Tis'ata wa isyruna [ 29 ]

2.8K 226 23
                                    

"Na Nando kamu?"

"Laksmi, kamu bisa tinggalkan kami berdua," ucap pria yang diketahui namanya adalah Nando, Direktur perusahaan yang akan Arsyi tempati sebagai tempat kerja.

"Nggak usah kaget gitu Syi. silahkan duduk."

Arsyi ternganga, sungguh Arsyi tidak menyangka kalau pria yang ada dihadapannya saat ini adalah Nando, cowok yang pernah ngejar ngejar Arsyi waktu Madrasah Aliyah. Dan sekarang dia adalah Direktur perusahaan yang Arsyi tempati.

"Nando, ini beneran kamu? Eh maaf, maksudnya Pak Nando, ini nyata?" Arsyi sampai bingung mau manggil dia Nando atau Bapak Nando. Lucu saja rasanya memanggil teman sekolah dengan embel embel Bapak, namun ini dunia kerja, dan Nando adalah atasan Arsyi. Arsyi rasa, dia harus profesional.

"Santai aja Syi. Iya ini gue Nando," balas Nando. Beda. Bawaannya lebih dewasa daripada dulu.

"Nggak bisa Pak. Posisi saya sekarang adalah karyawan Bapak," ucap Arsyi seformal mungkin.

"Iya gue tahu. Lo karyawan disini, bukan lagi cewek gila yang jutek, yang mati matian gue kejar cintanya," ujar Nando.

Jantung Arsyi berdebar. Bukan karena suka atau cinta, tapi berdebar karena takut. Arsyi takut kalau Nando mau balas dendam dengannya. Bisa saja, setelah Arsyi diterima kerja di perusahaan milik Nando, Nando bakalan menyiksa Arsyi dengan semua perbuatan kejinya. Arsyi sering membaca situasi seperti ini di Novel novel koleksi miliknya di rumah. Ini semacam balas dendam karena cinta yang tak terbalas. Tunggu, apakah Arsyi terlalu berlebihan? atau bahkan kepedean? Bukan, ini lebih ke takut.

Astaghfirullah, nggak boleh su'udzon Syi...

"Duduk." Nando mempersilahkan Arsyi duduk. Arsyipun mengikuti perintahnya. Sungguh, yang ada dipikiran Arsyi sekarang adalah, seorang Nando yang usianya tidak jauh beda dengannya, kini sudah memegang perusahaan sendiri, gila memang, dan Arsyi sangat salut.

"Maaf Pak sebelumnya. Saya mau nanya sesuatu," ucap Arsyi takut takut, jarinya saling bertautan.

"Ya Allah Syi, santai aja sama gue. Nggak usah panggil, Pak gitu," balas Nando terkekeh. Memang aneh sih kedengarannya, namun ini dunia kerja, Arsyi tidak bisa bersikap santai kepada atasannya.

"Ya pokoknya saya mau manggilnya Bapak."

Nando tertawa keras, membuat Arsyi bingung dan bertanya tanya dimana yang lucu.

"Yaudah, kamu mau nanya apa?" tanya Nando yang kini sudah berganti ke saya dan kamu, bukan lagi lo gue.

Blank

Arsyi benar benar lupa apa yang hendak dia katakan.

"Em...."

"Ya?"

"Saya lupa pak mau nanya apa," jawab Arsyi seraya merutuki dirinya sendiri karena pelupa, kenapa tiba tiba lupa sih?

Nando tertawa keras kembali, wanita dihadapannya ini benar benar Arsyi, Arsyi yang masih sama seperti dulu. Arsyi yang menggemaskan, lucu, dan terkadang cuek. Hanya saja, dia sudah bersuami, itu perbedaannya.

"Yasudah, kamu langsung kerja saja. Saya manggil kamu kesini cuma formalitas saja," ujar Nando tersenyum ramah.

"Formalitas? terus, saya harus menemui Manager terlebih dahulu atau tidak?" tanya Arsyi hati hati. Entahlah, sekarang Arsyi merasa harus hati hati dengan pria di hadapannya ini. Takut dipecat.

"Nggak usah, langsung kerja saja. Di depan ada Laksmi yang akan mengantar dimana ruangan dan meja kerjamu. Selamat bergabung."
Arsyi tersenyum, berdiri dari tempat duduknya, berusaha seramah mungkin menyapa. " Terimakasih Pak, saya permisi." Arsyi keluar dari ruangan Nando, dan benar saja, Laksmi masih setia menunggu di luar ruangan Nando. Laksmi mengembangkan senyum ramahnya.

MAS BANGGA [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang