Tis'ata wa Tsalaatsuun [39]

1.5K 157 2
                                    

Baca ceritaku yang lain juga yuk
judulnya ABINARA. Kalian bakal diajak menyelam kedunia Abimanyu Putra Perwira (Anak dari Bangga Perwira) dan Inara Purnamasari. Jika kalian menebak bahwa kisah ini hanya kisah cinta anak SMA biasa, kalian salah besar! penasaran? langsung saja yuk baca :)

 Jika kalian menebak bahwa kisah ini hanya kisah cinta anak SMA biasa, kalian salah besar! penasaran? langsung saja yuk baca :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.


Begitu cepat bulan berganti bulan kembali, Arsyi melewati masa kehamilannya sendiri tanpa Bangga prianya. Kehamilannya sudah hampir mencapai usia enam bulan. Bangga menemani hanya lewat video call, telfon, dan pesan saja, karena pelatihan selama tiga bulannya.

Itupun Bangga belum tahu kalau istrinya hamil, itu memang kemauan Arsyi.

Dari mulai tentang Nando, Lestari yang berulah kembali, dan masalah Dimas dengan Maya, semua Arsyi lewati begitu saja, hanya ditemani janin mungil diperutnya.

Tepat hari ini, Bangga suami tercintanya mengatakan bahwa dia sudah selesai pelatihan, dan akan pulang dari Pekalongan. Pagi tadi Bangga mengabari bahwa dia hampir sampai di kota tempat mereka tinggal.

Dengan hebohnya Arsyi mengumpulkan semua keluarga dan teman temannya di rumah megah Wira, mertuanya.

"Ma, makanannya udah siap semua?" tanya Arsyi girang. Sekarang Arsyi sudah mulai terus memegang perutnya karena sedikit membesar karena janinnya sehat selalu didalam perut.

"Kamu tuh jalannya pelan pelan, kasihan si kembar di dalam terombang ambing," nasehat Amelia diiringi guraunya.

"Iya iya Ma," balas Arsyi terkikik.
Arsyi sudah memeriksa jenis kelamin janin di perutnya jauh jauh hari yang lalu. Dan syukur Alhamdulillah mereka kembar, satu laki laki dan satu perempuan. Arsyi tidak tahu bagaimana nanti ekspresi bahagia Bangga.

"Duh, Maya kok belum datang juga sih," gerutu Arsyi seraya mencoba untuk menghubungi Maya. Padahal Wulan dan Sekar sudah tiba disini sejak pagi tadi.

"Nah, akhirnya tersambung juga. Assalamualaikum May, lo jadi datang kan, bentar lagi Mas Bangga sampai dan lo belom dateng, sedih nih gue," ucap Arsyi dalam telfon yang tersambung ke Maya.

"Ada Dimas ngga?"

Arsyi menepuk jidatnya, dia baru sadar kalau masalah mereka belum terselesaikan, walaupun sudah ada perubahan, Maya sudah mau berbicara dengan Dimas begitu juga sebaliknya, namun Maya belum sepenuhnya memaafkan Dimas, jadi masih canggung bagi mereka.

"Plis May, demi gue dan keponakan kembar lo. Lo dateng sekarang," ucap Arsyi memohon.

"Iya iya, bawel. Lagian gue juga uda sampe di teras rumah Pak Wira. Gue cuma godain lo doang Hahaha," Maya tertawa puas diseberang telfon. Arsyi gedek, ingin rasanya dia menampol nampol sayang kepala Maya.

***
Bangga sampai di depan rumah orang tuanya, dengan ditemani Bastian disisihnya. Bangga sudah tahu maksud Banstian ikut, dia hanya ingin bertemu Wulan.

Bangga mengernyitkan keningnya saat melihat ada beberapa mobil dan motor bertengger dihalaman rumah orang tuanya, tamu siapa sebanyak ini? pikirnya.

"Rame banget Bang," ucap Bastian yang juga terkejut.

"Iya Bas, aku juga nggak tahu ada apa. Masuk aja yuk."

Bangga dan Bastian masuk kerumah dengan mengucap salam.

"Waalaikumsalam...." jawab serentak orang orang di ruang tamu. Bangga terkejut bukan main. Ada kedua orang tuanya disana, kedua mertuanya juga ada, Dimas, Wulan, Sekar, Maya, Lestari dan... Nando?

Bangga bingung bukan main, banyak sekali hidangan? Kenapa banyak sekali orang dan malah tidak ada istrinya? dimana bidadarinya? dimana wanita mungil menggemaskan itu? wanita yang sudah menjadi candu disetiap gerak geriknya.

Amelia dan Wira maju terlebih dahulu untuk memeluk putra gagahnya itu, bergantian dengan Halimah dan Abdullah.

"Sini duduk, kamu uda makan belom?" tanya Amelia seraya menuntun Bangga untuk duduk, tidak lupa menyuruh Bastian duduk juga. Dengan senang hati Bastian memilih duduk disamping Wulan pujaan hatinya.

"Ma, Arsyi mana?" Hal pertama yang Bangga ucap setelah salam adalah Arsyi, bidadarinya. Celengan rindunya sungguh sudah penuh, dan harus ditumpahkan kepemilik rindunya.

"Kan Mbak, saya bilang juga apa. Anakmu ini pasti mencari istrinya. Itu hal utama yang dia fikirkan sejak perjalanan pulang tadi. Iya kan Le?" Tebakan Halimah memang sangat benar, dan Bangga mengangguk sebagai tanda membenarkan ucapan mertuanya itu seraya tersenyum.

"Nduk, ini loh suamimu pulang." Halimah memanggil Arsyi yang sengaja bersembunyi di dalam dan akan keluar jika di panggil. Tangan Arsyi memegang buku kehamilan, dan juga beberapa hasil usg, dan perkembangan janinnya.

"Ahlan wa sahlan suamiku..." Arsyi keluar dari ruang tengah menuju ruang tamu dengan senyum yang paling cantik untuk menyambut suami tercintanya itu.

Mata Bangga membola, berbinar dan tak percaya, Apa ini? istrinya bertambah cantik dan...perutnya sedikit membesar? apakah ada hal yang dia lewatkan?

Bangga bangkit dari duduknya, menghampiri Arsyi yang berdiri dengan cantiknya seraya memegang buku dan kertas kertas bergambarkan sesuatu.

"Peluk dulu dong, bingungnya nanti aja," ucap Arsyi yang langsung memeluk tubuh tegap Bangga, rasanya aneh saat si kembar menjadi jarak saat mereka berpelukan, lucu sekali.

Bangga yang dipeluk oleh Arsyi masih bingung, perut istrinya benar benar mengganjal saat dipeluk, sedangkan suara tawa riuh diruang tamu mendominasi kebingungan Bangga.

"Sayang, ini anak kita," ucap Arsyi berkaca kaca saat mereka melepas pelukan. Tangan kanan Arsyi meraih tangan kekar Bangga untuk menyentuh perutnya yang mulai membuncit, sedangkan tangan kiri Arsyi mengusap lembut pipi suaminya.

"A an anak, kita....?" tanya Bangga belum percaya penuh, namun matanya mulai berkaca kaca.

"Iya, anak kita. Nih coba lihat, ini hasil perkembangan janin di perut aku. Ini Diary kehamilan aku. Dan kamu harus tahu bahwa anak kita nantinya kembar," jelas Arsyi seraya memperlihatkan hasil usg nya selama ini.

"Sayang tapi kamu nggak ngasih tau Mas," ucap Bangga yang masih tidak percaya dengan semuanya, dia masih berkaca kaca seraya menutup mulutnya tidak percaya.

"Aku sengaja nggak ngasih tau Mas, aku ingin buat kejutan, dan berhasil. Mas terkejut bahagia sekarang, iya kan?"

"Terimakasih sayang, terimakasih...." Bangga menangis, benar benar menangis bahagia. Bangga menunduk mencium perut Arsyi yang sedikit membesar, kemudian mencium kening Arsyi, dan berpindah ke pipi. Bangga menatap bibir ranum milik Arsyi yang membuatnya kecanduan.

"Nggak boleh yang ini, banyak orang. Dirumah aja okay?" Seperti tau apa yang ada di fikiran Bangga, Arsyi menutup mulutnya seraya terkekeh geli melihat reaksi suaminya.

🌵🌵🌵🌵🌵🌵

Sedikiiiit, gapapakan?
yang penting double up😁
Yang rindu sama Bangga, tuh uda balek dia.
Jangan lupa vote dan komen yaaaaa sayang sayangku❤️




MAS BANGGA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang