Selamat membaca...
Maaf gaje ehehe
Hati-hati dipart ini ya haha"Bunda, mau kemana?" Tanya naomi, yang sedang menuruni anak tangga dan melihat ve membawa tas jinjingnya.
"Bubi ada acara makan malam" jawab ve, sambil merapikan tatanan rambut dan dress yang dipakai.
*Naomi mendekati ve*
"Naomi boleh ikut gak?" Tanya naomi, dan dijawab gelengan kepala oleh ve.
"Yaaaahhh bunda" kecewa naomi, yang mendapat penolakan dari ve.
"Lain kali aja ya" kata ve, sambil mengusap lembut pipi naomi.*Tin...tin...*
Terdengar suara klakson mobil yang berhenti tepat di depan rumah ve.
"Teman bubi udah jemput, kalo gitu bubi pergi dulu ya" pamit ve pads naomi.
Namun, baru beberapa langkah ve berjalan keluar. Naomi menahannya, membuat ve menatap ke arah naomi penuh tanya.
"Kenapa?" Tanya ve.
"Sebelum naomi ijinin bunda pergi. Bunda harus kenalin naomi ke temen bunda itu" jawab naomi, sambil menunjuk ke arah mobil yang terparkir di depan pintu pagar.
*ve tersenyum*
"Baiklah, kalau gitu yuk bubi kenalin kamu sama dia" ve pun menggandeng tangan naomi menuju mobil sedan hitam yang di dalam nya ada seorang pria tampan. Lalu pris itu turun setelah ve menyuruhnya untuk lebih dulu turun dari mobil, karena ve ingin mengenalkannya pada naomi.
"Hay ve" sapa pria itu, dan tersenyum pada naomi yang berada di samping ve.
"Hay, oh iya kenalin ini anak aku yang pernah aku ceritain ke kamu" ve pun memperkenalkan pria itu pada naomi sesuai keinginan naomi tadi.
"Shinta Naomi, om bisa panggil aku Naomi" ucap naomi sambil mengulurkan tangannya.
"Saya morgan, salam kenal naomi" balas pria bernama morgan itu.
*Naomi tersenyum*
"Salam kenal juga. Oh iya, om siapanya bunda? Pacarnya ya?" Tebak naomi, dan yang ditanya justru tersenyum malu sambil melirik ke arah ve.
"Mau nya sih gitu, tapi....eh aduh ve sakit!" Tiba-tiba ve mencubit pelan perut morgan, membuat morgan mengaduh sakit.
Sementara naomi tersenyum geli melihat kelakuan ve pada morgan.
"Ekhheemm!" Dehem naomi, membuat keduanya terdiam dan tersenyum canggung pada naomi.
"Ya udah yuk ve kita berangkat" ajak morgan sambil merapikan kemejanya.
"Ya udah yuk. Naomi bubi berangkat dulu ya" pamit ve yang diangguki oleh naomi.
"Bye naomi" pamit morgan sambil melambaikan tangannya, lalu masuk ke dalam mobil.
"Bye" balas naomi.
Setelah kepergian morgan dan ve, kini naomi masuk ke dalam. Namun tanpa disadari, ternyata sedari awal morgan datang seseorang tengah mengintai mereka. Dan ketika mobil sedan milik morgan meninggalkan rumah ve, seseorang itu pun ikut meninggalkan tempat pengintaiannya.***
"Ma, kok papa belum pulang sih?" Tanya sinka yang berada di samping shania.
Shania yang sedang sibuk dengan ponselnya pun melihat ke arah putrinya.
"Sabar ya, tadi papa bilang dia masih di jalan" jawab shania selembut mungkin, padahal mood nya sedang tidak baik sejak kemarin. Apa lagi sejak sore tadi sinka terus menerus menanyakan keberadaan deva.
"Boseh ah, dari tadi mama jawabnya gitu terus. Tapi papa nya gak pulang-pulang" sinka yang kesal melempar boneka panda kesayangannya.
"Sinka, sayang. Mau kemana kamu?" Tanya shania, ketika melihat sinka berlari keluar rumah.
"Biar jacob aja ma yang kejar adek" kata jacob, lalu diangguki oleh shania. Shania yang masih terduduk di sofa dengan mood yang tidak baik pun kembali mengingat pertemuannya kemarin dengan ve di sekolah naomi. Dan karena itu lah mood shania seharian ini, bahkan sejak kemarin tidak baik.
"Apasih maksud ve nyuruh aku untuk menjauhkan deva dari naomi? Deva itu kan papa kandungnya, dan deva juga berhak tau kalau anaknya selama ini masih hidup" ucap shania.
Saat shania sedang memikirkan ucapan ve kemarin di sekolah naomi. Tiba-tiba deva datang dengan membawa sinka yang menangis.
"Sinka, kamu kenapa sayang?" Tanya shania, menghampiri sinka yang berada di gendongan deva.
"Kamu tuh bisa gak sih jaga anak?! Kenapa sinka dan jacob sampai keluar rumah malam-malam begini? Bahkan sinka sampai jatuh di depan taman, untung aku cepat datang! " Dengan kasarnya deva mencengkram kuat leher shania, membuat shania kesulitan bernapas.
"D-dev-a, l-le-pasin!" Ucap shania tergagap, dan menahan sakit di lehernya.
Dan dengan kasarnya lagi deva melepaskan cengkramannya pada shania, sampai shania terjatuh ke lantai. Jacob yang melihat hal itu langsung menolong shania, membantu shania berdiri.
"Mama gak papa?" Tanya jacob, menatap khawatir shania.
Shania yang sebetulnya merasakan sakit di lehernya mencoba bersikap baik-baik saja di depan jacob dan sinka.
"Mama gapapa, kamu masuk ke kamar ya. Nanti mama dan adek nyusul" perintah shania pada jacob, dan bocah laki-laki itu pun menuruti apa yang dikatakan shania.
Setelah melihat jacob pergi ke kamarnya, shania mengambil sinka dari gendongan deva.
"Lain kali urus anak yang betul. Kalau sampai terjadi sesuatu sama mereka, kamu yang bakal terima akibatnya!" Ucap deva yang memperingati shania.
Shania pun mengangguk takut, lalu membawa sinka menyusul jacob ke kamar.
Melihat shania sudah pergi dari hadapannya, deva pun duduk di sofa. Sambil merogoh sesuatu di dalam kantung celananya.
"Mungkin aku bisa mencobanya pada shania terlebih dulu, baru aku akan mencobanya pada naomi" ucap deva menyeringai, sambil menatap botol berukuran kecil di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, bunda [END]
Historia Corta"Dia milikku, bukan milikmu!" Cerita ini mengandung unsur dewasa.