Thirty Eight

770 102 10
                                    

Selamat membaca....
Maaf kalo ada kesalahan ehehe


























































Dua minggu berlalu, naomi sudah terlihat akrab dengan saktia. Dan saktia begitu telatennya mengurus naomi, anak dari shania sahabatnya sejak kecil.

"Naomi" panggil saktia pada naomi yang sedang menonton tv.
Naomi yang dipanggil hanya berdehem lalu menoleh sekilas ke arah saktia.
"Ikut tanti belanja bulanan yuk!" Ajak saktia yang kini duduk di samping naomi.
Naomi yang sedang asik menonton kartun favoritnya pun menolak dengan menggelengkan kepala.
"Yaahh...kok gak mau. Mauin ya, plis!" Mohon saktia.
*Tapi naomi tetap menolaknya*
"Tanti beliin es krim deh, atau..." tiba-tiba saktia menghentikan ucapannya, membuat naomi yang berada di sampingnya menatap saktia penasaran.
"Atau apa?" Tanya naomi yang akhirnya membuka suara.
*Saktia pun tersenyum*
"Atau, kamu gak akan bisa nonton kartun favorit kamu itu lagi" ancam saktia, sambil menunjuk ke arah tv.
*saktia kembali tersenyum sambil memainkan kedua alisnya naik turun*
Sedangkan naomi langsung menggelengkan kepala dan memohon kepada saktia untuk tidak melakukan itu.
"Iya deh iya, naomi mau nemenin tanti belanja bulanan" akhirnya, naomi pun mengalah dan saktia tersenyum penuh kemenangan.
"Nah gitu dong" kata saktia
"Ya udah yuk kita berangkat sekarang" ajak saktia yang sudah bersiap-siap, dan naomi sendiri sedang mengambil jaketnya.

Kini naomi dan saktia sudah dalam perjalanan menuju supermarket yang tak jauh dari apartemen tempat saktia tinggal. Dan hanya menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya mereka sampai.
*Inikan supermarket tempat aku dan bubi biasa belanja bulanan* batin naomi sambil memperhatikan sekelilingnya.
Saktia yang sudah turun dari mobil langsung membawa naomi untuk masuk ke dalam supermarket, meskipun awalnya naomi menolak dan ingin menunggu di dalam mobil saja.
"Naomi, kamu mau beli apa?" Tanya saktia sambil mendorong troli belanjaan miliknya.
Naomi yang ditawari pun melihat kesekelilingnya.
"Naomi boleh cari-cari dulu gak tanti?" Tanya naomi yang diangguki oleh saktia.
"Jangan lama-lama ya sayang" balas saktia.
Setelah itu keduanya pun memisahkan diri dan naomi pergi untuk mencari sesuatu yang diinginkannya.

"Beli apa ya" gumam naomi, sambil mengelilingi beberapa rak makanan dan minuman.
Saat naomi berhenti tepat di depan rak susu, senyum naomi mengembang.
"Susu stroberi!!" Girangnya, lalu tangannya mulai terulur untuk mengambil susu kotak rasa stroberi favaoritnya.
"Maaf, semua susu stroberi ini sudah jadi milik saya" ucap seseorang yang berdiri di belakang naomi, dan tangannya menghalangi tangan naomi yang ingin mengambil susu kotak tersebut.
Sementara naomi sendiri terkejut, ketika ia mendengar suara yang begitu dikenalinya. Bahkan ketika naomi melihat tangan putih dan mulus yang ada di hadapannya saat ini.
Perlahan, naomi pun menoleh ke arah belakang. Seperti adegan difilm-film, ekspresi naomi begitu terkejut ketika melihat sosok yang sangat dikenalinya. Dan tak berbeda jauh dengan naomi, sosok itu pun terkejut melihat yang ada di hadapannya saat ini adalah naomi.
"Naomi"
"Bunda"
*Ucap lirih keduanya*
Mata naomi kini mulai berkaca-kaca, ketika sosok yang ia sebut bunda dan yang sudah dua minggu tidak dilihatnya kini berada di hadapan naomi.
Namun berbeda jauh dengan naomi, sosok itu justru bersikap biasa saja.
"Bunda, naomi kange..."
Belum sempat naomi menyelesaikan ucapannya dan ingin memeluk sosok tersebut yang tak lain adalah ve.
Ve sudah lebih dulu menahan naomi untuk tidak memeluknya. Membuat naomi menatap heran dan kecewa pada ve yang menolak untuk dipeluk oleh naomi.
"Maaf, saya mau ambil susu yang ada di belakang kamu. Jadi tolong permisi sebentar" ve pun menggeser tubuh naomi yang menghalangi susu kotak tersebut. Setelah itu, ve mengambil semua susu kotak rasa stroberi tersebut ke dalam troli belanjaannya.
Naomi sendiri hanya bisa melihat sikap ve yang tidak peduli padanya sambil terisak.
"Permisi" ucap ve, setelah ia mendapatkan semua susu kotak stroberi tsb. Lalu pergi dari hadapan naomi sambil mendorong troli belanjaannya.
Naomi yang sadar melihat ve mulai menjauh darinya pun kini berusaha mengejar.

Ve pov

"Bunda, naomi kange..." belum sempat naomi menyelesaikan ucapannya. Aku sudah lebih dulu menolak untuk dipeluk olehnya. Dan bisa ku lihat, jika naomi menatapku kecewa.

*maafkan bubi, naomi. Bubi terpaksa melakukan itu, karena bubi tidak ingin terjadi sesuatu padamu* batinku, ketika aku mendengarnya terisak. Bahkan aku sengaja tidak peduli padanya, dan meninggalkannya yang masih terisak di belakangku.

"Bunda!" Sebuah teriakan dari arah belakang menghentikan langkahku. Dan sudah ku pastikan itu adalah teriakan dari naomi. Namun, aku tidak ingin menghentikan langkahku terlalu lama. Aku pun berjalan kembali, dan bisa ku dengar jika saat ini naomi sedang berjalan cepat mengejar langkahku. Sedangkan aku sendiri terus berjalan dan berusaha untuk tidak merespon panggilannya.
"Bunda tunggu!" Dan akhirnya ia mendapatkanku, dengan menahan dan menarik tangan kananku. Ku lihat matanya kini mulai sembab dan masih saja menangis.
*tolong berhentilah menangis naomi, bubi sakit melihatmu seperti itu* batinku.
"Naomi kangen sama bunda hiks. Kalo bunda gak mau naomi peluk gapapa. Tapi tolong hiks, ijinin naomi untuk lihat bunda sebentar aja" ucap naomi diiringi isakan tangisnya, lalu menatap intens wajahku.
"Bunda, kenapa wajah bunda pucat? Apa bunda sakit?" Tanyanya, sambil membelai wajahku. Aku yang gugup pun langsung menepis pelan tangannya dari wajahku dan aku langsung berpaling darinya. Aku juga tidak ingin naomi tau jika beberapa hari ini aku sering bergadang untuk menyelesaikan pekerjaanku yang terbengkalai karena semenjak kepergian naomi dari rumah, aku selalu mengurung diri dan tidak ingin kemana-mana.
"Saya baik-baik aja, kamu tidak perlu mengkhawatirkan saya" jawabku padanya.
Aku melihat naomi menggelengkan kepala, tanda jika ia tidak percaya dengan jawabanku tadi.
"Bunda pasti bohong kan?" ucapnya yang tidak percaya, seperti apa yang aku duga.
"Bohong atau tidak itu bukan urusanmu. Kalaupun saya berbohong, itu untuk kebaikan saya sendiri. Karena saya tidak ingin seseorang mengkhawatirkan saya. Tapi sayangnya, saya tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini" ucapku yang begitu saja terlontarkan dari bibirku padanya. Sambil tersenyum miris dan menertawakan diri sendiri dalam hati ini.
"Bunda masih punya naomi, bunda gak sendirian hikss. ada naomi yang akan selalu mengkhawatirkan bunda" tangisnya, sambil memelukku erat.
Aku sendiri hanya bisa diam, dan tidak ingin goyah pada pendirianku yang selama ini berusaha untuk terbiasa tanpanya.
Aku yang tidak ingin menangis dan meruntuhkan pertahananku pun melepas paksa tangannya yang melingkar pada tubuhku. Aku tidak peduli jika naomi kecewa pada sikapku yang seperti ini. Yang terpenting saat ini, naomi baik-baik saja. Dan deva menepati janjinya padaku.
"Permisi" pamitku, yang kini pergi begitu saja meninggalkannya yang menangis kencang. Dan sudah ku pastikan jika orang-orang yang berada di sekitar kami mendengar tangisannya.

Ve pov end





*tbc*

Maaf ya yg komen dari part sebelumnya gak dibales. Wp nya lagi eror, jadi gagal buat bales komen kalian 😭😭 maaf bgt sekali lagi.

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang