Khomisah A'syaroh [15]

4.4K 240 5
                                    

Waktu yang ditunggu tunggu akhirnya tiba juga. Pernikahan Arsyi dan Bangga akan terlaksana siang ini. Degub jantung keduanya berpacu beberapa kali lebih cepat, walaupun acara belum dimulai.

Pernikahan akan dilaksanakan di sebuah gedung, karena akan dilaksanakan upacara Pedang Pora disana, supaya kondusif kata Bangga.

Dekorasi, dan beberapa hidangan sudah tersedia disana. Mempelai wanita yang tidak lain adalah Arsyi, sedang berada di rumahnya untuk dirias, dan mempelai pria yang tidak lain adalah Bangga, juga sedang berada di rumahnya untuk dirias. Bangga akan menjemput Arsyi menggunakan Mobil pengantin yang sudah didekor penuh dengan bunga bunga yang cantik. Bangga akan menjemput Arsyi menggunakan Mobil pengantin menuju Gedung pernikahan nanti, saat waktunya tiba.

Arsyi menatap pantulan dirinya di cermin besar. Hari ini dia sangat cantik menggunakan Gaun pengantin berwarna Army dengan jilbab yang senada. Sejak tadi malam Arsyi gelisah, jantungnya tak bisa tenang menantikan hari ini. Arsyi belum percaya bahwa dirinya akan menikah hari ini, Arsyi belum percaya kalau dia akan menjadi seorang istri setelah ijab qobul nanti, dan Bangga akan menjadi suaminya.

"Arsyi!" Seseorang memeluk Arsyi dari belakang, sangat erat sampai membuat Arsyi hampir tercekik.

"Wulan?" Ternyata orang itu adalah Wulan, dia baru pulang dari luar kota sehingga tidak bisa membantu persiapan pernikahan Arsyi sejak kemarin.

"Gue kira lo ga bakal datang dipernikahan Gue," ucap Arsyi dengan mata berkaca kaca. Arsyi takut, jika Wulan tidak datang, mereka terbiasa bertiga dan hanya ada sekar sejak empat hari yang lalu.

"Sttt, jangan nangis dong, ntar Make Up-nya luntur loh, yang penting Gue udah disini kan?" Wulan memeluk Arsyi tulus, tidak mungkin dia melewatkan pernikahan seseorang yang berarti dalam hidupnya.

Wulan melepas pelukannya, memegang pundak Arsyi dan menatap lekat mata sahabatnya itu.

"Jangan gugup, Semangat Ibu Persit!" ucap Wulan memberi semangat kepada Arsyi. Wulan tau, Arsyi pasti gugup dan gelisah saat ini, siapa sih yang tidak gerogi saat hari saklar itu tiba.

"Btw, Sekar mana?" tanya Wulan, kepalanya celingukan mencari sosok Sekar dikamar Arsyi, karena diruang tamu anak itu juga tidak ditemukan.

"Gatau tuh, tadi sih bilangnya mules. Toilet mungkin," jawab Arsyi tidak minat. Arsyi benar benar tidak bisa menyembunyikan kegugupannya. Sebentar lagi Bangga tiba, dan Arsyi seperti orang paling gugup sedunia.

Wulan menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti dengan jawaban yang Arsyi berikan tentang Sekar yang tiba tiba tidak kelihatan. Wulan menatap wajah Arsyi, wajah cantik itu benar benar butuh penenang. Wulan menggenggam tangan Arsyi.

"Tenang, Ada Abah, Ibu, Bang Dimas, Sekar, dan Gue. Nggak perlu gugup, nggak perlu takut. Bismillah...," Ujar Wulan berusaha menenangkan Arsyi.

Arsyi membuang nafas keras, jangan sampai acara bahagia ini rusak karena kegugupannya.

"Syi, Bangga sudah datang."

Deg

Jantung Arsyi berpacu sangat cepat, bahagia, gugup, gelisah, bercampur menjadi satu. Walaupun rasa gugup menyerang Arsyi sedari tadi, Arsyi akan menunjukkan senyum terbaiknya kepada Bangga, yang tinggal menghitung jam saja akan menjadi suami sahnya.

Halimah dan Wulan menggandeng Arsyi untuk menuju ke depan rumah, menemui Bangga yang sudah menanti. Sekar yang sedari tadi ngilang kini sudah muncul kembali dengan kebayanya yang berwarna Tosca, kembaran dengan Wulan.

Arsyi mendapati Bangga yang berdiri di depan Mobil pengantin, dengan sopir yang sudah ada di dalamnya, dan Pak Wira, sosok yang sudah menjadi perantara Allah untuk mempertemukan Arsyi dengan Bangga.

MAS BANGGA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang