29 • Di Tepi Pantai

1.9K 324 24
                                    

Haii🙆

Well, mungkin chapter ini akan sedikit....

Happy reading!✨

---

Zira pikir, Arkan akan membawanya ke kedai kopi yang biasa mereka datangi seperti biasanya. Namun diluar dugaannya, jauh diluar dugaannya, Arkan membawa dirinya ke sebuah pantai yang berjarak cukup jauh dari apartemen Zira. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk mereka sampai disana.

"Kita ngapain kesini?" Tanya Zira. Namun bukannya menjawab, Arkan hanya tersenyum. Senyum Arkan selalu terlihat teduh dengan sorot mata yang tenang, berbanding terbalik jika cowok itu sedang tidak berekspresi karena wajahnya akan terlihat begitu dingin.

Zira tidak berkata apa-apa lagi saat Arkan meraih tangannya, mengajaknya untuk duduk di pinggir pantai lalu Arkan yang ikut duduk tepat disebelahnya.

Mungkin karena hari ini adalah hari minggu, sudah cukup banyak orang yang ada di pantai saat Arkan dan Zira tiba. Memang tidak begitu ramai, namun bisa dikatakan banyak mengingat ini masih pagi dan kebanyakan orang biasanya lebih memilih datang ke pantai pada sore hari agar dapat menikmati momen matahari terbenam.

Cahaya matahari tidak terlalu terik. Angin bertiup cukup keras, membelai wajah Zira dan membuat rambut gadis itu menari-menari; menciptakan sebuah pemandangan tersendiri untuk Arkan.

Semalam, Arkan tidak bisa tidur. Ia menghabiskan malamnya untuk memikirkan semuanya. Ia tahu, dirinya tak lagi mampu untuk menyimpan perasaannya untuk dirinya sendiri.

Arkan tak ingin mengelak; Ia mencintai gadis yang berada di sisinya ini.

Dan Arkan ingin Zira tahu itu.

Arkan sudah memikirkan semuanya baik-baik. Ia tahu banyak orang yang memilih untuk menyimpan sebuah perasaan hanya untuk dirinya sendiri karena tak mampu untuk mengungkapkannya. Alasannya bermacam-macam; ada yang takut hubungan mereka merenggang, ada yang takut mendapatkan penolakan, ada yang belum siap, dan alasan-alasan lainnya.

Namun Arkan bukanlah satu dari orang-orang yang bisa memendam perasaannya sendirian, untuk alasan apapun itu. Bagi Arkan, rasa cinta bukan ada untuk dipendam sendirian. Ia ingin Zira tahu apa yang ia rasakan.

Sekali lagi, Arkan menatap Zira yang berada disisinya, meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sudah melakukan yang benar. Arkan tahu, hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi setelah ini; diterima atau ditolak.

Dan Arkan sudah menyiapkan dirinya.

Pandangan Zira masih menatap ke depan. Memandangi ombak yang bergulung menuju ke bibir pantai, juga anak-anak kecil yang berlarian di sepanjang garis pantai, berkejar-kejaran dengan tawa bahagia keluar dari bibir mereka.

"Zira," panggil Arkan.

Gadis itu menoleh, menatap Arkan yang tengah menatapnya. "Iya?"

"Apa yang lo pikirkan tentang gue?"

Zira mengangkat kedua alisnya spontan, jelas tidak menduga pertanyaan semacam itu akan di berikan oleh Arkan kepadanya. "Lo... Baik," jawab Zira, jujur. Arkan itu memang cowok baik, bahkan kadang membuat Zira sampai merasa bersalah karena ia sudah sempat salah menilai Arkan hanya dari penampilannya yang memang terkesan berandalan.

"Selain itu?"

Zira tampak berpikir sejenak. "Lo teman minum kopi yang asik. Lo cowok yang bisa diandalkan. Gue yakin lo adalah salah satu cowok yang disukai banyak perempuan di luar sana."

Sorot mata Arkan berubah lebih serius saat bertanya, "bagaimana dengan lo?"

Zira mengerjapkan matanya beberapa kali. "Dengan gue?"

Lost [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang