32 • Keberanian

2.1K 320 29
                                    

Halo🙌

Maaf banget untuk update yang super telat. Lagi benar-benar sibuk akhir-akhir ini.

Tanpa banyak bacot lagi,

Happy reading!✨

---

Jarum jam merambat ke angka 7 saat Alvaro keluar dari apartemennya, mengunci pintu sebelum kemudian melangkah menuju apartemen Zira. Cowok itu berhenti begitu saja ketika mendapati Arkan yang baru saja keluar dari apartemen yang akan ia datangi itu.

"Wow," ucap Arkan seakan-akan ia terkejut melihat kehadiran Alvaro. "Nggak nyangka bakal ketemu lo disini."

Wajah Alvaro tampak tidak peduli seperti biasa, namun sorot matanya menunjukkan ketidaksukaan melihat Arkan yang baru saja keluar dari apartemen Zira. "Gue harap ini kali terakhir gue melihat wajah lo ada di apartemen Zira."

"Lo punya hak apa untuk melarang gue?"

"Well, as her boyfriend, gue rasa gue punya hak untuk membuat lo nggak menginjakkan kaki lagi di apartemen cewek gue," tukas Alvaro, dan jelas ada rasa remeh yang begitu kentara di suaranya. "Dan lagi, kalau lo nggak melakukan apa yang gue minta, gue nggak akan berpikir dua kali untuk menghajar lo."

Ada rasa terkejut yang melintasi sorot mata Arkan, namun dengan cepat Arkan kembali menguasai dirinya, jelas tidak mau membuat Alvaro semakin merasa menang. Zira tak mengatakan apapun kepada dirinya saat ia mengunjungi gadis itu tadi. Dan untuk alasan ini, Arkan merasa dirinya begitu menyedihkan.

"Gue nggak tau apa yang membuat lo berpikir lo pantas mendapatkan dia," kata Arkan. Dan tanpa Alvaro ingin akui, kalimat itu langsung mengganggu pikirannya. "Lo hanya seorang pengecut, dan lo jelas tau itu. Perempuan seperti Zira jelas pantas mendapatkan yang lebih dari lo."

"Tutup mulut lo," sela Alvaro dingin. Mungkin karena ia muak mendengar semua kata-kata Arkan, atau justru, karena ia takut dan tak ingin mengakui kebenaran kata-kata Arkan. "Atau bisa gue pastikan, lo akan bernasib sama dengan kakak lo itu."

Arkan hampir saja kehilangan kendalinya, namun cowok itu berusaha untuk tetap berdiri di tempatnya dengan nafas yang memburu. Kali ini, ia tidak akan membiarkan dirinya kalah di depan Alvaro. Menunjukkan bahwa amarahnya naik karena ucapan cowok itu jelas membuat hanya akan memberikan Alvaro rasa kemenangan.

"I will take her from you," kata Arkan membuat rahang Alvaro seketika mengeras. "Take it as a promise, Pradipta."

"I'm not gonna let you do it," kata Alvaro. Suaranya tenang, namun Arkan tahu ada amarah yang menyertai kalimat yang diucapkan cowok itu.

"Well, let's see."

Alvaro menangkap satu seringai di wajah Arkan sebelum cowok itu pergi dari hadapannya. Cowok itu memang mempunyai nyali yang tinggi setelah ia bahkan sudah bisa melihat langsung lewat kakaknya hal gila apa yang mampu Alvaro lakukan terhadap seseorang.

Dan Alvaro tahu, dirinya tidak akan berpikir dua kali untuk melakukan apa yang ia lakukan kepada Rafael Wiranata kalau sampai Arkan benar-benar menepati janjinya itu.

Pemuda itu menghembuskan nafas panjang, tersadar bahwa ia sudah melewatkan beberapa menit dengan hanya berdiam diri di depan apartemen Zira. Pun cowok itu mengulurkan tangannya, mengetuk pintu di hadapannya beberapa kali hingga Zira datang membukakan pintu.

Ada senyum yang tanpa sadar bermain di wajah Alvaro saat cowok itu melihat Zira. "Alvaro?"

"Masih kaget melihat pacar lo sendiri datang?" Tanya Alvaro dengan salah satu sudut bibirnya terangkat. Seketika, rona merah menjalari pipi Zira.

Lost [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang