H-15

49.7K 2.3K 6
                                        

*plak*  Terdengar suara tamparan . Hulya yang menampar pipi Revan sampai memerah.

*berengsek!*  Maki Hulya pada Revan.

Revan mengabaikan sakit di pipinya. Ia menyentuh tangan Hulya

"Hulya kita perlu bicara"  ujar Revan

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Kamu jangan jadi orang yang kurang ajar sama kakak ipar kamu" maki Hulya dihadapan Revan.

"Raisa anak aku kan" ucap Revan to the point .

Mendengar ucapan Revan tubuh Hulya menegang cekalannya pada lengan Revan mengendur. Ia berusaha mati matian agar air matanya tidak jatuh, namun setiap kali ia menahan ia selalu gagal. Air matanya jatuh tanpa izinnya terlebih dahulu.

"Anak kamu sudah lama mati" ucap Hulya penuh penekanan disetiap katanya.

"Kamu bohong Hulya aku punya buktinya" ucap Revan mengeluarkan hasil DNA dari rumah sakit.

Hulya terkejut bukan main ternyata Revan benar benar serius kali ini. Hulya memberanikan diri menampar Revan untuk kedua kalinya.

*plak*

"Anak kamu udah mati sejak kamu nyuruh aku buat gugurin dia, Raisa bukan anak kamu" ucap Hulya penuh penekanan disetiap katanya.

"Kamu gak bisa bohong Hulya aku punya bukti yang akurat, aku butuh kejujuran kamu"  ucap Revan menatap tajam Hulya.

"Kamu inget kalo kamu pernah bilang kamu gak akan pernah menyesali keputusan kamu buat nyuruh aku gugurin kandungan aku bukan? Jadi sekarang anggap saja aku sudah menggugurkannya dan sekarang aku sudah bahagia dengan keluarga dan kehidupan aku" ucap Hulya sedikit berteriak dihadapan Revan. Wanita itu menghempaskan tangan Revan yang menyentuhnya erat.

Hulya berjalan cepat meninggalkan Revan yang mematung ditempat. Hulya juga menghapus air matanya agar tak terlihat oleh yang lain.

Reyhan mengamati perubahan yang terjadi pada istrinya, ia yakin betul jika Hulya baru saja menangis. Tak lama setelah Hulya kembali ia melihat Revan didepan pintu rumahnya. Ia jadi yakin jika Revanlah penyebab Hulya menangis.

Reyhan tidak kuat melihat wajah Revan ia bangkit dan menarik adiknya itu ketempat dimana tadi Revan menarik Hulya. Disana Reyhan menghajar Revan habis habisan. Revan hanya diam menerima bogem mentah dari kakaknya itu. Ia mengaku salah, ia mengaku berengsek, dengan melihat emosi Reyhan ia jadi tahu jika Hulya mungkin sudah menceritakan kejadian yang sebenarnya pada kakaknya.

"Maaf kak" lirih Revan ketika Reyhan meninggalkannya.

"Dengar ya! Jangan pernah lagi lo ganggu keluarga kecil gue!" Ucap Reyhan menarik kerah kaos Revan lalu menghempaskannya.

"Raisa anak aku kan kak" ucap Revan terbata bata menghentikan langkah Reyhan.

"Anak lo udah mati sejak lo nyuruh Hulya buat gugurin dia" ucap Reyhan membuat Revan bungkam seribu bahasa.

Revan merasa tertusuk ribuan jarum mendengar ucapan Reyhan. Lalu Reyhan meninggalkan Revan tanpa sepatah katapun Reyhan meningglakan Revan dengan kondisi adiknya yang mengenaskan. Ia kembali berkumpul bersama keluarganya diruang tengah. Sementara itu, Revan nampak kesulitan untuk bangkit dari tidurnya.

Reyhan melihat istrinya yang melamun ditaman belakang sambil menggendong Raisa yang tengah tertidur. Pria itu menghampiri Hulya lalu mengecup kening istrinya.

"Semua akan baik baik saja" ucap Reyhan pada istrinya.

Hulya tersenyum pada suaminya "Ayo kita pulang ke Bali, aku tidak betah berlama lama disini" lirih Hulya

"Besok kita akan pulang ya" ucap Reyhan menenangkan Hulya.

"Sayang ayo kita pulang" ucap bundanya Hulya.

