H-3

63.4K 3.4K 15
                                    

"Saya ingin pesan bouquet mawar" Ucap seorang pria dengan pakaian jas putihnya membuat Hulya mengalihkan pandangannya.

"Oh baik pak, untuk kapan" tanya Hulya ramah dengan senyum terbaiknya membuat pria tersebut sempat terpesona dengan senyum yang dimiliki Hulya.

"Hari ini, saat ini juga" Ucap pria itu datar dan dingin.

Mendengar ucapan pria tersebut Hulya segera  pergi dan mempersiapkan bunga mawar pesanan pria yang ia kira adalah seorang dokter.

"Ini pesanannya" Ucap Hulya memberikan satu bouquet mawar pada orang tersebut, namun orang itu malah menatap Hulya dengan tatapan tajam dan penuh intimidasi.

"Pak" ucap Hulya ragu. Hulya salah tingkah saat ditatap sebegitu intensnya oleh pria dihadapannya ini.

"Oh terimakasih" Ucap pria itu pada Hulya.

Setelah mendapatkan mawarnya pria itu segera membayar dan pergi dari toko bunga tersebut.

----------

Satu bulan berlalu. Kandungan Hulya sudah memasuki  usia 5bulan dan mulai membesar. Saat ini Hulya tengah menginjakkan kakinya disalah satu pantai berpasir putih di Bali.

Ia duduk dibibir pantai dengan pandangan menatap seorang wanita muda yang hamil dan seorang laki laki yang entahlah mungkin ia adalah suaminya. Sambil terus memperhatikan pasangan tersebut tangannya ia gunakan untuk mengelus perutnya yang mulai membesar, entahlah ia merasa iri melihat pasangan itu.

Hulya memutuskan untuk menyudahi acara iri tersebut, ia beranjak dari duduknya dan mulai menysuri pantai sambil menundukkan kepalanya. Entahlah sudah ratusan kali Hulya mencoba mengenyahkan dua orang yang bahagia tadi dari fikirannya namun ia masih tetap saja merasa iri pada orang tersebut. Hingga tanpa ia sadari ia menabrak punggung seseorang.

"Maaf" Ucap Hulya spontan.

"Pegawai toko bunga?" Ucap seseorang itu

"Toko bunga?" Lirih Hulya pada dirinya sendiri. Hulya mendongakkan kepalanya menatap pria yang ia tabrak. "Oh iya bapak bukannya dokter yang waktu itu pernah memesan bunga mawar pada toko saya bukan?" Tany Hulya pada pria dihadapannya.

"Ya kamu masih ingat saya rupanya,tapi tunggu, kamu bilang toko itu milik kamu?"

Hulya mengangguk. "Iya toko itu milik saya, hmmm.. lebih tepatnya milik ibu saya" balas Hulya sambil tersenyum.

"Maaf saya fikir kamu pegawai disana" ucap pria itu tak enak pada Hulya.

"Tidak apa apa pak" Jawab Hulya sambil tersenyum dan menatap pria itu.

Mendengar ucapan Hulya dan melihat tatapan Hulya membuat pria bernama Reyhan itu mengalihkan pandangannya, namun matanya menatap perut membuncit milik Hulya.

"Kamu hamil?" Tanya Reyhan pada Hulya.

Hulya tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Reyhan.

"Kamu sendirian?" Tanya Reyhan lagi.

Lagi lagi Hulya mengangguk.

"Mana suami kamu? Tidak baik seorang wanita hamil pergi ke pantai sendirian dipagi hari" Ucapan Reyhan membuat Hulya bungkam seribu bahasa.

"Pak dokter gak kerja?" Tanya Hulya mengalihkan pembicaraan.

"Jangan mengalihkan pembicaraan saya" Ucap Reyhan tegas dan tajam. Ia merasa kecewa, saat ia mulai melupakan mantannya dan mencoba menaruh hati pada gadis didepannya namun gadis ini malah tengah mengandung.

Reyhan sudah jatuh hati pada Hulya sejak pertama kali mereka bertemu ditoko bunga milik Hulya. Bukan jatuh hati dalam artian cinta, Reyhan terpikat pada senyum manis yang dimiliki Hulya, entah mengapa Hulya terlihat cantik saat tersenyum dan itu membuat Reyhan ingin selalu melihat senyum diwajah Hulya.

Tidak ada jawaban dari Hulya, namun Reyhan mendengar suara isakan yang keluar dari bibir Hulya. Melihat Hulya menangis Reyhan bingung setengah mati. Ia tak tahu harus berbuat apa sampai akhirnya Reyhan menarik Hulya kedalam pelukannya.

"Sudah sudah jangan menangis, tanpa kamu cerita saya sudah bisa menebak apa yang terjadi sama kamu" Ucap Reyhan mencoba menenangkan wanita dalam pelukannya. "Oh ya kita belum kenalan" Ucap Reyhan melepas pelukan Hulya.

Hulya tersenyum pada Reyhan "Aku Hulya Bachtiar tapi kamu bisa panggil aku Hulya" Ucap Hulya sambil mengulurkan tangannya pada Reyhan.

"Aku Reyhan Putra Sandreyan, kamu bisa panggil aku Reyhan atau Rey saja".

Mendengar kata Rey, Hulya langsung menggelengkan kepalanya, dulu ia memanggil laki laki brengsek yang lari dari tanggung jawab dengan nama Re. Ia tidak mau memanggil orang dengan nama Re lagi.

"Tidak aku manggil kamu Reyhan saja lebih lengkap" Ucap Hulya

"Baiklah terserah kamu" Balas Reyhan.

"Terimakasih ya Reyhan" Ucap Hulya pada Reyhan.

"Terimakasih untuk apa?" Tanya Reyhan bingung.

"Sudah membuat saya lebih baik"

"Oh tidak apa, lagi pula kamu menangis juga karena saya bukan? Maafkan pertanyaan bodoh saya ya" Ucap Reyhan merasa bersalah.

"Bapak tidak salah itu pertanyaan wajar yang dilakukan oleh seseorang ketika melihat seorang wanita hamil, hmm kalo boleh saya tahu bapak dokter apa ya dan kenapa bapak gak kerja?"

"Saya dokter bedah dan saya hari ini dapat shift malam, oh ya satu lagi kalau sama saya  jangan panggil bapak, panggil saya Reyhan saja usia saya masih 26th".

"Iya Reyhan" Ucap Hulya sambil tersenyum tipis

"Kamu mau menemani saya jalan jalan?" Tanya Reyhan

"Ya Reyhan saya mau, ayo kita jalan jalan bersama" ucap Hulya antusias.

Saat hendak meninggalkan pantai Hulya berpapasan dengan teman semasa SMA nya, yaitu Nadira.

"Hulya" ucap Nadira ragu.

Melihat teman kelasnya semasa SMA, tubuh Hulya menegang ia malu karena ketahuan hamil duluan oleh teman SMA nya.

"Nadira" balas Hulya setenang mungkin.

Nadira melirik perut Hulya yang mulai membuncit. "Kamu hamil?" Tanya Nadira ragu

Hulya mengangguk.

"Mulai kapan? Kapan kamu nikah kok gak ngasih kabar aku? Dan pria disamping kamu ini suami kamu bukan?" Tanya Nadira beruntun.

Hulya hanya diam tanpa mau menanggapi pertanyaan Nadira sampai sebuah suara mengalihkannya dari kegiatan melamunnya.

"Ya saya suami Hulya" Ucap Reyhan setenang mungkin sambil menjabat tangan Nadira.

"Nama saya Reyhan" Lanjut Reyhan memperkenalkan diri.

"Saya Nadira teman SMA Hulya" Ucap Nadira sambil membalas uluran tangan Reyhan. Nadira memberikan tatapan kagumnya pada sosok Reyhan dihadapan temannya sendiri.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Hulya membuyarkan lamunan Nadira.

"Oh. Aku kuliah disini, aku ambil jurusan pariwisata dan sekarang aku sedang berwisata" Ucap Nadira santai sambil sedikit tertawa

Reyhan merasa risih karena semenjak mereka berjabat tangan Nadira selalu saja menyempatkan waktu untuk meliriknya. Ia sengaja melihat jam tangan yang melingkar ditangan kanannya "Kami akan pergi dulu, sebelum saya kerja saya tidak punya banyak waktu, saya ingin menghabiskan waktu saya dengan istri saya" Ucap Reyhan memeluk bahu Hulya. Ia sengaja menekankan kata istri agar Nadira menghentikan tatapan genitnya pada Reyhan.

"Oh baiklah, tapi aku bisa kan main kerumah kamu kapan kapan" Ucap Nadira pada Hulya.

"Ya nanti aku berikan alamatku ya" Ucap Hulya sembari tersenyum pada Nadira.

Tanpa mengucapkan kata perpisahan, Reyhan segera menarik tubuh Hulya menjauh dari Nadira. Reyhan fikir Nadira bukan teman yang baik untuk Hulya.

Dasar tidak tahu malu batin Reyhan saat ia meninggalkan Nadira yang masih memperhatikannya.

Reyhan berani mengatakan jika Nadira tidak tahu malu karena memang nyatanya begitu. Sudah tau jika ia mengatakan bahwa Reyhan adalah suami Hulya, namun pandangan Nadira juga tidak beralih dari Reyhan dan Reyhan tidak menyukai wanita yang seperti itu.

---------

HULYA   [COMPLETE]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang