Halo💗
Happy reading!✨
---
To : Zira
Gue di depan sekolah lo. Telpon gue ya kalau udah keluar.
Setelah mengirimkan sebaris pesan itu kepada Zira, Arkan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku seragam yang ia kenakan.Hari ini, Zira sudah masuk ke sekolah setelah mengambil ijin satu hari karena jatuh sakit.
Arkan langsung menyempatkan dirinya untuk pergi ke sekolah Zira setelah sekolahnya pulang satu jam lebih awal, karena guru-guru disekolahnya mengadakan rapat membahas ujian sekolah yang akan dilaksanakan dalam beberapa minggu ke depan.
Jarum jam mulai merambat ke angka 4, dan sedikit lagi jam pulang sekolah Zira akan segera tiba. Cowok itu mengetuk-ngetukkan jarinya di paha, menghabiskan waktu menunggu bel pulang SMA Rajawali berbunyi sembari melihat-lihat sekeliling. Matanya berhenti pada gerbang sekolah Zira saat tanpa sengaja ia mendapati sosok bertubuh jangkung yang ia kenali baru saja keluar dari area sekolah dan berjalan menuju warung yang berada di seberang jalan.
Arkan membatu ditempatnya dengan nafas yang memburu. Matanya tidak berkedip sedikitpun. Ia tidak salah lihat. Ia yakin ia tidak salah lihat.
Itu Alvaro Pradipta.
Setelah setahun lebih berlalu, Arkan tidak menyangka akan kembali bertemu dengan lelaki itu. Tanpa membuang waktu, Arkan langsung turun dari motornya, kemudian berjalan menyeberangi jalan dengan langkah lebar-lebar bersamaan dengan rahangnya yang mengeras. Ia sampai di seberang jalan tepat saat Alvaro baru akan masuk ke dalam warung.
"Nice to meet you, Pradipta."
Satu kalimat yang dilontarkan Arkan dengan intonasi tenang namun lantang itu mampu menghentikan langkah Alvaro. Pemuda itu berbalik, menatap Arkan dengan wajah datarnya. Diam-diam, Alvaro merasa familiar dengan sosok yang berdiri beberapa langkah darinya itu. Butuh beberapa detik untuk Alvaro ingat bahwa cowok itu adalah teman Zira yang pernah ia sangka sebagai pacar gadis itu.
"Lo mungkin nggak kenal gue. Tapi gue terlalu mengenal lo," ucap Arkan, mengambil beberapa langkah maju hingga ia sekarang berjarak sekitar 3 langkah dari tempat Alvaro berdiri.
"Nggak usah basa-basi. Lo ada urusan apa?" Tanya Alvaro, mulai kehilangan kesabaran karena ucapan Arkan yang terkesan menyimpan sesuatu, juga ada rasa dendam yang begitu kentara di dalam sorot matanya.
"Pecundang kayak lo ternyata masih hidup juga?" Tanya Arkan, memancing emosi Alvaro. "Gimana rasanya menjalani hari demi hari menjadi seorang pengecut?" sambungnya.
Alvaro memainkan lidah di mulutnya, kemudian menatap Arkan dengan sorot mata tajam. "Kesabaran gue habis. Siapapun lo, lo nggak akan suka dengan apa yang bisa gue lakukan sama lo detik ini juga."
"Rafael Wiranata," ucap Arkan tiba-tiba, membangkitkan ingatan Alvaro tentang waktu itu. "Sounds familiar? Orang yang lo hajar habis-habisan hingga koma berhari-hari dan hampir meregang nyawa. He's my brother."
Alvaro menatap pemuda di hadapannya itu lamat-lamat, kemudian mulai tersadar bahwa cowok itu memang memiliki garis wajah yang mirip dengan Rafael Wiranata, laki-laki yang pernah ia hajar hingga koma dan menjadi alasan ia harus pindah ke Rajawali. Diluar dugaan Arkan, Alvaro mendengus geli. "Dia sepengecut itu sampai harus nyuruh lo untuk balas dendam?"
Arkan hampir saja kalap dan menghajar Alvaro detik itu juga jika ia tidak diganggu oleh dering telpon dari ponselnya. Cowok itu mengangkat panggilan yang berasal dari Zira, yang tak lain memberitahu Arkan bahwa gadis itu sudah pulang seperti yang Arkan suruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost [Completed]
Novela Juvenil[BAHASA] unable to find one's way; not knowing one's whereabouts "Maybe, we can fix each other." *** Hidup Zira semula datar-datar saja. Kemudian suatu hari, kepala sekolah memintanya untuk mengajari Alvaro, murid paling badung yang nilainya menempa...