Selamat membaca....
"Kak marcel"
Sebuah suara dari seorang wanita menghentikan langkah marcel yang sudah berada di ambang pintu rumah.
"Apa?" Jawab marcel, sambil melihat ke arah wanita tersebut.
"Kakak mau kemana?" Tanya wanita itu, kepada marcel yang membawa tas ransel berisikan pakaian miliknya.
"Aku ada urusan penting di luar kota" jawab marcel, yang terlihat terburu-buru ingin kembali melangkahkan kakinya. Namun, dengan cepat sebuah tangan halus milik wanita tadi menahannya. Wanita itu yang tak lain adalah adik perempuan sekaligus saudara kandung marcel satu-satunya.
"Luar kota mana?" Tanyanya lagi.
"Bandung" jawab marcel
"Sendirian?"
*Marcel mengangguk*
"Jomblo banget" ledek sang adik, yang langsung membuat marcel mendelik tajam.
*Aku jomblo juga karena kamu, shania* batin marcel, sambil menatap kesal sang adik yang bernama shania itu.
"Bodo ah. Aku berangkat dulu. Bye adikku!" Pamit marcel, yang detik itu juga berlari ke garasi rumah untuk mengambil mobil.
Setelah kepergian marcel, sang adik yang bernama shania tadi tidak langsung masuk ke dalam rumah. Melainkan mengikuti sang kakak yang akhir-akhir ini terlihat mencurigakan.
"Aku harus cari tau kemana akhir-akhir ini kak marcel sering pergi" gumam shania, sambil mengikuti mobil marcel dari belakang.Satu jam lebih shania mengikuti mobil marcel. Akhirnya ia sampai di tempat tujuan marcel yang sebenarnya, yaitu rumah sakit yang ada di daerah bekasi.
"Ngapain kak marcel kesini?" Pikirnya, yang kini berjalan mengendap-endap mengikuti marcel.
"Siapa dua perempuan itu?" Pikirnya lagi, saat ia mengintip ke jendela salah satu kamar yang marcel masuki. Dan terdapat 2 perempuan disana. Perempuan yang pertama terlihat sedang terbaring dengan jaket hitam, dan masker putih yang menutupi setengah wajahnya.Lalu perempuan satu lagi membelakangi shania, sehingga membuat shania tidak bisa melihat perempuan tsb.
"Aku harus cari tau siapa dua perempuan itu, dan ada hubungan apa kak marcel sama mereka" ucapnya, sebelum akhirnya ia pergi dari sana dan menunggu marcel di parkiran.*30 menit kemudian*
Terlihat marcel yang berjalan terburu-buru seorang diri ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari mobil milik shania.
*mau kemana lagi kak marcel* batin shania, yang mulai mengikuti lagi mobil milik marcel. Namun, tiba-tiba mobil milik marcel berhenti di lobby rumah sakit.
"Perempuan itu lagi" gumam shania, dan lagi-lagi ia tidak bisa melihat wajah perempuan yang tadi membelakanginya. Tapi dari postur tubuh perempuan itu sendiri, kira-kira shania bisa menebak siapa perempuan tsb.
"Veranda" ucapnya tanpa sadar.
"Tapi apa mungkin itu dia? Kalau pun itu dia, aku harus menemuinya!" Ucapnya lagi yang tanpa sadar terlihat emosi.
Saat shania sedang fokus mengikuti marcel, tiba-tiba ponselnya berdering yang menandakan ada panggilan masuk.*Jacob*
Shania : "Halo sayang, kenapa?"
Jacob : "mama dimana?"
Shania : "mama lagi di bekasi, kenapa?"
Jacob : "mama cepetan pulang deh. Ini sinka badannya panas"
Shania : "jacob, kamu gak lagi bohongin mama kan?"
Jacob : "engga ma. Jacob serius!"
Shania : "ok, mama pulang sekarang. Kamu tolong kompres adek dulu ya"
Jacob : "iya ma"*tut!*
Telfon terputus, dan shania yang panik pun langsung memutar balik mobilnya yang sempat mengikuti marcel.
Sementara marcel yang bersama dua perempuan tadi yang tak lain adalah veranda, dan naomi kini sudah sampai di rumah milik ve.
"Biar aku gendong aja" kata marcel, saat ve ingin memapah naomi masuk ke dalam rumah.
Naomi yang berada digendongan marcel masih terlihat pucat, dan lemas.
"Pelan-pelan kak" perintah ve, ketika marcel ingin menidurkan naomi di ranjang.
Dan seakan mengerti, marcel hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Aku tinggal ke bawah dulu ya ve" pamit marcel, yang diangguki oleh veranda.
Dan kini hanya ada ve yang bersama naomi di dalam kamar."Naomi" panggil ve
Naomi yang masih lemah hanya bisa membalas dengan menatap veranda.
"Bubi minta maaf ya sayang. Bubi udah ninggalin kamu, dan buat kamu sakit seperti ini" sesal ve, yang sudah meninggalkan naomi selama seminggu semenjak pertengkaran mereka di sekolah.
*Naomi tersenyum tipis*
"Gapapa. Bunda gak salah, tapi naomi. naomi juga udah marah-marah ke bunda waktu itu. Dan buat bunda pergi ninggalin naomi" balas naomi dengan suara yang pelan, namun dapat didengar oleh ve.
Ve mencium tangan naomi penuh kasih sayang, dan tanpa sadar ia menangis.
"Jangan nangis" naomi yang lemah berusaha menghapus air mata ve.
"Bunda jangan pergi lagi ya. Naomi sayang bunda. Dan cuma bunda, orang tua yang naomi punya di dunia ini" kata naomi, yang diangguki oleh ve.
"Iya, bubi gak akan pergi lagi" detik itu juga keduanya saling berpelukan.
Marcel yang sudah kembali, dan sempat melihat adegan keduanya dari luar kamar langsung tersenyum bahagia. Karena melihat ve, dan naomi kembali bersama lagi.*Memang cuma kamu, ve. Yang berhak atas naomi* batin marcel.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, bunda [END]
Short Story"Dia milikku, bukan milikmu!" Cerita ini mengandung unsur dewasa.