Thirty Three

809 87 8
                                    

Selamat membaca....
Maaf gaje hehehe
Maaf juga kalo ada kesalaha dalam penulisan.











































*Drrt...drrt...*

Ponsel milik shania yang berada di atas dashboard mobil bergetar. Shania langsung mengecek siapa yang menelfonnya, dan ketika shania melihat nama yang tertera pada layar ponselnya ternyata adalah deva. Shania pun enggan mengangkat telfon dari suaminya itu.
"Ngapain sih dia telfon!" Gerutu shania, yang masih merasa kesal dengan apa yang deva perbuat semalam padanya.
Setelah ponselnya tidak bergetar lagi, shania langsung menonaktifkan ponselnya itu. Karena shania tidak ingin siapapun mengganggunya ketika bertemu dengan naomi.
Saat ini shania sudah berada di sekolah naomi, tepat pada saat bel istirahat berbunyi. Shania mendatangi naomi tentunya tidak dengan tangan kosong, tapi shania membawakan sesuatu untuk putrinya itu.
"Semoga naomi suka" ucapnya, yang kini menaiki anak tangga menuju kelas naomi. Yang tentunya setelah shania mendapat ijin dari guru piket untuk bertemu dengan naomi.
Sesampainya shania di kelas naomi, shania bisa melihat naomi yang sedang mengobrol bersama teman sekelasnya.
"Naomi" panggil shania dari ambang pintu kelas.
Melihat kedatangan shania di sekolahnya membuat naomi terkejut, namun akhirnya naomi tersenyum.
Sedangkan teman-temannya langsung berpamitan pada naomi, yang sebenarnya ingin memberikan waktu untuk naomi dan shania.
"Silahkan duduk" kata naomi, ketika melihat shania berada di samping bangku lidya.
*Shania pun duduk, sesuai yang dikatakan naomi*
"Ini buat kamu" setelah duduk, shania memberikan sesuatu yang dibawanya tadi kepada naomi.
"Apa ini?" Tanya naomi.
"Cuma kue kering, kata daddy marcel...kamu suka banget nyemil kue kering gitu. Jadi aku beliin kamu ini, semoga kamu suka ya" kata shania diiringi senyumnya.
Dan naomi perlahan mengambil dan mengintip kue kering yang dibawakan oleh shania.
*Naomi pun tersenyum*
"Makasih ya" ucapnya pada shania.
"Sama-sama" balas shania.
Lalu keadaan diantara keduanya hening.
"Emm...boleh aku coba kue keringnya sekarang gak?" Tanya naomi.
*shania mengangguk*
"Boleh banget! Kamu laper ya??" Tebak shania dan diangguki oleh naomi.
"Ya udah sini aku bantuin buka kue nya" tangan shania dan tangan naomi pun saling bersentuhan ketika membuka kue kering tsb.
"Kamu gak mau coba?" Kata naomi, sambil menyodorkan kue keringnya.
"Boleh, tapi suapin dong" pinta shania dengan manjanya. Dan dengan senang hati naomi pun menyuapi kue kering ke arah mulut shania.
*ini pertama kalinya aku nyuapin mama, walaupun cuma kue kering* batin naomi senang.
"Hemm...ternyata enak juga ya kue keringnya" kata shania sambil mengunyah kue kering suapan naomi.
*naomi mengangguk setuju*
Namun, tak lama keduanya sedang menikmati kue kering pemberian shanua. Tiba-tiba suara bell berbunyi, tandanya jam istirahat telah selesai.
"Yaahh udah bell" ucap naomi, yang tanpa sadar ia mengungkapkan rasa kecewanya karena waktunya bersama shania hanya sebentar. Namun berbeda dengan shania, yang salah mengartikan kekecewaan naomi. Ia pikir naomi sedih karena kue keringnya sudah habis.
"Jangan sedih dong. Besok-besok aku bawain lagi kue kering buat kamu ya" kata shania, sambil membersihkan serpihan kue kering yang mengotori bibir naomi.
*Naomi hanya mengangguk, lalu membereskan bekas kue keringnya*
"Ya udah kalo gitu aku pulang dulu ya. Kamu belajar yang rajin, bye" pamit shania, yang kini berjalan keluar kelas.
"Hati-hati" teriak naomi, ketika shania masih berada di ambang pintu kelasnya.
Dari ambang pintu kelas naomi, shania tersenyum dan melambaikan tangan. Setelah itu shania benar-benar hilang dari penglihatan naomi.
Shania sendiri yang kini sudah pergi meninggalkan sekolah naomi dan sedang dalam perjalanan untuk menjemput sinka dan jacob. Sepanjang jalan ia terus tersenyum, karena mengingat pertemuannya tadi dengan putrinya, naomi.
"Ternyata benar, perasaanku sekarang jauh lebih tenang setelah bertemu dengan naomi" ucap shania diiringi senyumnya.

***

"Ma...mama!" teriak lidya dari dalam kamarnya.
Melody yang sedang merias diri di kamarnya menggerutu kesal. Karena teriakan lidya membuat goresan lipstik pada bibirnya belepotan.
"Kenapa sih anak itu harus teriak-teriak seperti itu!" Karena tidak ingin mendengar teriakan lidya lagi, melody segera bergegas ke kamar lidya.
"Lidya kamu ngapain sih teriak-teriak!" Ketika pintu kamar lidya dibuka sempurna oleh melody, ia terlonjak kaget melihat lidya yang terduduk sambil menangis di ambang pintu kamar mandi.
"Astaga lidya! Kamu kenapa?" Tanya melody dengan paniknya dan menghampiri lidya.
Lidya yang menangis menunjuk lututnya yang banyak mengeluarkan darah.
"Lidya jatoh maa..hiks!" Jawab lidya diiringi tangisannya.
"Ya udah sini mama bantu kamu ke kasur" dengan sekuat tenaga yang melody miliki, ia memapah lidya sampai ke kasur.
"Maa...hikk, sakit!" Mendengar lidya terus menerus mengaduh sakit pada lututnya membuat melody frustasi.
"Duh lid, kamu tuh ya ada ada aja deh ah! Mana mama mau pergi lagi" kesal melody, lalu menghubungi seseorang.
"Ma... obatin dulu lutut lidya hikss" tangis lidya, dan melody memberi isyarat pada lidya untuk diam.

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang