Keseharian Arsyi masih sama seperti biasa. Berteman baik dengan Sekar dan Wulan. Masih sama dengan dikejar kejar cintanya oleh Nando, dan masih sama gegana karena seseorang yang tugas di luar Provinsi belum juga kembali. Jika Arsyi menghitung bulan, bulan ini adalah bulan ke sembilan seseorang itu bertugas diluar.
Arsyi sudah menginjak kelas dua belas dimana dia harus menjadi murid teladan setiap saat. Arsyi harus terus menenteng buku pelajarannya kemana mana, fokus belajar demi hasil yang muaskan saat kelulusan nanti. Arsyi tidak mau mengecewakan Ibu dan Abahnya yang sudah susah payah mengeluarkan biaya untuknya bersekolah menuntut ilmu. Arsyi akan berusaha semaksimal mungkin sampai dia bisa lolos SNMPTN dan juga lulus ujian Nasional dengan nilai muaskan.
Arsyi yang semula urakan juga mulai memperbaiki dirinya. Dia yang dulu berjilbab hanya berjilbab tanpa memerhatikan anak rambutnya yang mengintip keluar kemana mana, sekarang jadi nggak urakan lagi.
Arsyi lebih kalem sekarang. Arsyi mengenakan ciput didalam kerudungnya supaya anak rambutnya tidak menjumbal keluar dan berantakan seperti sebelumnya. Begitu juga Sekar dan Wulan.
Arsyi sadar. Umurnya bukan lagi anak kecil, Delapan belas tahun adalah waktunya untuk memperbaiki diri menjadi wanita muslimah sesungguhnya. Arsyi yang dulunya bermain tanpa pandang bulu, dan bersalaman dengan lawan jenis adalah bukan masalah baginya. Sekarang tidak.
Sekarang Arsyi akan membentengi dirinya. Arsyi akan menangkupkan telapak tangannya didepan dada saat ada seseorang lawan jenis yang akan mengajaknya berjabat tangan. Arsyi memang masih sering bercanda dengan teman lelakinya, namun tanpa bersentuhan seperti sebelumnya. Ngobrol? Arsyi juga masih akrab mengobrol dengan teman laki lakinya seperti Yasa contohnya. Namun dengan catatan, Arsyi tidak akan bersentuhan.
Teman teman Arsyi yang awalnya protes lama lama mengerti maksud dari semua ini. Arsyi ingin berhijrah, mereka jadi tak mempermasalahkan. Toh Arsyi masih mau berguarau dan mengobrol dengan mereka, hanya saja Arsyi tidak ingin bersentuhan dengan lawan jenis. Itu tak masalah bagi teman teman Arsyi.
Ujian Nasional sudah didepan mata dan tinggal menghitung jari saja. Gugup? Jelas Arsyi gugub. Ini menyangkut masa depannya, menyangkut pembukaan gerbang masa depan yang akan dia lewati. Apalagi satu jam kedepan pengumuman SNMPTN akan diumumkan, betapa Arsyi sangatlah gugup.
Jelas Arsyi memiliki Universitas yang dia cita citakan. Arsyi nggak neko neko, dan dia hanya menginginkan Universitas yang masih didalam kota. Dia mau mengejar cita citanya tanpa harus berjauhan dengan keluarga tercintanya.
"Berapa jam lagi?" Tanya Sekar dengan wajah pucat pasi. Sekar sangat terobsesi dengan SNMPTN ini karena dia juga memiliki cita cita untuk masuk Universitas impiannya.
"Setengah jam lagi." Jawab Arsyi yang sama gugupnya namun tak sepucat Sekar.
"Gugup banget ya?" Tanya Wulan yang notabenenya kurang tertarik dengan dunia perkuliahan. Wulan lebih tertarik ke dunia kerja mengingat dirinya adalah anak sulung dari keluarganya.
"Gugup banget lah." Balas Sekar dengan terus mencengkeram ponselnya erat.
Lama mereka bertiga tak beranjak dari tempat duduknya dan terus mencengkeram ponsel mereka masing masing seraya berdoa. Wulan yang tidak begitu minat hanya bisa mendoakan kedua temannya itu.
"Jam berapa Syi?" Tanya Sekar yang dirasa sudal terdiam cukup lama untuk menunggu saatnya tiba.
"Aaaa uda waktunya!!!" Balas Arsyi dengan memekik. Arsyi melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang, dan ini sudah waktunya untuk melihat hasil.
Arsyi dan Sekar memejamkan matanya untuk memanjatkan doa mereka masing masing dan kemudian mereka dengan cepat memasukkan pasword mereka untuk melihat hasilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS BANGGA [ SUDAH TERBIT ]
Spiritual🎖️#1 in Tni [ 15-01-2020] 🎖️#3 in Perfectcouple [18-02-2020] 🎖️#1 in Bangga [26-02-2020] Tentang impian yang tak pernah Arsyi sangka akan menjadi kenyataan. Cinta, Rindu, dan Harapan bercampur menjadi satu mendominasi kehidupan Arsyi yang kian be...