Eight (Bad Day)

1.2K 134 5
                                    

Selamat membaca...





























Hari ini naomi sudah mulai beraktivitas kembali ke sekolah, dengan diantar oleh veranda.
"Bunda, nanti jemputnya jangan telat ya" pesan naomi pada ve.
"Iya" jawab ve dengan sedikit anggukan.
Naomi mulai turun dari mobil, setelah menyalami dan berpamitan pada ve . Kini naomi sedang berjalan ke kelasnya yang ada di lantai dua paling pojok.
"Wadadawww Tsunaomi kita udah masuk cyiinn" ucap natalia, teman segenk naomi paling centil dan sexy di kelas.
"Waah mi, elu kurusan ya abis sakit" kata rona, sambil mengelilingi naomi yang masih berdiri di depan kelas.
Lidya yang sedari tadi hanya duduk sambil memperhatikan, tampak tersenyum senang dengan kedatangan naomi. Begitu juga dengan athaa, sahabat terbaik naomi yang sudah membuat ve bisa pulang ke rumah.
"Kasih naomi duduk" saut athaa dari tempat duduknya.
Rona pun langsung menyingkir dari naomi, dan mempersilahkan naomi untuk duduk.
Seperti biasanya, naomi duduk bersama dengan lidya.
"Hay lid" sapa naomi, dengan sedikit senyuman.
"hay juga mi" balas lidya, yang entah kenapa suasana diantara mereka mendadak kaku seperti orang yang baru saling mengenal.
"Gimana keadaan lo sekarang, udah mendingan?" Tanya lidya.
"Udah, maka nya hari ini gue masuk sekolah. Apa lagi gue masuk karena kangen banget sama lo" jawab naomi, sambil memeluk sekilas lidya. Dan tanpa sadar membuat lidya melongo tak percaya dengan apa yang naomi katakan padanya.
*naomi kangen gue?* batinnya senang.
"E-elo kangen gue?" Tanya lidya, memastikan jika pendengarannya tidak salah.
*naomi mengangguk*
"Iya, gue kangen sama lo. kangen banget pengen dijajanin gitu"
Seketika raut wajah lidya berubah sendu.
*Gue pikir kangen sama orangnya* kecewanya pada naomi.
"Udah ah gue mau ke toilet dulu" pamit lidya, sambil membatin kesal pada naomi.
Naomi hanya mengangguk sebagai balasan.
Athaa yang melihat lidya keluar kelas dengan cepat berpindah tempat duduk di samping naomi.
"Hay mi" sapa athaa dengan senyumannya.
"Ngapain lo disini? Pergi sana!" Usir naomi, ketika athaa duduk di bangku lidya.
"Bentaran doang mi. Lagian lidya nya juga gak ada" kata athaa, sambil menopang dagu dengan telapak tangannya.
*Naomi mendengus kesal*
"Ya udah kalo gitu biar gue yang pergi!" Kata naomi, yang hendak berdiri. Namun dengan cepat athaa menahannya untuk duduk kembali.
"Iya-iya, gue yang pergi" dengan malasnya athaa berdiri dari bangku lidya. Namun baru setengah berdiri, athaa lebih dulu kepergok oleh lidya yang sudah kembali dari toilet.
"Heh! Ngapain lo di bangku gue!" Teriak lidya pada athaa dari ambang pintu kelas.
Athaa yang sudah kepergok pun langsung berpindah tempat sebelum lidya menghajarnya.
"Woi, mau kemana lo?!" Teriak Lidya yang sudah terpancing amarahnya, dan mulai mengejar athaa sampai keluar kelas. Aksi kejar-kejaran mereka pun menjadi pusat perhatian teman-teman di sekolahnya.
Sementara naomi kembali mendengus kesal melihat kelakuan kedua temannya itu.
"Besok-besok lo tulis aja mi, 'Bangku milik lidya, yang dudukin bakal mati!'" Ide rona, membuat teman-teman yang mendengarnya tertawa dan ada juga yang bergidik ngeri.
"Athaa nya juga sih selalu cari gara-gara sama lidya. Padahal tadi naomi udah nyuruh dia pergi" saut vanka, yang tidak menyukai sosok athaa di kelas.
Naomi semakin dibuat kesal oleh teman-teman segenknya itu. Walaupun athaa terkenal pintar, dan jahil. Tapi naomi tetap tidak suka jika siapapun menjelek-jelekan athaa.
Kini naomi lebih memilih pergi meninggalkan kelas, dan mencari kedua temannya itu.

*pulang sekolah*

Ve yang sedang menyiapkan makan siang untuk naomi, begitu heran melihat perubahan sikap naomi semenjak pulang dari sekolah. Padahal tadi pagi, gadis itu terlihat begitu semangatnya ingin bertemu teman-temannya di sekolah.
"Sayang, kamu gapapa kan? Apa ada masalah di sekolah? Atau ada yang ganggu kamu?" Tanya ve khawatir, pada putri semata wayangnya itu.
Ve yang belum sempat mendengar jawaban dari naomi, tiba-tiba saja dikagetkan dengan tangisan naomi. Ve pun semakin panik, dan khawatir melihatnya.
"Sayang, kamu kenapa sih? Cerita sama bubi" ve langsung mendekap naomi, mengusap lembut punggung putrinya itu.
Dengan diiringi tangisannya, naomi mulai menceritakan kejadian tadi pagi di sekolah. Dimana athaa, dan lidya saling kejar-kejaran. Dan menjadi pusat perhatian satu sekolah. Perbuatan keduanya pun membuat naomi kesal, dan dimarahi oleh guru piket. Naomi yang tidak bersalahpun menjadi ikut disalahkan, dan dihukum oleh guru piket.
"Cup, cup, cup, jangan nangis lagi. Nanti bubi bakal marahin athaa, dan lidya karena udah buat kesayangannya bubi dihukum" ucap ve, yang berusaha menenangkan naomi.
"Janji bubi bakal marahin mereka berdua?" Tanya naomi, sambil mengangkat jari kelingkingnya di hadapan ve.
Ve pun membalas dengan menautkan jari kelingkingnya dengan milik naomi.
"Janji!"
*naomi pun tersenyum, begitu juga dengan ve*
"Ya udah sekarang kamu makan siang. Setelah itu ikut bubi ke butiq, ok! Perintah ve
"Ok!" Balas naomi, yang mulai menikmati makan siang buatan ve.

*

Seperti yang dikatakan oleh ve setengah jam yang lalu pada naomi. Kini keduanya sudah dalam perjalanan menuju butiq milik ve.
Selama di perjalanan, naomi tak henti-hentinya mencaci maki game yang sedang dimainkannya.
Ve yang mendengar hanya bisa menggeleng kepala saja melihat kekesalan putri semata wayangnya itu.
"Sebel ah, kalah mulu!" Naomi pun akhirnya menyerah pada game yang dimainkanya, sambil melempar asal ponsel milik ve di atas dashboard mobil. Ve yang melihat itu langsung mendelik tak percaya, ketika ponselnya dilempar oleh naomi. Naomi sendiri belum menyadari bagaimana tatapan ve saat ini padanya.
"Bunda awas!" Teriak naomi tiba-tiba, ketika di depan mobil ve ada mobil lain yang menyebrang. Ve yang panik pun mendadak langsung membanting setir, dan menginjak rem sekuat mungkin.
Kejadian yang tidak terduga itu hampir saja membuat ve, dan putri semata wayangnya celaka. Untung saja ve masih bisa mengendalikan mobil tsb.
"Kamu gapapa kan sayang?" Tanya ve pada naomi
*naomi menggeleng kepala*
"Bunda sendiri gapapa kan?" Tanya naomi balik, yang juga dijawab gelengan kepala oleh ve.
"Syukurlah" lega naomi.
Saat keduanya sedang mengecek satu sama lain. Tiba-tiba kaca mobil ve diketuk oleh seseorang dari luar.
Ve pun membuka pintu mobil, dan turun untuk melihatnya.
"Anda tidak apa-apa?" Tanya seorang wanita dengan paniknya pada ve. Wanita itu adalah pemilik mobil yang tiba-tiba menyebrang di hadapan mobil ve.
"Saya, dan anak saya tidak apa-apa" jawab ve sesantai mungkin.
"Syukurlah. Saya benar-benar minta maaf atas kejadian tadi" kata wanita itu lagi, atas apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.
"Iya, gapapa. Lain kali hati-hati ya" balas ve, diiringi senyumannya.
"Makasih ya. Oh ya perkenalkan nama saya melody" wanita itu mengulurkan tangannya ke arah ve, dan dibalas hangat oleh.
"Saya veranda" balas ve.
Saat keduanya sedang mengobrol, naomi turun dari mobilnya. Begitu juga dengan sosok gadis yang ada di mobil milik melody.
Saat naomi dan gadis itu saling pandang, betapa terkejutnya mereka.

"LIDYA!"
"NAOMI!"

Keduanya pun saling tunjuk, dan saling menyebut nama. Ve, dan melody tampak bingung pada kedua gadis itu.
"Jadi itu mobil lo? Mobil yang hampir aja bikin gue, dan nyokap gue celaka!" Ucap naomi dengan suara keras, dan menunjuk ke arah mobil melody.
Lidya, teman segenk naomi itu pun hanya mengangguk takut pada ekspresi naomi saat ini.
"So-sory mi. Gue gak sengaja tadi" sesal lidya.
Naomi tampak berfikir, dan tak lama..
"JADI TADI ELO YANG KENDARAIN MOBIL ITU?!" teriak naomi, yang dijawab anggukan oleh lidya.
Seketika, naomi ingin memukul lengan lidya. Tapi dengan cepat ve menahannya, dan menjauhkan putri nya itu dari lidya.
"Sumpah ya lid, udah 2x elo bikin hari gue buruk. Pertama, elo bikin gue dihukum sama guru piket. Dan yang kedua, elo hampir bikin gue sama bunda gue celaka! Gue bener-bener sebel sama lo!" Marah naomi, yang langsung masuk ke dalam mobil. Meninggalkan ve, melody, dan lidya yang menyesal sudah membuat naomi 2x marah padanya.
"Mama bilang juga apa lid, nurut. Biar mama aja yang nyetir, tapi kamu nya maksa. sekarang rasain deh kena batunya. Emang enak temennya marah, sukurin!" Kesal melody pada lidya.
Lidya hanya bisa pasrah, sementara ve tak menyangka akan bertemu dengan lidya dalam keadaan seperti ini.

*Jadi gak tega mau marahin dia* batin veranda, yang menatap kasian pada lidya.

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang