Halo🙆
Here's an update for you guys💗
Happy reading!✨
---
Malam ini, Zira datang ke apartemen Alvaro tepat waktu seperti biasanya, tepat pada pukul 7 malam. Gadis itu membahas tentang soal-soal prediksi untuk Ujian Nasional, meminta Alvaro mengerjakan beberapa buah soal dan kemudian memeriksanya setelah Alvaro selesai mengerjakannya.
Ada senyum yang menghiasi bibir Zira saat gadis itu mengangkat wajahnya selesai mengecek pekerjaan Alvaro. "Lo benar semua," katanya.
Alvaro ikut tersenyum, namun untuk alasan yang berbeda.
"Well, berarti tugas gue udah benar-benar selesai, kan?" Tanya Zira, terkesan seperti sebuah pertanyaan yang retoris. Ada senyum samar yang menghiasi wajahnya.
Alvaro tidak suka dengan fakta bahwa mungkin, di malam-malam selanjutnya, ia tidak akan selalu melihat Zira lagi duduk di apartemennya walau apartemen mereka berdekatan. Namun tetap saja, Zira sudah tidak punya alasan untuk menghabiskan hampir setiap malamnya di apartemen Alvaro, dan begitu juga dirinya yang tidak punya alasan untuk datang setiap hari ke apartemen Zira.
Oleh karena itu, Alvaro tidak menjawabnya. Mungkin lebih tepatnya, ia tidak ingin. Ia tidak ingin mengatakannya; bahwa tugas Zira untuk mengajarinya memang sudah selesai. Terdengar lucu dan bukan Alvaro, namun ada rasa ketidakrelaan di dalam dirinya.
Tidak rela jika ia harus kehilangan salah satu rutinitasnya. Rutinitas favoritnya.
Pemuda itu hanya menatap Zira, menelisik mata gadis itu, berharap ia mampu melihat apa yang gadis itu rasakan sekarang lewat sorot matanya.
Ia ingin tahu, apa Zira juga merasakan apa yang ia rasakan sekarang.
"Lo masih bisa nanya ke gue, kok, kalau ada materi yang masih lo kurang ngerti," kata Zira yang membuat Alvaro keluar dari lamunannya. "Tapi lo juga harus tetap ikut bimbel, ya, mulai besok. Itu membantu banyak untuk UN nanti."
Alvaro hanya mengangguk, walau ia rasa ia juga tidak akan mengikuti bimbingan belajar tersebut nanti. Dirinya masih menatap Zira dan tak melepaskan pandangannya barang sedetik pun. "Maaf untuk perlakuan gue yang kurang baik di awal pertemuan kita," tuturnya.
Zira tersenyum. "Nggak pa-pa, kok. Gue udah nggak mikirin itu lagi."
"You help me a lot, Cee. Thank you," kata Alvaro, dan ia benar-benar memaknai kalimat sederhana itu.
Alvaro harap Zira tahu, bahwa gadis itu membantunya dalam banyak hal, bukan hanya sekedar membantunya dalam belajar, namun gadis itu juga membantunya untuk kembali hidup setelah sekian lama ia tak pernah memaknai hidupnya lagi, dan hanya memandang hidupnya sebagai sebuah formalitas yang menyedihkan. Saat semua orang termasuk Alvaro berpikir bahwa Alvaro sudah mati rasa, gadis itu datang, membuat Alvaro sadar bahwa seburuk apapun dirinya, ia masih tetap manusia yang mampu merasa.
Zira mengangguk dengan senyum yang tidak pudar. "Sama-sama." Gadis itu kemudian menatap jam di ponselnya sebelum berkata, "Udah jam delapan, gue pulang, ya."
Dan untuk semua alasan yang mampu Alvaro miliki, ia ingin menahan Zira untuk tinggal lebih lama disini. Oleh karenanya, saat gadis itu selesai membereskan buku-bukunya dan hendak berdiri untuk beranjak keluar, Alvaro menahan lengannya, membuat Zira langsung menatapnya.
"Wanna have dinner with me?" Tanya Alvaro dan langsung membuat Zira terkejut. Gadis itu hanya mampu terdiam di tempatnya. "Celebrate your last day as my teacher. I'll cook for it," sambungnya, dengan sebuah senyuman yang tenang di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [Completed]
Teen Fiction[BAHASA] unable to find one's way; not knowing one's whereabouts "Maybe, we can fix each other." *** Hidup Zira semula datar-datar saja. Kemudian suatu hari, kepala sekolah memintanya untuk mengajari Alvaro, murid paling badung yang nilainya menempa...