Sab'ah A'syaro [17]

4.4K 224 5
                                    

Arsyi membuka matanya perlahan, suara Adzan subuh yang terdengar sangat dekat membuat dirinya terbangun seketika. Saatnya melaksanakan kewajiban Sholat Subuh.

Arsyi terkejut, Pipinya memerah seketika, saat tangan kekar melingkar di perutnya, membuat Arsyi tidak bisa bergerak dan bangun untuk mengambil air Wudhu. Arsyi lupa jika kemarin statusnya telah berubah menjadi wanita berumah tangga, bukan lagi wanita single.

"Mas bangun," ucap Arsyi, seraya mengguncang lengan Bangga pelan.

Bangga hanya bergumam tidak jelas, dan tidak ada minat sedikitpun untuk membuka matanya.

"Mas Bangga, uda Subuh, ayok Sholat," ucap Arsyi kembali, tidak lupa untuk terus mengguncang lengan kekar Bangga.

Sekuat tenaga, Arsyi berusaha melepas pelukan tangan Bangga yang melingkar di perutnya. Memang susah, namun akhirnya terlepas juga.

Arsyi bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, memutuskan untuk Sholat sendiri karena Bangga sangat susah dibangunkan, mungkin Bangga lelah.

Setelah selesai berwudzu, Arsyi mengenakan mukenanya dan melaksanakan sholat Subuh sendirian. Selesainya Sholat, Arsyi melanjutkannya dengan mengaji Al-Qur'an.

Bangga yang mendengar lantunan ayat ayat suci Al-Qur'an dari istrinya itu langsung terbangun dan bergegas mengambil Air wudhu.

Saat Bangga selesai berwudhu, Arsyi sudah selesai mengaji, tinggal melipat Mukenanya saja.

"Kamu nggak bangunin Mas?" tanya Bangga dengan wajah yang dibuat kesal.

"Uda Arsyi bangunin, Mas-nya aja yang tidurnya ngebo," jawab Arsyi seraya menyimpan mukenanya di lemari.

"Enak, aja. Kamu tuh yang ngebo. Semalem, Kamu tidur nggak karuan, mencak mencak kek dikejar maling," balas Bangga, tak mau kalah.

"Bodo amat, yang penting Arsyi bangun duluan, nggak kayak Mas. Uda buruan Sholat, ntar Subuhnya habis tau rasa," ucap Arsyi seraya meninggalkan Kamar.

Arsyi menuju dapur, mengecek ada apa saja di dalam kulkas. Arsyi ingin memasak pagi ini, memasak perdana untuk suaminya. Disana lengkap ternyata, Arsyi jadi bisa leluasa mau masak apa saja. Arsyi akhirnya memutuskan untuk memasak Udang sambal balado, dan juga beberapa gorengan seperti tempe dan bakwan. Mungkin itu saja cukup untuk dimakan berdua, tidak perlu masak banyak karena di rumah ini hanya ada dua manusia saja.

Arsyi mengupas dan mencuci beberapa bahan yang akan dihaluskan menjadi bumbu, kemudian meletakkannya di cobek dan langsung menghaluskannya. Arsyi tidak suka menghaluskan Bumbu menggunakan Blander, karena rasanya akan sedikit berbeda, itu menurut Arsyi.

Saat Bumbu sudah halus, Arsyi memasukkannya ke dalam wajan untuk di goreng supaya Bumbu matang, dan tidak lupa memasukkan beberapa Udang yang sudah di goreng juga. Arsyi mengaduk Bumbu bumbu itu sampai tercampur rata dengan Udang.

"Morning," ucap Bangga yang tiba tiba hadir di dapur. Bangga memeluk Arsyi dari belakang.

Arsyi menjengit, jantungnya berdegup kencang, seperti saat Bangga memeluknya kemarin. Sudah pasti pipi Arsyi memerah, karena perlakuan Bangga.

"Mas, Arsyi lagi masak ini," ucap Arsyi, berharap Bangga mau melepas pelukannya. Arsyi jadi tidak konsen memasak ulah Bangga.

"Iya tau, terus kenapa?" balas Bangga yang semakin mengeratkan pelukannya kepada Arsyi.

"Ntar, itu...."

"Ntar apa?"

"Pokoknya ntar aja meluk meluknya, Arsyi mau masak dulu," ucap Arsyi berusaha menyembunyikan pipinya yang memerah.

MAS BANGGA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang