wahid wa isyruna [21]

4.5K 244 27
                                    

"Oh, ini yang kamu maksud?"

Mata Arsyi membola, Bangga benar benar gila, dia bukan hanya menunjukkan otot perutnya, melainkan membuka Bajunya, semua otot yang ada di tubuh dan lengannya terpampang jelas. Seketika, Arsyi menutup matanya.

"Mas apa apaan sih? Kok di buka bajunya?!" ucap Arsyi, masih menutup matanya rapat menggunakan telapak tangannya.

"Loh, tadi siapa yang bilang mau liat otot perut?" balas Bangga, tak habis fikir dengan istrinya.

"Kukira, Mas nggak bakal berani nunjukin, taunya malah buka baju sekalian," celetuk Arsyi gemas.

Bangga tertawa, istrinya pasti punya niatan untuk membuatnya malu, namun ternyata Arsyilah yang malu sendiri, melihat otot perut Bangga.

" Pake gih bajunya!" pinta Arsyi yang masih menutup matanya, sama sekali tidak ada niatan mengintip sedikitpun.

"Nggak mau, Mas gerah, mau tidur beginian aja," balas Bangga.

"Ish! pake Mas bajunya, ntar masuk angin tau rasa."

"Mas gerah Arsyi...."

"Pake nggak!"

"Nggak!"

"Tidur luar!"

"Yah, jangan dong."

"Makanya Pake."

"Oke."

Bangga dengan cepat memakai atasan piyamanya, sesuai permintaan Arsyi karena dia tidak mau tidur diluar.
"Udah...nggak usah tutup mata terus, bisa bisa nempel tuh, telapak tangan sama mata," sindir Bangga, merubah posisi menjadi rebahan, Bangga tiba tiba merasa ngantuk.

Arsyi perlahan menurunkan telapak tangannya, membuka matanya, dan menemukan suaminya yang sudah berbalut selimut.

"Loh, Mas udah mau tidur, nggak mau main lagi?" tanya Arsyi.

Bangga menggeleng.

"Besok Mas udah mulai Dinas, Mas lupa mau ngasih tau Kamu, Mas aja baru keinget barusan kalo besok berangkat," jelas Bangga.

"Yaudah yuk tidur, Arsyi juga harus siap siapin perlengkapan Mas juga kan besok, masak, segala macam." Arsyi mengubah posisinya menjadi rebahan, seperti Bangga.

Hening.

Arsyi memiringkan badannya supaya menghadap kearah suaminya, tersenyum manis sebagai suguhan penghantar tidur untuk Bangga.

"Mas, pacaran yuk," celetuk Arsyi. Bangga yang ada di hadapannya mengernyit.

"Bukannya kita udah nikah?"

"Iya Arsyi tau, kita uda Nikah. Tapi Arsyi ingin pacaran Mas, Arsyi nggak pernah merasakan pacaran di masa muda," balas Arsyi memainkan jemari Bangga yang berada di atas bantal.

Bangga terkekeh. " Yaudah, kita mulai pacaran besok. Sekarang Kamu tidur ya, udah malem, besok harus nyiapin ini itu kan?" ucap Bangga seraya mengecup kening Arsyi. Disisih lain, Bangga sedikit kecewa, itu artinya Arsyi belum siap untuk memiliki momongan.

***
Arsyi menatap Baju Dinas milik Bangga yang sudah berada di atas meja Setrika, senyumnya lagi lagi merekah saat membaca nama Bangga disana.

Waktu Sekolah, Arsyi hanya bisa membayangkan bagaimana menjadi seorang istri Abdi Negara, tidak disangka, sekarang dia tengah merasakannya. Ini bukan masalah impian atau obsesi, namun ini adalah masalah hati dan komitmen.

"Syi, seragamnya udah belom?" tanya Bangga dari dalam kamar.

Arsyi terperanjat, sedari tadi Arsyi hanya melamun menatap seragam milik Bangga, bahkan tangannya tidak menggerakkan setrika sedikitpun, untung Arsyi belum meletakkan setrika di atas seragam milik Bangga, jika sudah, gosonglah seragam Bangga karena Arsyi yang melamun.

MAS BANGGA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang