arlando - 66

3.6K 146 0
                                    

Tinggalkan jejak vote & comment kalian! Dan hargain cerita yang author buat. Terima kasih :)

Lauren pun telah membujuk Tania sesuai dengan permintaan Arlan. Tetapi, Tania menolak. Ia bukannya tidak mau memaafkan Arlan, melainkan Tania ingin Arlan meminta maaf secara langsung kepadanya bukan melalui perantara dari Lauren.

"Tan ayo lah lo jangan marahan lagi ya sama Arlan" Lauren mencoba sekali lagi membujuk Tania.

"Apaan sih. Kan gue bilang gak ya gak" tolak Tania.

"Lo tuh di bayar berapa sih sama dia? Mau maunya disuruh kayak gini. Yang salah siapa, yang ngebujuk siapa" lanjut Tania.

"Gue cuma ngebantu dia doang Tan. Gue kasian liatnya. Mukanya melas banget ke gue" ucap Lauren.

Tania hanya mengedikkan bahu nya cuek. Dia lebih memilih keluar dan bertandang ke kamar Siska dan Grace.

"Eh eh kok gue di tinggal sih" gerutu Lauren kesal melihat Tania meninggalkan dirinya.

Tania kaget ketika membuka pintu kamar tersebut. Ia mendapati Arlan di sana. Ia sempat berpikir, Lauren lah yang menyuruh.

"Tan" panggil Arlan.

Tania hanya mengangkat satu alisnya.

"Kamu masih marah?" tanya Arlan yang memegang satu tangan Tania.

"Pikir aja sendiri" balas Tania cuek dan melepaskan tangan Arlan.

"Aku minta maaf sama kamu soal kemarin. Aku gak ada maksud untuk marah ke kamu. Aku juga minta maaf sama kamu soal aku cuekin kamu waktu di Candi. Maafin aku Tan" Arlan meminta maaf kepada Tania.

"Oh maaf ya? Kenapa baru sekarang? Kemarin kemarin emangnya gak ngerasa bersalah gitu ya? Oh aku tau pasti karna bantuan dari Lauren makanya baru nyadar sekarang?" Tania melontarkan pertanyaan demi pertanyaan yang ketus untuk Arlan.

"Aku sengaja minta bantuan dari Lauren supaya kamu gak marah lagi sama aku. Aku gak mau kamu jadi tambah marah sama aku. Aku ngebiarin emosi kamu dulu Tan" jelas Arlan.

"Emangnya kalo kamu minta maaf sekarang aku gak marah lagi sama kamu? Gak tuh. Masih sama. Bahkan lebih. Udahlah kamu sana aja" balas Tania ketus dan mengusir Arlan.

"Gak Tan. Aku gak akan biarin kamu marah lama sama aku" Arlan memegang kedua tangan Tania.

"Kok maksa sih?" tanya Tania tak suka.

"Aku gak maksa. Aku cuma mau kamu gak marah lagi sama aku. Itu doang Tan"

"Udah deh Lan kamu minggir. Aku mau lewat" Tania mengalihkan pembicaraan.

Tania mendorong tubuh Arlan agar menjauh dari sana. Tetapi, Arlan semakin menggenggam kedua tangan Tania dengan erat, dan satu tangannya memegang dagu Tania.

"Hei kamu dengerin aku ya. Kalo ada masalah di selesaiin secepat mungkin Tania. Aku gak mau masalah sepele gini nantinya jadi kemana mana. Aku juga gak mau liat kamu marahan lagi sama aku. Cukup satu hari aja kamu marahan sama aku" ucap Arlan serius dan lembut yang menatap kedua mata Tania.

Tania menatap kedua bola mata Arlan di sana. Bahwa ia mengatakannya dengan jujur.

"Kamu dengerin aku kan?" tanya Arlan yang melihat Tania tidak merespons sama sekali.

Tania hanya mengangguk kepalanya.

"Aku minta maaf ya sama kamu. Aku gak mau liat kamu marahan gini cuma karna aku.."

"Aku udah maafin kamu. Aku gak marah kok. Aku cuman terbawa emosi aja. Aku juga mau minta maaf sama kamu soal aku ngusir kamu karna kita gak jadi jogging kemarin" ucap Tania yang memotong pembicaraan Arlan sambil memeluk Arlan.

Arlan pun membalas pelukan dari Tania itu dengan sangat lembut dan mengelus rambut Tania dengan sayang.

"Makasih sayang makasih" ucap Arlan.

"Iya" balas Tania.

Tania mendongakkan kepalanya.

"Tapi ada satu syarat" pinta Tania.

"Sebutkan apapun itu sayang" balas Arlan manja.

"Kalo kita ada masalah lagi, aku gak mau loh ya kamu suruh suruh sahabat aku untuk ngebujuk aku supaya aku gak marah lagi sama kamu" ucap Tania yang memberi peringatan kepada Arlan.

Arlan nyengir menunjukkan deretan deretan gigi putihnya.

"Siap tuan putri" balas Arlan antusias dan mencubit pipi Tania dengan gemas.

"Siap sih siap tapi gak usah nyubit segala kali" protes Tania kesal dan mengelus pipi nya sendiri dari bekas cubitan Arlan tersebut.

Arlan hanya terkekeh dan memeluk Tania kembali ke dalam dekapannya.

"Hem beda yang udah baikan mah" sambar Lauren dari belakang.

Keduanya melepaskan pelukan mereka.

"Sirik aja lo" balas Tania.

"Dih tadi sok sokan gak mau maafin" sindir Lauren kepada Tania.

"Suka suka dong. Yang punya hak veto nentuin mau maafin atau gak kan gue. Ngapa lo yang sewot" balas Tania tak mau kalah.

"Mulai bawel nya ya" sambar Arlan yang menjepit mulut Tania dengan kedua jarinya.

"Kamu tuh ya udah hobi berantakin rambut aku, cubit pipi aku, sekarang nambah hobi baru lagi ngejepit mulut aku?" tanya Tania sewot dan melepaskan kedua jari Arlan dari mulutnya itu.

"Udah tau masih nanya" balas Arlan santai.

"Tolong yang jomblo di hargain mas, mba disini" lagi lagi Lauren mengganggu mereka.

"Tinggal pergi susah amat neng" balas Tania cuek.

Lauren menghentakkan kedua kakinya dengan keras ke arah Tania dan berlalu dari sana.

Tania hanya ketawa melihat ekspresi sahabatnya itu.

"Seneng bener ya liat sahabatnya marah kayak gitu" ucap Arlan yang mengamati Tania sedari tadi.

"Dia mah sok sokan aja marah. Ntar juga baikan lagi" balas Tania santai.

ARLANDO (PROSES PENASKAHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang