Selamat membaca....
Dan...........
"Anda siapa?" Tanya naomi, pada seorang pria muda yang masuk begitu saja ke dalam apartemen saktia. Pria muda itu mengangkat kedua tangannya di depan dada sebagai tanda permohonan maaf.
"Maaf mbak kalau kedatangan saya mengagetkan. Saya kesini cuma mau antar galon pesanan ibu saktia. Dan kebetulan pintu tidak di tutup, jadi saya masuk aja. Sekali lagi maaf mbak" kata pria muda itu.
Naomi yang hanya ingin meyakinkan ucapannya, melihat ke arah belakang pria muda tsb. Dan memang ia datang dengan membawa galon yang berisikan air.
"Iya gapapa. Kalo gitu kamu bisa taruh galonnya di sana dan bisa sekalian ambil galon yang kosong di tempatnya" perintah naomi yang diangguki pria muda itu.
Setelah mengambil galon yang kosong, pria itu pun pamit lalu pergi keluar dari aprt milik saktia.
Naomi sendiri kini kembali masuk ke dalam kamar untuk melihat kondisi shania. Dan tak lama naomi yang menunggu kedatangan saktia, akhirnya yang ditunggu pun datang.
"Naomi, gimana keadaan mama kamu? Kenapa dia sampai pingsan?" Tanya saktia, sambil mengecek keadaan shania.
Naomi sendiri yang tidak tau dengan apa yang terjadi pada shania pun menggelengkan kepala.
"Naomi juga gak tau tanti, tadi dia pingsan gitu aja setelah dia bilang kalo kepalanya pusing dan perutnya mual" jawab naomi.
Saktia pun mengangguk paham dengan apa yang dimaksud naomi.
"Ya udah sekarang kamu ganti baju dulu, tanti mau telfon dokter sebentar" perintah saktia pada naomi, lalu ia pamit untuk menelfon dokter pribadinya.
Naomi mengangguk dan segera mengganti baju seragamnya dengan pakaian santai.10 menit saktia dan naomi menunggu kedatangan dokter. Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang. Saktia langsung saja meminta dokter tersebut untuk mengecek keadaan shania yang masih pingsan. Dan 5 menit dokter tersebut mengecek kondisi shania, akhirnya dokter memberi kabar untuk keduanya. Dan keduanya pun terkejut mendengar kabar bahwa shania hamil.
"Dia hamil dok?" Tunjuk naomi pada shania yang masih pingsan.
Dokter yang diketahui bernama nadila itu mengangguk menjawab pertanyaan naomi.
"Tolong dijaga ya kandungannya, jangan sampai dia terlalu lelah. Karena kandungannya masih begitu muda dan rentan untuk keguguran" pesan dokter nadila pada saktia dan naomi.
Keduanya mengangguk dengan apa yang dokter nadila katakan.
"Baik dok, kalau begitu terimakasih banyak" ucap saktia sambil menjabat tangan dokter nadila, begitu juga dengan naomi.
"Kalau begitu saya permisi" pamit dokter nadila, yang kini sudah pergi dari apartemen saktia.
Setelah kepergian dokter nadila, keduanya saling menatap satu sama lain dan masih memasang ekspresi keterkejutan mereka mendengar kabar bahwa shania tengah hamil."Gak nyangka gue kalo shania masih bisa kebobolan, padahal dia bilang gak mau hamil lagi. Emang dasar si deva, seneng bener bikin anak" gumam saktia yang tentunya bisa didengar oleh naomi.
"Emang cara bikin anak gimana sih tanti?" Tanya naomi dengan polosnya, membuat saktia mendelik pada naomi.
"Gak ada pertanyaan lain?" Tanya saktia.
"Gak ada" jawab naomi sambil menggelengkan kepala.
Saktia menepok jidatnya sendiri lalu mengelus dada.
"Tanti sih cuma tau cara bikinnya, tapi belum pernah nyoba bikin" ucap saktia, membuat naomi menatapnya penuh tanya.
"Kenapa gak dicoba? Terus cara bikinnya diapain?" Tanya naomi lagi, membuat saktia menepok-nepok jidatnya lagi sambil bergumam "engga sehat ini mah, engga sehat"
"Tanti, kasih tau" kata naomi sambil menggoyangkan tangan saktia.
Saktia mulai menarik napasnya dalam-dalam sebelum menjelaskan kepada naomi.
"Jadi gini, cara bikinnya itu...yang panjang dimasukin ke lobang, sampeeeeee dalem. Pas udah masuk sampe dalem, baru dimaju mundurin. Pertama pelan-pelan aja, nah pas udah enak baru deh maju mundurinnya kenceng. Sampe sipanjangnya itu ngeluarin cairan di dalem lobang baru deh bisa jadi anak. Itu juga untung-untungan langsung hamil " jelas saktia, membuat naomi berpikir keras mendengarkan dan melihat bagaimana bibir dan tangan saktia mempraktikannya di depan naomi.
"Ribet ah, nanti naomi tanya temen aja terus minta dicariin di yutup atau mbah gugel" kata naomi sambil berjalan keluar kamar.
Saktia yang mendengar langsung terlihat panik.
"Eh sayang, jangan dicari ya. Bahaya!" Teriak saktia dari dalam kamar, sedangkan yang diteriaki hanya acuh saja.*Malam hari*
Shania yang sudah tersadar sejak pukul 5 tadi, kini sedang menikmati makan malamnya dengan disuapi oleh naomi.
"Makan yang banyak ya, biar kamu sama anak yang ada di dalam sini sehat terus" ucap naomi pada shania, sambil mengusap perut shania yang masih rata.
"Maaf ya, mama belum jujur soal kehamilan mama ini sama kamu" kata shania.
*Naomi tersenyum sangat manis*
"Gapapa. Naomi ngerti kok" balas naomi, lalu menyuapi shania lagi.
"Oh ya, tadi kenapa tiba-tiba kamu mau bawa aku keluar kota? Memangnya ada apa dengan keselamatanku?" Tanya naomi, yang teringat ketika shania ingin membawanya pergi keluar kota begitu saja.
Shania sendiri yang ditanya seperti itu juga teringat dengan ucapan ve tadi siang ketika ditelfon.
"Tadi ve telfon mama, dan dia bilang kalau kamu dalam bahaya. Mama yang panik jadi secepatnya ingin bawa kamu pergi jauh. Apalagi ve selalu bilang kalau deva itu berbahaya buat kamu. Jadi mama gak mau deva menemukan kamu di sini. Karena tadi pagi sinka gak sengaja bilang kalau kamu sekarang tinggal di sini sama tanti saktia" jelas shania pada naomi.
Naomi yang mendengar shania menyebut nama ve membuatnya begitu rindu pada sosok itu. Tapi ketika naomi mendengar shania menyebut nama deva, membuat naomi takut.
"Naomi, apa benar deva pernah melakukan sesuatu yang berbahaya sama kamu?" Tanya shania, untuk memastikan jika peringatan ve selama ini padanya itu benar.
Naomi yang polos pun mengangguk, mengiyakan ucapan shania.
"Apa yang dilakukannya?" Tanya shania lagi.
Naomi yang ragu untuk mengatakannya pada shania, menggigit bibir bawahnya sendiri. Dan membuat shania mengulurkan tangannya pada bibir naomi.
"Jangan digigit, nanti bibir kamu luka" kata shania, dan naomi pun tidak lagi menggigit bibirnya sendiri.
Kini shania menatap dalam mata naomi yang sama seperti mata miliknya sambil menangkup kedua pipi naomi.
"Naomi, kamu tau kan deva itu papa kamu. Jadi mana mungkin dia melakukan sesuatu yang berbahaya sama anak kandungnya sendiri. Mama sendiri juga masih belum bisa percaya kalau deva itu jahat. Dan secepatnya mama akan memberitahu papa kalau kamu itu anak kandungnya" ucap shania selembut mungkin. Namun ucapannya membuat naomi tiba-tiba saja menepis tangannya dari pipi naomi.
"Dia itu jahat! Apa yang bunda bilang sama kamu itu semua nya benar!" Emosi naomi, membuat shania terkejut. Begitu juga dengan saktia yang sedang menonton tv terkejut mendengar suara keras dari naomi.
"Kalau memang dia jahat, apa yang pernah dilakukannya sama kamu?" Tanya shania dengan mata yang berkaca-kaca.
Naomi yang ditanya seperti itu lagi membuatnya teringat ketika deva menindih tubuhnya, dan ingin menciumnya.
"Dia jahat bukan cuma sama aku, tapi sama kamu juga!" Jawab naomi sambil menunjuk ke arah shania.
Shania yang awalnya masih berbaring di atas tempat tidur pun kini bangun dan berdiri tepat di depan naomi.
"Maksud kamu apa bilang seperti itu naomi?" Tanya shania sambil menatap dalam mata naomi.
Naomi yang kini menangis pun membalas tatapan shania.
"Asal kamu tau, deva itu punya istri lain selain kamu. Dan karena aku tau tentang hal itu, dia mengancam aku dan.."
"STOP!!" Teriak shania, membuat naomi terhenyak kaget dan menghentikan ucapannya.
"Kalau kamu gak punya bukti, jangan tuduh papa kamu sendiri seperti itu naomi!" Ucap shania dengan suara keras dan penuh penakanan.
Naomi yang merasa dirinya benar pun berusaha untuk membuktikan dan menjelaskan pada shania dengan bercerita tentang awal mula dirinya bertemu dengan deva, dan bagaimana sikap deva padanya. Bahkan naomi juga menceritakan tentang istri yang dimaksud naomi selain shania lah istri dari seorang deva.
"Kamu boleh gak percaya sama aku, tapi kamu bisa buktikan kalau apa yang aku katakan itu benar" kata naomi pada shania yang keduanya masih saling menatap dalam.
Saktia yang sedari tadi mendengarkan ikut terkejut mendengar penjelasan naomi kepada shania. Dan saktia juga teringat sesuatu tentang deva, tapi saktia belum berani untuk bercerita kepada shania. Karena shania sangat mempercayai deva dan tidak mudah mempercayai omongan orang lain mengenai deva.
"Kalau begitu, buktikan besok padaku" balas shania yang meminta pembuktian akan ucapan naomi padanya.
Naomi mengusap bekas air matanya yang masih menggenang.
"Baik, akan aku buktikan besok" setelah berkata seperti itu, naomi keluar dari kamar menuju dapur. Ia tidak ingin semakin berdebat dengan shania, karena naomi takut jika kesehatan shania yang sedang hamil memburuk.*tbc*
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, bunda [END]
Short Story"Dia milikku, bukan milikmu!" Cerita ini mengandung unsur dewasa.