Arbaah [4]

4.9K 311 22
                                    

Disini Arsyi berada sekarang. Disebuah tempat yang serba berwarna hijau, dengan perumahan yang berjajar rapih, lapangan yang luas dan banyak orang berlalu lalang mengenakan seragam Doreng.

Arsyi berada dikompi senapan untuk mengukuti reoni kemah Bela Negara yang sudah teman temannya rencanakan.

Beraneka susunan acara yang menyenangkan telah Arsyi lalui dengan senang hati. Arsyi saling berpelukkan dengan teman teman perempuannya setelah satu tahun tak bertemu. Tertawa bersama dan memberi candaan yang garing itu adalah hobi Arsyi, jadi jangan heran jika Arsyi punya banyak teman disekolah maupun luar sekolah.

"Fiuh, akhirnya selesai juga." Arsyi menghela nafas pelan seraya bergandengan tangan dengan Nala teman yang juga mengikuti reoni Bela Negara. Mereka berdua memilih berjalan jalan mengelilingi kompi untuk mengenang kegiatan satu tahun yang lalu.

"Eh Syi, lo ingat nggak waktu outbon disitu. Aland takut banget gara gara semua wahananya tinggi." Nala menunjuk kearah Lapanga yang luasnya minta ampun. Arsyi ingat, itu lapangan yang digunakan untuk outbon saat Bela Negara dulu.

"Oiya gue ingat, kalo nggak salah Aland takut banget sama ketinggian." Balas Arsyi dengan tawanya karena dia teringat betapa lucunya Aland saat ketakutan karena semua wahana tinggi.

Benar benar masa yang indah dan perlu dikenang saat kemah satu tahun yang lalu. Persahabatan mereka semua tetap terjalin walaupun jarak memisahkan mereka dan lagi mereka jarang sekali bertemu.

"Syi kita duduk dibangku taman belakang barak yuk." Ajak Nala.

Ah, Arsyi jadi ingat. Arsyi mengalami cinta lokasi bersama Aland disana, ditaman belakang barak, dan berakhir dengan cinta sebatas patok tenda.

"Ayok, gue lagi pengen flashback nih." Balas Arsyi setuju. Mereka berduapun berjalan menuju taman belakang barak dengan langkah ringan. Betapa merindunya mereka dengan lokasi tersebut.

Akhirnya merekapun sampai ditaman belakang barak. Disana terlihat ada dua tentara yang tengah bercengkerama riang.
Kesempatan Arsyi untuk menyapa mereka dengan ramah. Arsyi tidak bermaksud apa apa, dan hanya ingin menyapa saja sebagai makhluk sosial.

"Selamat siang Ndan." Sapa Arsyi. Arsyi selalu memanggil semua tentara dengan sebuta Komandan walaupun tentara tersebut bukan komandan.

Saat kedua tentara itu menoleh Arsyi jadi Melting sendiri karena dua tentara itu masih sangatlah muda dan senyum mereka sangat memesona.

Astaghfirullah,sadar Syi dosa! Dosa!!!

"Hehe , numpang maen disini Ndan." Ucap Arsyi lagi dengan cengirannya, sedangkan Nala yang disebelahnya cuma nyengir nyengir nggak jelas.

"Oh iya iya silakan." Ucap salah satu dari dua tentara itu.

"Loh, Arsyi kan?"

Arsyi terlonjak kaget saat mendengar salah satu dari dua tentara itu mengenalnya, yang Arsyi tau tentara yang mengenalnya hanya para pembimbingnya saat kemah, itupun sudah bapak bapak semua. Dan tentara yang mengenal Arsyi saat ini adalah tentara muda dan lagi bisa dibilang memesona dimata Arsyi.

"Emm kenal saya Ndan?" Tanya Arsyi dengan lagi lagi memanggil tentara didepannya dengan sebutan komandan.

"Iya kenal lah. Anak didiknya Pak Wira kan?" Tanya tentara itu dengan senyum yang merekah dan itu sangat manis menampilkan lesung pipinya.

"Hehe, iya. Ngomong ngomong saya nggak pernah liat Anda Ndan saat kemah?" Kebiasaan Arsyi muncul, yaitu mengajak ngobrol santai orang yang baru bertemu dengannya.

"Ya ampun Arsyi Aku Bangga, Bangga Perwira."

Deg

Arsyi berhenti menampilkan ekspreai friendlynya. Dia kaget setengah mati saat tau bahwa lawan bicaranya adalah Bangga, tentara muda yang sering nge Dm dirinya. Arsyi berubah menjadi gugup dan salah tingkah sendiri.

MAS BANGGA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang