Halo🙆
Maaf banget untuk updatean yang lama ini.
Happy reading!✨
---
Hari senin ini, kelas Zira memiliki jam kosong di jam pertama yang seharusnya diisi oleh pelajaran Matematika, namun guru matematikanya berhalangan hadir karena sedang berada di luar kota.
Daripada harus berada di dalam kelas yang ribut karena anak-anak cewek sibuk bergosip, sebagian anak-anak cowok bermain gitar dan bernyanyi, dan sebagiannya lagi tengah bermain game di ponselnya, Zira memilih untuk keluar dari kelasnya dan menuju ke halaman belakang gedung sekolahnya yang jarang didatangi oleh orang-orang.
Halaman belakang gedung SMA Rajawali tidak terlalu luas, memiliki satu pohon rindang di tengah-tengahnya. Halaman ini jarang dilalui orang---bahkan hampir tidak pernah---kecuali oleh anak-anak yang biasanya memanjat dinding belakang jika terlambat atau hendak membolos.
Sesampainya disana, Zira cukup terkejut saat mendapati seorang cowok jangkung yang tak lain adalah Alvaro tengah duduk di bawah pohon yang rindang dengan mata terpejam.
Zira terdiam cukup lama di tempatnya sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah maju mendekati Alvaro. Saat berada beberapa langkah dari cowok itu, Zira baru sadar bahwa cowok itu tengah terlelap. Matanya yang terpejam erat dan nafasnya yang teratur. Wajahnya bahkan masih terlihat dingin walau sedang tertidur.
Ada beberapa helai rambut hitam cowok itu yang jatuh di keningnya, membuat Zira ingin sekali mengulurkan tangannya untuk merapikannya, namun tentu saja ia tidak seberani itu.
Pada akhirnya, setelah menghabiskan beberapa saat untuk berdiri beberapa langkah dari Alvaro tanpa melakukan apa-apa, Zira memutuskan untuk menuju ke kantin, tidak ingin mengganggu Alvaro yang tampaknya masih tertidur lelap.
Namun, baru beberapa langkah ia beranjak, satu seruan dengan suara serak khas orang baru bangun tidur terdengar di telinganya.
"Cee!"
Zira berbalik, mendapati Alvaro yang sudah membuka matanya tengah menatapnya. Lidah Zira mendadak terasa kelu. "Ah, so-sorry udah bangunin lo."
Alvaro menggeleng, kemudian menepuk ruang kosong di sebelahnya; meminta Zira untuk duduk disana. Zira awalnya ragu, sebelum Alvaro akhirnya bersuara. "Duduk disini."
Pun ia memutuskan untuk mengambil tempat di sebelah Alvaro, benar-benar tepat di sebelah cowok itu.
Alvaro tak berkata apa-apa saat Zira duduk di sebelahnya. Diam-diam, Alvaro mampu menghidu wangi rambut Zira yang berada di sisinya. It smells like strawberry.
Awalnya hanyalah hening. Hanya ada bunyi gemerisik daun kering yang saling bersentuhan karena tertiup angin. "Today is the last day," celetuk Alvaro tiba-tiba.
Zira butuh beberapa detik untuk menyadari apa yang Alvaro sedang katakan, sebelum gadis itu ingat bahwa hari ini adalah hari terakhir ia mengajari Alvaro karena hari selasa nanti bimbingan belajar khusus untuk kelas 12 sebagai persiapan Ujian Nasional setiap pulang sekolah sudah mulai dilaksanakan.
Zira mengangguk. "Nilai-nilai lo udah cukup bagus kata kepala sekolah."
"Thanks to you, then," balas Alvaro, menatap Zira dalam-dalam, membuat Zira sukses kehilangan kata untuk sekedar mengatakan apapun. Alvaro punya tatapan yang selalu terkesan dingin dan mengintimidasi sekaligus tenang.
"Nggak ada pelajaran?" Tanya Alvaro tanpa melepaskan pandangannya dari Zira, yang dijawab oleh anggukan kepala gadis itu.
"Dan malah kesini?" Alvaro bertanya lagi. Tempat ini tergolong sebagai bagian sekolah yang jarang terjamah, membuat Alvaro memutuskan untuk tidur sebentar disini karena ia yakin ia tidak akan diganggu oleh siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [Completed]
Ficção Adolescente[BAHASA] unable to find one's way; not knowing one's whereabouts "Maybe, we can fix each other." *** Hidup Zira semula datar-datar saja. Kemudian suatu hari, kepala sekolah memintanya untuk mengajari Alvaro, murid paling badung yang nilainya menempa...