"Loh kenapa buru buru,saya masih kangen sama Raisa dan Rasya" ucap Ratna pada besannya.

"Yasudah jika Hulya dan Reyhan masih mau disini,tapi bunda pamit mau pulang dulu ya" ucap Rosa sambil mengelus lengan putrinya.

Sepeninggalnya Rosa dari rumah Ratna. Hulya dan Reyhan membawa dua anaknya yang kini tengah tertidur digendongan mereka menuju kamar Reyhan.

Ditengah jalan mereka berpapasan dengan Revan yang baru masuk kedalam rumah. Wajah Revan saat ini sangatlah mengerikan,membuat siapapun yang melihatnya bergedik ngeri.

"Ya ampun sayang wajah kamu kenapa" ucap Ratna pada putranya.

"Gapapa ma" balas Revan cuek.

"Kamu berantem sama siapa" ucap Ratna panik.

Revan melirik Reyhan yang membuang muka memperhatikan anak digendongannya.

"Biasa masalah cewek" ucapnya sambil menatap Reyhan.

"Sini kamu duduk,mama yang bakal obati kamu" ucap Ratna sambil menarik tangan putranya agar duduk.

Setelah itu Reyhan dan Hulya melanjutkan langkah mereka menuju kamar Reyhan.

Malamnya Revan nampak tengah duduk ditaman belakang bersama Raisa disampingnya.

"Om levan ayo masuk" pinta Raisa pada Revan.

"Sayang om boleh minta sesuatu gak" ucap Raisa pada Revan.

"Om mau apa"

"Om mau kamu manggil om Revan dengan sebutan ayah,gak usah lagi kamu manggil om dengan sebutan om ya" ucap Revan menatap mata Raisa. Mata yang meneduhkan sama seperti milik Hulya.

"Om ayah itu sama kan seperti papa" tanya Raisa yang sepertinya bingung.

"Ia sayang"

"Telus kalo sama kenapa laisa halus manggil om ayah"

"Ya karena om seb -------- "

"Gak ada ada yang izinin Raisa manggil orang lain papa selain aku, karena cuma aku papanya Raisa" potong Reyham sebelum Revan menyelesaikan ucapannya.

Revan segera menggendong putrinya dan membawanya masuk kedalam rumah untuk melakukan makan malam bersama keluarga.

Setelah makan Revan berusaha mengejar Reyhan. Revan tidak meminta banyak dari Reyhan. Ia hanya ingin dipanggil ayah oleh putrinya.

"Bang dengerin gue dulu,gue gak minta banyak dari lo, gue cuma minta anak gue manggil gue dengan sebutan ayah apa itu sulit" ucap Revan dibelakang Reyhan.

Mendengar permintaan Revan, Reyhan segera menghentikan langkah kakinya.

"Siapa anak lo? Anak lo udah mati" ucap Reyhan pada adiknya.

"Bang gue ngaku gue salah,gue pengecut. Gue cuma minta itu aja bang, gue janji gue bakal ikhlasin Hulya buat elo" ujar Revan mendesak abangnya.

"Hulya emang buat gue sekarang, Hulya punya gue, Hulya istri gue dan gue gak akan pernah buang Hulya begitu aja! Sampai kapanpun!" Ucap Reyhan penuh penekanan.

"Oke bang tapi gue minta sama lo buat izinin Raisa manggil gue ayah karena bagaimanapun juga sebagian darah gue ada dalam tubuh Raisa" ucap Revan yang tanpa ia sadari terdengar oleh seseorang dibelakangnya.

"A..aapaa kamu bilaangg.. Raisaa anak Revan" ucap Ratna yang nampak shok mendengar ucapan putra bungsunya.

Melihat ibunya yang ternyata mendengar pembicaraan mereka membuat dua kakak beradik itu diam ditempat. Mereka bingung mau melakukan apa Revan hanya menundukkan kepalanya sementara Reyhan mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia tak tega melihat ibunya menangis. Ini juga salahnya yang berbohong pada orangtuanya. Sungguh ia tak menyangka semuanya akan jadi seperti ini.

Saat ini pandangan Reyhan menghadap pada orang yang mulai berdatangan kearahnya. Mungkin mereka mendengar perdebatannya dan mungkin akan ada perang dunia besar dikeluarganya sebentar lagi.

HULYA   [COMPLETE]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang