Selamat membaca......
*Malam sebelumnya*
"Aku ingin bertemu dengan naomi, tolong izinkan aku ve" kata shania dengan suara melembut.
Saat itu, shania dan yang lain belum menyadari keberadaan naomi yang sedang mendengarkan percakapan mereka.
"Naomi sedang sibuk, dia sedang banyak tugas sekolah yang harus dikerjakan. Jadi kamu tidak bisa bertemu dengan naomi, lebih baik kamu pulang sekarang juga" ucap ve, yang menolak dengan tegas keinginan shania yang ingin bertemu dengan naomi.
Tiba-tiba shania mendekati ve, lalu menggenggam tangan ve.
"Aku mohon ve, izinkan aku bertemu dengan naomi walaupun cuma sebentar. Ini untuk sinka, adiknya" lagi, shania memohon kepada ve untuk tetap ingin bertemu dengan naomi.
"Maaf shania, aku tidak bisa menemukanmu dengan naomi. Jadi lebih baik kamu pulang sekarang juga" kedua kalinya ve kembali menolak shania, dan tanpa sadar membuat shania menangis kecil.
Tak lama terdengar langkah kaki yang menghampiri ketiganya. Dan langkah itu adalah milik naomi.
"Naomi" panggil ve, yang melihat naomi datang dan berdiri di belakang shania. Shania yang mendegar ve menyebut nama naomi langsung berbalik badan.
*shania tersenyum licik di balik tangisnya, shania tau jika sedari tadi naomi mendengarkan percakapan mereka. Dan naomi juga pasti sudah tau jika dirinya telah mengetahui naomi adalah anaknya. Ini kesempatan bagi shania untuk melancarkan aksinya ketika melihat kemunculan naomi*
"Naomi" panggil shania, lalu mendekati putrinya itu.
Naomi yang dipanggil hanya diam tak merespon, tapi matanya terus menatap shania yang terisak.
*kenapa aku sakit melihatnya menangis* batin naomi, yang tiba-tiba saja membuat dadanya terasa sesak.
"Syukurlah kamu turun. Aku kesini ingin berbicara sesuatu sama kamu, dan ini untuk sinka" kata shania, yang masih terisak.
"Memangnya kenapa dengan sinka?" Tanya naomi.
"Sinka, dia marah sama aku. Karena tadi siang gagal mengajakmu untuk pergi bersamanya. Dan aku sudah berjanji pada sinka untuk bisa mengajakmu pergi besok. Aku melakukan ini karena tidak ingin melihat sinka sedih dan kecewa untuk kedua kalinya. Jadi aku mohon sama kamu, untuk pergi bersama sinka besok" mohon shania pada naomi.
Naomi melihat ke arah belakang shania, melihat ve yang tampak khawatir padanya.
"Jemput aku besok setelah pulang sekolah, jangan telat!" kata naomi, yang tanpa shania duga kalau naomi langsung menyetujuinya.
Setelah itu naomi langsung berlari pergi kembali ke kamar.
"Aku janji tidak akan telat!" Teriak shania, ketika naomi sudah tidak lagi terlihat.
*Akhirnya aktingku berjalan dengan sempurna. Kalau seperti ini terus, perlahan tapi pasti aku bisa merebut naomi dari ve. Dan ve akan merasakan kehilangan naomi bertahun-tahun seperti apa yang dulu aku rasakan ketika dia membawa pergi naomi dariku* batin shania, yang tersenyum menyeringai.
"Baiklah, karena aku sudah bertemu dengan naomi. Aku akan pulang seperti yang kamu mau ve" kata shania, yang kini sudah pergi meninggalkan rumah ve. Dan menyisakan marcel bersama ve di ruang tamu.
"Aku permisi ke kamar naomi dulu kak" pamit ve pada marcel, meninggalkan marcel seorang diri.
Sesampainya ve di dalam kamar naomi, ia melihat naomi sedang duduk di pinggir ranjang tidur sambil menatap lurus ke depan (melamun).
"Naomi" panggil ve, yang kini duduk di samping naomi.
"Kalau bunda kesini cuma buat marahin aku, karena setuju dengan ajakan perempuan itu. Aku minta maaf. Tapi naomi ngelakuin ini untuk sinka, bukan untuk perempuan itu. Meskipun sekarang dia sudah tau siapa naomi sebenarnya, tapi naomi akan selalu berhati-hati dari perempuan itu. Dan naomi pastikan dia gak akan bisa rebut naomi dari bunda. Karena naomi hanya untuk bunda, bukan shania" ucap naomi, yang begitu mengetahui isi hati ve saat ini. Dan naomi juga ingin meyakinkan ve untuk mempercayai kepetusannya itu. Supaya ve tidak terlalu mengkhawatirkannya jika sedang bersama dengan shania.
"Baiklah, bubi percaya sama kamu" balas ve, lalu memeluk naomi dari samping.***
Seperti yang dikatakan naomi semalam, kini naomi sedang bersama dengan sinka dan shania disalah satu mall di Jakarta.
Sudah hampir 3 jam naomi bersama dengan adik dan ibu kandungnya itu. Banyak yang naomi lakukan bersama keduanya. Mulai dari bermain, makan, dan belanja baju yang sinka pilihkan untuk naomi. Dan kini naomi merasa lelah, ia hanya duduk bersama dengan shania sambil menunggu sinka yang sedang memilih mainan.
"Naomi" panggil shania, yang menyadarkan naomi dari lamunannya.
"Ya" jawab naomi.
Shania menatap naomi di sampingnya, lalu tersenyum.
"Makasih ya, kamu sudah mau pergi bersama aku dan sinka. Sinka pasti sangat senang bisa jalan sama kamu, dan bukan hanya sinka, tapi aku juga sangat senang bisa jalan bersamamu. Rasanya aku seperti mempunyai dua anak gadis, kamu dan sinka. Dan impian sinka dari dulu yang menginginkan kakak perempuan sekarang menjadi kenyataan, berkat kamu" kata shania.
Naomi yang mendengar ucapan shania langsung menatap shania di sampingnya.
"Kebersamaan kita hanya sementara, yaitu hari ini. Dan aku rasa, impian sinka belum menjadi kenyataan. Jadi jangan berharap kalau aku akan terus bersama kalian dan aku menjadi kakak perempuan sinka" balas naomi, yang entah kenapa dia sendiri merasa sakit mengatakan hal itu kepada shania.
Sedangkan shania hanya bisa tersenyum mendengar ucapan naomi padanya.
"Sekarang aku mau pulang, tolong antarkan aku pulang. Aku tidak ingin membuat bunda khawatir karena terlalu lama pergi bersamamu" pinta naomi pada shania.
*shania mengangguk*
"Aku akan mengantarkanmu pulang, tapi kita tunggu dulu seseorang datang kesini. Sekarang dia sudah dalam perjalanan kesini, atau mungkin dia sudah sampai disini" kata shania, yang tak lama seorang pria tampan datang dan berdiri sambil tersenyum di hadapan shania.
"Deva" panggil shania, lalu bangun dari duduknya untuk memeluk deva.Naomi yang mendengar shania menyebut nama deva membuatnya terkejut.
*Jadi dia deva? Deva mahenra, ayahku!* batin naomi, yang menatap tak percaya jika akhirnya ia bisa melihat ayah kandungnya.
"Papah!" Teriakan sinka menyadarkan naomi dari rasa keterkejutannya.
Sinka berlari ke arah deva, dan deva menangkap sinka lalu menggendong gadis kecilnya itu.
"Papah, sinka kangen" ucap sinka, yang kini memeluk erat deva.
"Papah juga kangen sama kamu" Deva pun membalas pelukan sinka tak kalah eratnya, sambil menciumi sinka berkali-kali.
Naomi yang melihat pemandangan bahagia itu merasa dirinya tidak pantas berada diantara mereka. Perlahan naomi bangkit dari duduknya, dan keluar dari toko mainan itu. Naomi tidak pergi meninggalkan mereka, ia hanya menunggu di luar sampai dadanya yang terasa sesak itu menghilang.
"Lho, kak naomi mana?" Tanya sinka, yang menyadari tidak ada naomi diantara mereka. Shania yang panik pun mencari keberadaan naomi, lalu disusul oleh deva dan sinka yang berada digendongan.
"Naomi" panggil shania, ketika ia menemukan naomi sedang berdiri di depan kaca toko mainan sambil memegang dadanya.
Sinka yang berada digendongan deva, meminta deva untuk menurunkannya. Lalu sinka menarik deva untuk mendekat ke arah naomi.
"Kak, kenalin ini papahku" kata sinka, yang memperkenalkan deva pada naomi.
Deva pun dengan senang hati mengulurkan tangannya ke arah naomi. Sementara naomi menatap nanar tangan deva di hadapannya.
"Halo, saya deva" deva pun memperkenalkan dirinya pada naomi diiringi senyuman.
Perlahan tangan naomi terulur gemetar menjabat tangan deva.
"Naomi" balas naomi dengan suara yang pelan dan bergetar.
Shania yang melihat naomi bertemu dengan suaminya itu tersenyum senang. Ia ingin secepatnya memberitahu deva siapa naomi sebenarnya.
*cantik juga gadis ini* batin deva, yang sedari tadi memperhatikan naomi.
Setelah itu shania meminta deva untuk mengantarkan naomi pulang bersamanya.*tbc*
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, bunda [END]
Cerita Pendek"Dia milikku, bukan milikmu!" Cerita ini mengandung unsur dewasa.