H-2

67.5K 3.5K 20
                                    

Setelah dirasa cukup tenang Hulya ikut bergabung bersama kedua orangtuanya untuk melangsungkan makan malam. Hulya tidak bisa tenang selama makan malam berlangsung karena ia telah menyembunyikan hal besar dari kedua orangtua juga kakaknya. Akhirnya dengan memberanikan diri untuk berbicara yang sejujurnya pada kedua orangtuanya. Mau tidak mau ia harus jujur karena tak ada gunanya ia berbohong pada orangtuanya sendiri toh cepat atau lambat kedua orangtuanya pasti tahu jika ia hamil. Hulya juga sudah menyiapkan mentalnya untuk menerima segala amukan dan rasa kecewa dari kedua orangtuanya.

"Bunda .... Ayah .... Hulya mau ngomong sesuatu sama kalian" Lirih Hulya sambil menundukkan kepalanya.

"Apa yang mau kamu bicarakan nak?" Tanya Rosa, ibu Hulya.

"Hulya.... Hulyaa hamil bun" Ucap Hulya lirih sambil menundukkan kepalanya.

*plak*  Mendengar ucapan putrinya Doni segera menampar putri bungsunya itu.

"Apa kamu bilang! Siapa ayah dari anakmu itu" Ucap Doni tegas dan keras pada putrinya yang masih menundukkan kepalanya.

"Hullya tidak tahu" ucap Hulya lirih sambil menatap ujung kakinya dan menahan tangisnya.

Hulya terpaksa berbohong pada kedua orangtuanya karena jika ia mengatakan yang sebenarnya Ayah, bunda, dan juga kakaknya pasti tidak akan terima dan mereka pasti meminta pertanggung jawaban dari Revan. Untuk apa Hulya bicara jujur jika ayah bayinya saja sudah tidak mau bertanggung jawab.

Mendengar ucapan putrinya Doni menghela nafasnya berat.

"Kapan kamu melakukan perbuatan itu?" Tanya Doni sambil menatap putrinya yang masih menundukkan kepala.

"Saat acara kelulusan. Saat itu Hulya mabuk dan selanjutnya Hulya tidak tahu apa yang terjadi tiba tiba pagi harinya Hulya sudah berada dikamar yang Hulya tidak tahu dan sendirian" ucap Hulya sedikit berbohong.

Saat acara kelulusan Hulya tidak mabuk sama sekali. Hulya mengingat betul apa yang Revan perbuat padanya. Saat itu yang mabuk adalah Revan namun Hulya sengaja berbohong demi menyelamatkan Revan dari amukan kedua orangtuanya.

"Siapa yang mengajarimu untuk menyentuh barang haram tersebut?" Tanya Doni lagi. Pria paruh baya itu memejamkan matanya mencoba untuk menahan emosinya yang akan pecah.

Doni marah pada putrinya. Doni juga kecewa pada putrinya. Namun Doni tidak bisa berbuat banyak mengingat masa depan putrinya yang akan hancur. Orangtua mana yang tidak sedih jika sudah begini.

"Tidak ada, Hulya meminumnya atas keinginan Hulya sendiri. Banyak teman Hulya yang meminum minuman itu dan Hulya juga ingin merasakannya agar tidak ketinggalam yah" balas Hulya dengan berbohong lagi.

"Kamu tau akibat yang timbul dari keinginan kamu seperti apa? Kamu tau bagaimana nasib kamu untuk kedepannya akan jadi seperti apa?"

Hulya diam. Ia menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya. Ya Hulya tau betul jika masa depannya akan hancur.

"Sayang bagaimana bisa kamu minum minuman seperti itu? Lebih baik jadi orang yang ketinggalan zaman dari pada mengikuti zaman tapi masa depan rusak"  ucap Rosa pada putrinya. Rosa menangis. Ibu mana yang tak sedih saat tahu jika putrinya hamil tanpa suami diusia yang muda? Rosa sedih hatinya hancur.

"Maaf bun" balas Hulya lirih.

"Sekarang kamu hamil,kalau begini bagaimana dengan masa depanmu nak? Bagaimana dengan beasiswamu nak? Kamu tidak akan bisa melanjutkan kuliahmu dengan beasiswa itu kalau kamu hamil nak? Apa kata orang orang?" Ucap Rosa sambil menangis.

"Bunda maaf sepertinya Hulya membatalkan beasiswa itu" Ucap Hulya sambil menghapus air mata bundanya. "Maafkan Hulya bun, Hulya tidak bisa membanggakan kalian, maafkan Hulya yang harus mencoreng nama baik keluarga kita" Lanjutnya.

HULYA   [COMPLETE]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang