H-16

48.1K 2.4K 80
                                        

"Sayang kamu kenapa menangis" ucap Alvin menghampiri istrinya. Pria paruh baya itu menarik istrinya kedalam pelukannya.

Lidah Ratna keluh tidak bisa mengucapkan apapun. Tubuhnya mendadak lemas mengetahui kenyataan yang baru ia kerahuin setelah bertahun tahun lamanya.

"Mama kenapa? Ada apa ini dek kenapa kalian diem aja" tanya Refaldo panik melihat ibunya.

Masih tidak ada jawaban dari mulut keduanya. Semua yang melihat itu hanya memandang dengan tatapan aneh dan curiga. Berbeda dengan Hulya yang tahu alasan kenapa ibu mertuanya menangis. Hulya menguatkan hatinya. Apapun keputusan mertuanya diakhir akan ia terima dengan lapang dada.

"Maaf" ucap Revan memecah keheningan.

Ruang keluarga yang tadinya tenang kini mendadak tegang. Saat ini fikiran Hulya, Revan, dan Reyhan sedang kalut, mereka bingung mau menjelaskan mulai dari mana.

"Untuk apa kamu minta maaf" ucap Refaldo.

"Raisa...Raisa ... anak aku" lirih Revan.

Mendengar ucapan Revan, Faldo mendorong bahu adiknya itu.

"Apa maksudmu" ucap Faldo setengah berteriak dihadapan Revan.

"Raisa anak Revan dan Hulya bukan anak kak Reyhan dan Hulya" ucap Revan membuat semua orang yang ada disana terdiam.

"B..bagaimana bisa" ucap Sindi terbata bata. Sindi baru mengetahui fakta mengejutkan ini.

Menjawab pertanyaan kakak iparnya Revan terpaksa harus membuka cerita lamanya bersama Hulya. Tidak ada yang ia tutupi dalam ceritanya kali ini. Sementara itu, Hulya hanya menunduk menatap ujung jarinya sambil menahan air matanya ketika mendengar luka lama itu dibuka.

*bugh* 

Alvin membogem putra bungsunya itu. Tadi siang ia harus mendapat bogem dari Reyhan, malam harinya ia mendapat bogem dari papanya.

"Dasar pengecut! Siapa yang ngajarin kamu buat jadi anak seperti ini ha" ucap Alvin berteriak dihadapan putranya.

"Maaf pa. Alvin bakal tanggung jawab" lirih Revan

"Gak usah lo tanggung jawab, Raisa udah jadi tanggung jawab gue sekarang" ucap Reyhan sarkas.

Reyhan menemui istrinya dan menarik Hulya kedalam pelukannya. Hulya menangis didada bidang Reyhan.

Melihat putranya memeluk Hulya. Ratna menyentuh punggung Hulya yang bergetar karena menangis. Dielusnya punggung itu oleh Ratna. Ratna mengucapkan kata maaf berkali kali.

"Maaf" ucap Ratna lirih pada Hulya.

"Maafkan putra mama yang kurang ajar itu, gara gara Revan kamu pasti harus menanggung malu bukan" ucap Ratna.

Mendengar permintaan maaf dari ibu mertuanya Hulya melepaskan diri dari pelukan Reyhan. Ia menatap wajah ibu mertuanya yang masih menangis sesegukan itu.

"Sudah bu tidak apa,semua sudah terjadi" ucap Hulya sembari menghapus air mata ibu mertuanya.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau Raisa bukan anak Reyhan tapi anak Revan"  ucap Ratna bertanya

"Hulya baru tahu kemarin saat menginjakkan kaki dirumah ini untuk pertama kalinya" balas Hulya sambil menunduk.

"Ma. Reyhan gak bisa ngomong sama mama kalo Raisa bukan anak Reyhan. Reyhan takut kalo mama sama papa bakal gak setuju sama keinginan Reyhan buat nikahin Hulya, Reyhan benar benar mencintai Hulya saat itu ma" ucap Reyhan pada ibunya.

"Apa orangtua Hulya tahu tentang kebenaran ini?" Tanya Alvin pada putra dan menantunya itu.

"Tidak" jawab Hulya singkat.

"Kalau seperti ini bagaimana akhirnya" lirih Ratna sambil menatap anak dan menantunya bergantian.

"Biarlah seperti ini ma,jangan katakan apapun prihal ayah kandung Raisa. Biarlah Raisa tahu jika ayahnya adalah Reyhan" ucap Reyhan membuat Revan bangkit dari duduknya.

"Aku ayah biologisnya" protes Revan pada kakaknya itu.

"Ayah mana yang mau ngebunuh darah dagingnya sendiri? Kemana aja lo 4 tahun ini ha! Kenapa baru muncul sekarang? Lo gak mikir perjuangan Hulya yang harus ngorbanin beasiswanya? Lo gak ngrti rasa malu yang harus Hulya tanggung selama berbulan bulan!" Ucap Reyhan berteriak diwajah sang adik.

Skak matt!

Reyhan benar dan Revan tidak bisa memprotes ucapan Reyhan. Ia yang salah disini tapi ia tidak ingin anaknya memanggil orang lain dengan sebutan papa. Sakit rasanya tidak diakui oleh darah dagingnya sendiri.

"Reyhan benar! Lebih baik kamu ikhlaskan saja Hulya dan Raisa, jangan ganggu kebahagiaan mereka" putus Alvin final.

"Sekarang kita semua kembali kekamar, besok pagi Reyhan dan Hulya harus kembali ke Bali" sambung pria paruh baya itu.

Semua yang ada disana bubar masuk kekamar masing masing. Menyisahkan Revan yang masih mematung ditempatnya.

----------

Keesokan paginya mereka semua mengantar Reyhan beserta istri dan anaknya ke bandara. Semua keluarga berkumpul kecuali Revan. Ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan anaknya.

Revan memutar otaknya bagaimanapun caranya ia harus mendapatkan anaknya kembali. Apapun caranya itu benar ataupun tidak benar. Jika perlu Hulya juga harus ia dapatkan juga. Ia berjanji akan membahagiakan Hulya.

HULYA   [COMPLETE]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang