H-22

36.8K 1.6K 8
                                        

*hening*

Hanya kata hening yang mampu menggambarkan kondisi diruang tengah saat ini,baik Kenan maupun Hulya sama sama terdiam, Kenan tidak bisa mengucapkan sepatah kata apapun, lidah pria itu rasanya kelu, sementara Hulya hanya bisa menangis saat ini, fikirannya kacau, saat ini rasa takut akan kehilangan putrinya lebih besar dari pada rasa takutnya ketika kebohongan yang selama  ini ia simpan terbongkar.

"Uncle kok lama banget sih? Aku nunggu uncle kok dali tadi" ujar Rasya berlari memanggil uncle nya sambil membawa mobil remote ditangannya.

"Kamu kekamar dulu ya,nanti uncle nyusul kamu,sekarang uncle Kenan mau ngomong sama mama kamu" balas Kenan pada keponakannya. Beruntunglah Kenan memiliki keponakan yang nurut seperti Rasya.

Saat Rasya sudah menjauh bi Mirna yang mungkin sudah mengerti seluk beluk permasalahan yang tadi terjadi izin pamit pergi kepasar dengan alasan membeli kebutuhan rumah. Bi Mirna sebenarnya memberikan waktu untuk kakak dan adik itu menyelesaikan masalahnya.

"Apa Rasya juga anak Revan?" Tanya Kenan memecah keheningan.

Mendengar pertanyaan sang kakak membuat Hulya mendongakkan kepalanya,wanita itu tidak terima dengan ucapan sang kakak.

"Apa maksud kakak bicara begitu,aku bukan cewek sembarangan kak,aku hamil Rasya ketika aku sudah menikah dengan Reyhan,mana mungkin aku berhubungan dengan orang lain kak" protes Hulya pada sang kakak.

"Apa alasan kamu menyembunyikan kebenaran ini? Apa alasan kamu menyembunyikan ayah kandung Raisa sama kakak selama ini?" Tanya Kenan beruntun

"Kak bagaimana bisa aku cerita kalo ayah kandungnya saja tidak mau mengakui, aku berani bertaruh jika aku menceritakan kebenarannya kakak dan ayah pasti akan marah pada Revan dan akan menyuruh Revan menikahiku saat itu kak" ucap Hulya sambil menangis

"Kakak pasti akan marah Hulya,kakak pasti akan menyuruh Revan bertanggung jawab" ucap Kenan frustasi

"Itu akan sia sia kak,karena Revan udah nyuruh aku buat gugurin kandunganku" lirih Hulya membuat Kenan membanting vas dihadapannya.

Saat ini Kenan benar benar marah pada Revan. Pria itu sudah keterlaluan menurutnya. Kenan berjanji akan memisahkan Revan dari Raisa keponakannya.

Kenan tidak tega melihat adiknya yang masih menangis sesegukan, pria itu menurunkan emosinya dan membawa sang adik kepelukannya.

"Maaf sayang.. kakak tidak tahu beban yang kamu tanggung sebesar ini,kakak udah gagal jadi orang yang harusnya ngelindungin adik sendiri" ucap Kenan memeluk sang adik.

"Kak, ini semua salahku,kakak tidak usah meminta maaf padaku" balas Hulya

"Apa Reyhan sudah tahu yang sebenarnya?" Tanya Kenan

"Mas Reyhan dan keluarganya sudah tahu saat Hulya masih di Bandung mas, baru beberapa hari yang lalu" balas Hulya sambil melepas pelukan sang kakak.

"Lalu ayah sama bunda bagaimana" tanya Kenan lagi.

Mendengar pertanyaan sang kakak membuat air mata Hulya jatuh menetes lagi.

"Kakak aku minta sama kakak buat jaga rahasia ini ya" pinta Hulya pada Kenan

"Kenapa? Mereka orangtua kita,mereka yang menjaga kita, lantas kenapa ayah dan bunda tidak boleh tahu masalah ini" ucap Kenan beruntun.

"Aku takut jika darah tinggi ayah kambuh kak" ujar Hulya sambil sedikit berteriak

"Lantas apa kamu akan membiarkan ayah dan bunda tahu masalah kamu dari mulut orang lain seperti sekarang ini? Iya?" Balas Kenan setengah berteriak juga.

Ucapan Kenan membuat Hulya menangis lagi,ia bingung dengan pertanyaan sang kakak. Melihat adiknya yang frustasi membuat Kenan meminta maaf pada sang adik,pria itu merasa bersalah pada Hulya, rasanya hidup adiknya ini penuh dengan beban dan cobaan.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya Hulya berhasil ditenangkan oleh Kenan. Tangis wanita itu sudah berhenti meski matanya masih memerah, Hulya segera pergi menuju kamarnya untuk menenangkan diri, sementara Kenan melanjutkan acara bermainnya dengan Rasya meskipun kali ini fikirannya terpecah belah.

--------

Sore harinya Hulya terbangun dari tidur siangnya,setelah menangis berjam jam Hulya memutuskan untuk tidur. Wanita itu terbangun saat mendengar panggilan suara adzan asar. Hulya hendak melaksanakan shalat asar dan memasak untuk suaminya.

Saat ia berjalan menuruni tangga tiba tiba pusing menerpanya,butuh waktu 20 menit untuk Hulya menuruni setiap anak tangga yang ada.

Sampai akhirnya ia berada dianak tangga terbawah rasa pusingnya tidak bisa ia tahan lebih lama, Hulya langsung jatuh pingsan dilantai .

*braaakkkkk*

"Ya ampun non Hulya pingsan.." ucap bi Mirna berteriak melihat majikannya yang pingsan.

"Mas Kenan kesini mas, non Hulya pingsan" teriak bi Mirna dari dapur.

Mendengar namanya dipanggil dengan keras oleh bi Mirna dari dapur membuat Kenan langsung menuju bi Mirna.

"Astagfirllah Hulya .. Hulya kenapa bi?" Tanya Kenan panik sambil mengecek kondisi tubuh sang adik,pria itu memeriksa denyut nadi adiknya.

"Bibi gatau mas,tadi non Hulya pingsan waktu mau turun" ucap bi Mirna panik

"Bibi tenang dulu ya,bibi dirumah aja jagain Rasya sama Raisa yang tidur dikamar Kenan,biar Hulya aku bawa kerumah sakit bi" ucap Kenan sambil membopong tubuh adiknya kerumah sakit.

---------

Sesampainya dirumah sakit Kenan segera membawa Hulya masuk dengan dibantu beberapa perawat.

Sementara itu, Reyhan bersiap siap hendak pulang kerumahnya,pria itu nampak tengah menutup ruang kerjanya dan memberikan senyum ramahnya pada setiap perawat dan pasien yang menyapanya.

Saat ia melewati salah satu ruangan dirumah sakit, ia melihat wajah seseorang yang sangat ia kenali, yaitu wajah Kenan kakak iparnya. Fikiran Reyhan kalut saat ini ia berfikir yang tidak tidak, ia bahkan memikirkan kejadian buruh yang kemungkinan besar terjadi pada istri, anak, dan juga bi Mirna.

"Kak Kenan ngapain disini?" Tegur Reyhan melihat kakak iparnya yang melamun.

"Reyhan istri kamu pingsan" ucap Kenan pada adik iparnya.

"Kenapa kak? Bagaimana bisa?" Tanya Reyhan khawatir.

"Nanti kakak jelaskan jika dokter sudah keluar ya,saat ini fikiran kakak tidak bisa fokus jika harus menceritakan kronologi yang sebenarnya sama kamu" jelas Kenan pada Reyhan.

"Anak anak gapapa kan kak?" Tanya Reyhan lagi

"Mereka baik baik saja,mereka dirumah sama bi Mirna" balas Kenan .

Reyhan hanya diam mendengar ucapan kakak iparnya,saat ini fikirannya juga sedang menghawatirkan kondisi istrinya didalam sana. Reyhan hanya bisa menerka nerka sendiri yang sebenarnya terjadi pada istrinya.

Saat asik melamun dengan pemikirannya sendiri,pintu ruangan Hulya terbuka dan muncullah seorang dokter yang didampingi dua perawat dibelakangnya.

"Dokter Reyhan?" Ucap salah satu dokter yang baru keluar itu.

"Eh iya dokter Adry bagaimana kondisi istri saya?" Tanya Reyhan pada teman dokternya.

"Kondisinya baik,tapi ada beberapa hal yang harus saya sampaikan,dan saya tidak mungkin menyampaikannya disini,jadi saya minta satu orang saja sebagai wakil dari pasien keruangan saya sekarang" ucap dokter Adry membuat Kenan dan Reyhan saling bertatapan.

"Kamu aja yang kesana,kamu suaminya yang lebih berhak sekarang" ucap Kenan pada Reyhan.

Mendapat izin dari kakak iparnya membuat Reyhan tidak buang waktu lebih lama lagi,pria 29th itu segera menyusul dokter senior dirumah sakit ini. Ia sudah sangat penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh dokter Adry.

HULYA   [COMPLETE]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang