Tsalaatsuuna [30]

2.6K 213 13
                                    

"Mas kok kesini, ngapain?" tanya Arsyi kepada Bangga yang berdiri di depannya.

"Kangen," jawab Bangga.

"Di kompi ngga ada kerjaan? biasanya numpuk," tanya Arsyi yang kini tangannya meraih lengan kekar Bangga. Bingung dengan tingkah suaminya.

"Kebetulan sudah Mas selesaikan tadi pagi, siang ini lumayan lengah, dan Mas pingin banget ketemu sama kamu. Akhirnya Mas datang kesini," jawab Bangga, melepas tangan Arsyi yang ada di lengannya, kemudian meraih tangan itu untuk dia genggam.

"Loh, nanti pas pulang kerja kan kita ketemu," ucap Arsyi, heran dengan suaminya yang kadang berubah jadi imut kayak gini.

"Tapi Mas kangennya sekarang sayang." Bangga memanyunkan bibirnya dan itu membuat Arsyi gemas. Apa ini? kenapa suaminya tiba tiba berubah menjadi Hello kitty?

"Ih kok gemes," ucap Arsyi seraya mencoel pipi Bangga yang menggembung seperti anak kecil yang meminta sesuatu kepada Ibunya.

"Boleh peluk ngga, abis ini Mas mau balik ke Kompi," ijin Bangga, matanya memancarkan harapan supaya Arsyi mengijinkannya untuk memeluk, mungkin rasa rindu yang tiba tiba menyerang ini bisa terobati dengan memeluk istrinya itu.

"Tapi ini di luar Mas, aku Mal..."
Belum selesai Arsyi berucap, Bangga sudah memeluk Arsyi hangat, mau tidak mau Arsyi membalas pelukan hangat itu, pelukan ternyaman setelah Ibunya.

"Jangan pulang terlalu malam," ujar Arsyi kepada Bangga. Karena sebelumnya, jika Bangga pulang malam Arsyi pasti menangis, takut Bangganya kenapa napa.

"Insya Allah."

***
Maya mengekor di belakang Arsyi, berusaha menyejajarkan langkahnya dengan teman barunya itu. Maya masih penasaran dengan sosok Tentara yang memeluk Arsyi terang terangan di depan barusan.

"Arsyi tadi itu siapa?" tanya Maya penasaran, pasalnya, Maya mengira bahwa Arsyi ada hubungan khusus dengan Nando atasannya, karena Nando memperlakukan Arsyi sedikit berbeda. Namun barusan, Maya melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Arsyi berpelukan terang terangan di depan gedung.

"Husband gue," jawab Arsyi bangga, dia terlalu bangga memiliki lelaki seperti Bangga.

Maya tersentak, mulutnya sampai terbuka lebar, gadis berambut sepundak itu masih mengekor di belakang Arsyi, dia benar benar syok dengan apa yang Arsyi ucapkan tadi.

Mereka berdua sudah sampai di meja kerja masing masing. Maya masih terkejut kejut dengan wajahnya yang cengo, sedangkan Arsyi mulai mengerjakan pekerjaannya yang diajarkan Maya pagi tadi dan dengan mudah Arsyi pahami.

"Jadi lo udah bersuami?" tanya Maya, masih terkejut dengan kenyataan tadi.

"Udah," jawab Arsyi tanpa berpaling dari layar komputernya.

"Dan suami lo tuh, yang barusan itu?" tanya Maya lagi, suaranya bahkan meninggi saat membahas itu, membuat karyawan lain memerhatikan kita berdua. Memalukan.

"Iya. Kenapa sih?!"

"Ya nggak kenapa napa, gue masih kaget aja gitu. Saat lo tiba disini tuh, semua orang di kantor ngiranya lo tuh cemcemannya Pak Nando, semua ngira lo masih lajang anjir," ungkap Maya yang lagi lagi tidak mengecilkan volume bicaranya.

"Seriusan?" tanya Arsyi tak percaya. Kini wanita berbalut jilbab itu menatap wajah riang Maya yang masih terkejut.

"Iya, semua orang ngira gitu, termasuk gue."

Arsyi memijit pelipisnya, bagaimana bisa semua orang menyangka seperti itu, padahal ini hari pertama Arsyi kerja, tapi gosip tak sedap sudah menghampirinya.

MAS BANGGA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang