan wajah muram. Ia tidak pernah melihat Alvaro yang seperti ini, bahkan tidak pernah terbesit di pikirannya, cowok yang ia pikir sudah mati rasa karena wajahnya yang tak pernah menunjukkan emosi berlebihan kini ada di sebelahnya, dengan emosi yang jelas berkelebat di wajahnya.
"Alvaro. Pasti akan selalu ada alasan untuk---"
"Quit the bullshit, Cee," sela Alvaro dingin. "Kalau memang teori lo itu benar adanya, kasih gue satu alasan aja, kenapa gue harus melewati ini semua!"
Setelahnya adalah hening. Alvaro yang terdiam dengan pikirannya yang kacau, Zira yang terdiam karena cukup terkejut dengan suara Alvaro yang meninggi, juga masih sangat bingung mengapa Alvaro menjadi seperti ini setelah bertemu dengan Ibunya.
Alvaro menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi pengemudi dengan kasar. Cowok itu mengusap wajahnya, berusaha menenangkan dirinya. "Sorry. Gue nggak bermaksud bicara kasar sama lo."
Zira mengangguk mengerti. "Nggak pa-pa. Take your time." Gadis itu membuka pintu mobil, kemudian menoleh sejenak ke arah Alvaro. "Gue masuk dulu."
Alvaro tak mengatakan apa-apa lagi, membiarkan Zira keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam gedung apartemen, menyisakan dirinya bersama dengan hening.
Keesokan harinya, sepulang sekolah, Zira menyempatkan dirinya untuk mampir ke kedai kopi tempat bisa ia duduk menghabiskan waktu. Sekarang, wajah Arkan selalu terbayang setiap kali Zira memasuki tempat ini.
Ngomong-ngomong soal Arkan, sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu dengan cowok itu. Arkan beberapa kali menelponnya, memberitahu bahwa ia tengah disibukkan dengan tugas akhir dari sekolah sebagai anak kelas 12, sama seperti Zira. Sejujurnya sedikit membuat Zira terkejut karena Arkan yang berpenampilan berandalan itu masih memikirkan nilai-nilainya juga.
Akhir-akhir ini, Zira semakin disibukkan dengan tugas akhir yang sangat menumpuk, juga ujian yang berdatangan silih berganti, rasanya Zira ingin kabur dari itu semua walau pastinya tidak mungkin.
Zira menghela nafas, mengeluarkan bukunya dari dalam tas, mencoba membaca sejenak materi Ppkn yang akan diujiankan besok. Sesekali gadis itu mengetuk-ngetukkan dahinya dengan pulpen yang ada ditangannya, kebiasannya saat sedang berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] unable to find one's way; not knowing one's whereabouts "Maybe, we can fix each other." *** Hidup Zira semula datar-datar saja. Kemudian suatu hari, kepala sekolah memintanya untuk mengajari Alvaro, murid paling badung yang nilainya menempa...