34 • Don't Go

2.1K 328 38
                                    

Halo🙆

Lagi nggak begitu banyak tugas, so here's an update for u💗

Pengen tau, so far, menurut kalian cerita ini gimana?

Happy reading!✨

---

Ujian sekolah sudah selesai dilaksanakan. Sebuah kelegaan untuk anak-anak kelas 12 karena akhirnya satu beban seakan sudah terangkat dari pundak mereka.

Malam sudah menggelayuti langit saat Alvaro dan Zira duduk berhadapan dengan makanan di hadapan mereka masing-masing di dalam sebuah tempat makan yang cukup terkenal. Alvaro yang menghabiskan makannya terlebih dahulu hanya duduk di tempatnya dan diam-diam memperhatikan lekukan wajah Zira yang tengah menyantap makanannya.

Bagaimana bisa gadis itu merasa dirinya tidak cantik?

Helaian rambutnya yang ia selipkan di telinga dengan ujung yang jatuh di bahunya dengan lembut, manik matanya yang berwarna gelap, ah, dan juga bagaimana bibirnya yang selalu membuat Alvaro membuang muka karena merasa dirinya bisa gila jika menatapnya untuk lebih lama lagi.

"Kenapa sama wajah gue?" Zira bertanya begitu menyadari bagaimana mata Alvaro yang menatap wajahnya serupa objek pengamatan yang ia teliti tanpa melewatkan barang satu inchi pun.

"Seperti biasa," balas Alvaro, diam sejenak. "Cantik."

Ada rona merah yang dengan cepat menyebar di pipi Zira. "Sekarang gue tau kenapa hampir semua cewek di sekolah menyukai lo. Lo pandai memuji," katanya.

Ada gelak tawa yang terdengar dari bibir Alvaro. "Gue terlampau nggak peduli bahkan hanya untuk sekedar memuji mereka. Lo yang pertama, Cee."

Mungkin banyak orang yang tidak percaya bahwa Alvaro belum pernah benar-benar memiliki cinta di dalam hidupnya. Namun itulah kenyataannya. Alvaro tidak pernah memiliki seorang perempuan yang membuat Alvaro rela melakukan apa saja demi dirinya. Membuat Alvaro tidak bisa tidur, dan bereaksi dengan berlebihan hanya karena mendengar namanya.

Zira adalah yang pertama untuknya.

Dan diam-diam, tanpa siapapun tahu, Alvaro membisikkan sebaris kalimat di dalam hatinya yang ditujukannya kepada Zira; If I had my life to live over again, I'd find you sooner so I could love you longer.

Di hadapan Alvaro, Zira terpaku di tempatnya. Zira rasa Alvaro punya kekukatan yang mampu membuat seseorang yang menatapnya tenggelam begitu saja di dalam matanya. Tatapan cowok itu memang dingin dan tajam, namun jika Zira menelisik di dalamnya, ada hangat yang menyelimuti sorot matanya, membuat Zira serasa kehilangan tenaga untuk sekedar duduk dengan tegak.

Gadis itu mengalihkan pandangannya, merasa dirinya akan benar-benar kehilangan tenaga jika ia terus menerus membiarkan tatapannya terkunci dengan mata Alvaro. Netranya berhenti di salah satu meja yang berada tak jauh dari tempat dirinya dan Alvaro duduk. Di meja itu, ada seorang pria dan wanita berusia kira-kira 30 tahun tengah duduk dengan dua orang anak kecil yang juga ada bersama mereka. Anak laki-laki yang lebih tua tengah sibuk menghabiskan makannya, sedangkan yang perempuan yang bisa Zira tebak sebagai adiknya tengah disuapi oleh Ibunya.

"Gue udah lupa bagaimana rasanya punya keluarga yang utuh dan bahagia," lirih Zira, membuat Alvaro mengikuti arah pandangan perempuan itu, sebelum kembali menatap Zira.

Alvaro menghela nafas panjang, kemudian meraih jemari Zira dan menggenggamnya erat. "Jangan memikirkan sesuatu yang membuat lo bersedih," kata Alvaro.

Zira mengangguk walau masih ada muram yang menghiasi wajahnya. "Tapi rasanya lebih baik saat bersama lo," ucap Zira. Ada hening sejenak. "Rasanya walaupun gue bersedih, gue tau gue akan baik-baik aja nanti karena gue punya lo."

Lost [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang