arlando - 8

9.3K 391 0
                                    

Dengan sangat terpaksa, seusai ekskul dance, Tania mengikuti keinginan Arlan untuk bertemu dengannya di lapangan basket tersebut. Sebelum itu, Tania meminta izin kepada ketiga sahabatnya untuk menunggunya di koridor kawasan kelas XII.

"Guys, kalian tungguin gue ya. Gue masih ada urusan sama tuh anak" ujar Tania dengan malas.

"Oke. Jangan lama loh. Kalo sekiranya gak ada yang penting penting amat, tinggalin aja" jawab Grecia.

"Iya. Udah gue duluan. Kalian tungguin gue di koridor kelas XII aja" balas Tania sambil melihat satu satu ketiga sahabatnya. Ketiga nya pun menganggukan kepala mereka.

Tania pun meninggalkan ketiga sahabatnya. Ia harus segera mungkin menselesaikan masalahnya dengan 'cowok nyebelin' yang pernah Tania kenal. Sepeninggalan Tania, ketiga sahabatnya tak bisa membantu Tania, bukan tak bisa melawan Arlan melainkan kata Tania, Arlan lah yang menyuruhnya untuk tidak membawa sahabat sahabat Tania.

Sesampainya di lapangan basket, ia melirik satu per satu orang disana. Ia mencari sosok orang yang ditemuinya. Tapi tak ada. Tania sempat berpikir, 'apa tuh anak ngerjain gue ya'. Setelah yakin yang ia lihat, masih sama. Arlan tak ada di sana. Tapi ada satu yang mengganggu pikirannya, ia melirik satu cowok yang sedang mendribbel bola basket tersebut ke arah ring basket dengan keringat sudah penuh di area muka dan badannya, ntah apa yang ia lakukan. Tania yakin, bahwa itu adalah Arlan.

Dengan terpaksa, Tania memasukki lapangan basket tersebut. Dan itu membuat aktivitas cowok cowok di sana menghentikan permainannya dan melirik Tania dengan tatapan yang menggoda. Tania dilirik seperti itu, cukup risih. Bagaimana tidak, mereka melihatnya secara intens dari atas sampai bawah. Seolah tau apa yang sedang dipikirkan cowok cowok tersebut, Tania membalasnya

"Ngeliatinnya biasa aja. Gue colok mata kalian baru tau rasa" ujar Tania dengan ketus.

"Kalem dikit kenapa? Cantik cantik galak amat" jawab seorang cowok disana, yang Tania tak kenal siapa nama cowok tersebut.

"Kak Tania ya?" tanya salah satu murid disana. Yang membuat, cowok cowok disana melirik kepada cowok tersebut termasuk Arlan yang menghentikan permainannya.

"Iya. Ada apa ya? Kok tau nama gue?" Tania hanya menanyakan balik kepada cowok tersebut.

"Saya Leonard Steven kak. Panggil aja Leo. Saya salah satu murid pembimbing kakak waktu MOS" jawab Leo dengan mengulurkan tangannya bermaksud memperkenalkan dirinya.

"Oh. Leo yang waktu itu telat datang saat hari pertama MOS kan?" tanya Tania yang memastikan kepada cowok tersebut. Dan mengulurkan kembali tangannya kepada Leo. Cowok cowok disana hanya mengamati pembicaraan kedua orang tersebut termasuk Arlan.

"Hehe iya kak bener. Saya pikir kakak lupa" jawab Leo yang masih enggan melepaskan uluran tangannya kepada Tania.

Arlan yang melihat itu pun, hanya berdehem tak suka "Ehem! Kalo udah selesai kenalan, bisa kali tuh tangan dilepas". Sahabat sahabat Arlan yang mendengar Arlan jawab seperti tadi hanya melongo termasuk Tania. Selang beberapa menit, tangan mereka pun saling lepas.

"Eh sorry kak Arlan. Gue gak ada maksud" ujar Leo kepada Arlan sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Ngapain lo minta maaf ke dia? Gue aja gak masalah tuh. Dan lo, gak ada hak untuk atur atur dia mau jabat tangan gue berapa lama ya itu serah dia dong" ujar Tania yang bertanya kepada Leo dan mengalihkan pandangannya kepada Arlan. Seolah tersihir, Arlan pun mengangguk kepalanya saja. Ia sadar, ia bukan siapa siapa nya Tania.

"Jadi kakak mau ngapain kesini?" tanya Leo lagi setelah beberapa menit lalu sempat ada perdebatan.

"Mau ketemu nih orang" tunjuk Tania kepada Arlan. Arlan yang melihat jari Tania menunjuk kearahnya pun, otomatis menarik Tania dari sana. Teman teman Arlan pun melanjutkan kembali aktivitas bermain basketnya tersebut.

ARLANDO (PROSES PENASKAHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang