H-19

40K 1.8K 17
                                    

"Aku mau ke Bali" ucap Revan pada kedua orangtuanya saat sedang diruang keluarganya.

Mendengar ucapan putranya Ratna dan Alvin segera menatap Revan dengan tatapan menentang dan marah.

"Tidak" ucap Alvin langsung
"Tidak ada yang boleh pergi meninggalkan rumah ini untuk pergi ke Bali" lanjut pria paruh baya itu.

"Kenapa pa? Tidak ada larangan untuk orang pergi ke Bali, siapapun boleh untuk pergi kesana, termasuk aku pa" ucap Revan setengah berteriak pada papanya. Ia bukan meminta izin pada orangtuanya, ia hanya mengatakan keinginannya.

"Bagaimana papa bisa kasih kamu izin kesana,papa yakin kamu ke Bali bukan untuk berlibur tapi untuk merusak ketenangan keluarga kakak kamu".

Mendengar ucapan papanya Revan hanya diam menatap kedua orangtua dihadapannya.

"Pa aku ngomong ini bukannya untuk meminta izin,aku hanya memberikan informasi pada kalian kalau aku akan ke Bali besok,kalian tidak bisa melarang aku pergi,aku sudah memesan tiket dan semua pakaian pun sudah masuk kedalam koper, aku juga sudah izin sama pihak kantor untuk mengajukan cuti selama seminggu" ucap Revan panjang lebar.

Mendengar ucapan putra bungsunya yang santai membuat Alvin mengepalkan tangannya,Alvin tidak habis fikir pada jalan pikiran putra sulungnya ini, dimana urat malu putranya ini.

Melihat sang suami menahan emosi Ratna segera mengelus lengan suaminya itu. Ia juga menggengam tangan suaminya untuk memberikan kekuatan,sungguh perasaan Ratna saat ini sedang kalut memikirkan putranya yang tiba tiba seperti ini. Bahkan Ratna sudah berfikir terlalu jauh,ia berfikir bagaimana jika putra bungsunya merusak kehidupan putra sulungnya.

Melihat orangtuanya hanya terdiam Revan bangkit dan menuju kamarnya,ia butuh istirahat,ia butuh menenangkan fikirannya,ia butuh energi lebih untuk hari esok.

Sementara itu, Ratna tengah merapalkan semua doa yang ia bisa,ia mengamati punggung suaminya yang dari tadi bergerak maju mundur seperti seterika. Saat ini suaminya tengah mencoba menghubungi Reyhan namun sudah berulang kali panggilan itu tidak diangkat oleh putranya.

Mereka lebih memilih untuk menghubungi Reyhan lebih awal karena ia takut jika ia memberitahu Hulya soal kedatangan Revan maka wanita itu akan terkejut hingga pingsan dan sakit.

Disisi lain,saat ini Reyhan tengah bercanda ria dengan kedua temannya yaitu Anggara dan Dimas dikantin rumah sakit. Dimas adalah dokter baru yang baru saja lulus dari universitas.

Sesuai ucapan Reyhan pada istrinya tadi ia benar benar meminta traktiran pada Anggara,dan Anggara menuruti permintaan Reyhan.

"Masak sih ulangtahun cuma makan dikantin rumah sakit" goda Dimas pada Anggara.

"Eh sialan, ini juga temen lo yang minta" ucap Anggara sambil menyeruput teh hangatnya.

"Kenapa lo minta makan dikantin sih Rey, kan Bali masih punya banyak cafe sama restoran yang menyajikan pemandangan yang indah" ucap Dimas seraya membayangkan jika dirinya saat ini tengah makan disalah satu restauran diatas bukit.

"Gue laper,tadi istri gue bangunnya telat soalnya semalem abis begadang jadi tadi dia ga sempet masak,lagipula gue inget kalo hari ini Anggara ulangtahun" ucap Reyhan sambil tersenyum membayangkan kegiatannya semalam bersama Hulya.

Melihat senyuman mesum dari sahabatnya Anggara langsung menoyor kepala Reyhan dengan sendok bekasnya.

"Fikiran lo ya masih pagi udah jorok aja" ucap Anggara pada Reyhan.

"Yeee si Dimas kan nanya kenapa gue minta traktiran dikantin ya gue jawab alasannya,lo aja yang fikirannya jorok" balas Reyhan sambil membersihkan rambutnya "Lo jorok banget sih Ga rambut gue jadi bau nih" lanjut Reyhan.

Melihat temannya  berdebat Dimas tertawa bahagia,pria 23th yang kini jadi idola baru dirumah sakit tempatnya bekerja itu tersenyum memperlihatkan lesung pipinya sehingga membuat siapa saja yang melihat akan langsung terpesona.

"Udah deh gue  balik dulu,rambut gue bau gara gara Angga"  ucap Reyhan bangkit dari duduknya.

"Han ntar malem jangan langsung pulang ya kita  nongkrong bentar" ucap Anggara mencekal tangan Reyhan.

"Lihat nanti,gue izin sama istri gue dulu"  balas Reyhan lalu meninggalkan kedua sahabatnya yang melanjutkan makannya lagi.

Reyhan memsuki ruang kerjanya. Ia memakai jas putih kebanggaannya dan duduk dikursi kebesarannya. Saat hendak mengambil data pasien yang akan ia operasi siang nanti, matanya menangkap layar ponselnya yang menyala, tangannya terulur untuk mengambil ponsel itu dan ternyata papanya yang menelfonnya ia segera mengngkat panggilan dari sang ayah.

"Hallo pa ada apa?" Tanya Reyhan to the point.

"Reyhan kamu dimana?"

"Reyhan kerja pa"

"Reyhan adik kamu mau  ke Bali besok" ucap Alvin membungkam Reyhan.

"Dia izin cuti kerja selama satu minggu Reyhan" lanjut pria paruh baya itu

Mendengar ucapan sang ayah membuat ia menggengam erat bolpoin yang ia pegang hingga bolpoin itu terbelah jadi dua. Ia tidak bisa membiarkan ini,ia tidak boleh mempertemukan istrinya dengan adiknya.

"Kenapa diizinin pa,dia baru kerja selama dua bulan bukan kenapa kantor papa dengan mudahnya memberikan izin" tanya Reyhan pada papanya.

"Adik kamu itu licik,dia bilang kalo akan ada acara keluarga di Bali, dan papa yakin kakak kamu juga tidak tahu perihal izin cuti adikmu itu" ucap Alvin pada putranya.

Mendengar ucapan sang ayah membuat Reyhan menghela nafasnya kasar. "Papa bantu Reyhan dengan doa ya pa,semoga Revan bisa sadar dengan sendirinya" ucap Reyhan pada papanya disebrang sana.

"Yasudah papa cuma mau ngomong itu saja, soal doa dari papa kamu tidak perlu khawatir,papa sama mama kamu akan mendoakan yang terbaik untuk keluarga kita".

Setelah Alvin mengucapkan itu panggilan terputus Reyhan tidak bisa fokus hari ini. Ia ingin segera pulang untuk menemui anak dan juga istrinya,namun ia tidak bisa gegabah. Ia harus bersikap profesional karena 3jam lagi  ia akan ada jadwal oprasi.

Sementara itu dikediaman Hulya dan Reyhan sedang dihebohkan dengan kedatangan Kenan yang tiba tiba pulang setelah melaksanakan meeting di Australi.

"Uncle Kenan" ucap Rasya berteriak melihat pamannya yang baru datang.

"Hello boy,apa kabarmu sayang? Uncle kangen sama kamu dan kakakmu,oh ya dimana kakakmu sekarang?" Tanya Kenan sambil mencium pipi keponaannya.

"Dia sekolah kak,siang nanti dia pulang aku yang akan jemput Raisa soalnya mas Reyhan bilang dia ada operasi nanti" jawab Hulya pada kakaknya.

"Oh gitu ya,yaudah deh. Oh ya kakak mau nginep disini boleh kan?" Ucap Kenan memelas pada adiknya.

"Jelek banget mukanya,gausah gitu dong kak,aku pasti izinin kakak nginap disini, disini masih ada 2 kamar kosong kak,tapi kakak nginep dikamar bawah ya depan ruang tv jangan dikamar belakang,soalnya itu kamar pembantu" ucap Hulya sambil tertawa pada kakaknya.

Mendengar ucapan sang adik Kenan melengos lalu bangkit dan mengangkat tasnya menuju kamarnya "Terimakasih kakak mau kekamar dulu ya"

"Uncle Kenan aku ikut" ucap Rasya berlari mengejar pamannya.

Melihat itu Hulya tersenyum senang, akhirnya ada kakaknya yang akan menemaninya selama 3hari kedepan. Rumahnya tidak akan sepi lagi, wanita itu melirik jam dindingnya 1 jam lagi ia harus menjemput putrinya ia tidak ingin membuat putrinya menunggunya lama.

Hulya mengganti pakaiannya dan melajukan mobilnya menuju TK tempat Raisa bersekolah.

HULYA   [COMPLETE]  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang