Nine

1.1K 122 12
                                    

Selamat membaca.....













































Semenjak kejadian kemarin, sikap naomi begitu berubah pada lidya. Jika lidya bertanya, hanya deheman atau jawaban singkat saja yang keluar dari bibir naomi.
Selama jam pelajaran berlangsung pun naomi lebih banyak bertanya pada temannya yang lain dibandingkan pada lidya. Bahkan saat jam istirahat, naomi lebih memilih mengajak athaa dari pada lidya dan teman segenknya.
"Segitu marahnya naomi sama elo lid. Emang elo gak minta maaf?" Tanya rona, yang sedari tadi memperhatikan temannya itu diacuhkan oleh naomi.
"Gue udah minta maaf, dan dia maafin gue. Tapi kayanya gak ikhlas deh. Lo liat aja dia cuek banget sama gue. Nanya pelajaran aja ke yang lain dari pada sama gue. Sekarang ke kantin lebih milih sama athaa, dari pada gue" jawabnya sedih.
Rona mengangguk mengerti bagaimana perasaan lidya saat ini.
"Ya udah sih lid santai aja. Mungkin naomi masih shock gara-gara kejadian kemarin. Jadi dia belum bisa berfikir jernih deh" kata rona, yang mengetahui kejadian kemarin antara lidya dan naomi.
"Hufft, mungkin" pasrah lidya.

*pukul 12 siang*

Semua murid berhamburan keluar kelas. Ada yang berlari, ada yang jalan santai, bahkan ada yang tidak langsung keluar dari kelas. Seperti yang lidya, dan naomi lakukan. Keduanya sengaja tidak boleh dipulangkan karena ide gila athaa. Athaa ingin naomi benar-benar ikhlas memaafkan lidya yang tidak sengaja atas kesalahannya kemarin.
*Kalo elo bisa maafin gue dengan ikhlas. elo juga harus bisa maafin lidya dengan ikhlas*
Kata-kata athaa masih terngiang diingatan naomi. Tak berbeda jauh dengan naomi, lidya pun masih teringat ucapan athaa yang akan membantunya mendapat maaf dari naomi.
"Mi-"
"Gue udah tau lo mau ngomong apa" sela naomi.
Lidya memberanikan diri menatap wajah samping naomi.
*astaga cantiknya* batin lidya
"Gue tau gue cantik, tapi jangan natap gue mesum kaya gitu" suara naomi membuat lidya mengalihkan pandangannya ke arah lain, setelah ia kepergok oleh naomi.
"Lid, lo itu salah satu teman baik gue. Jadi gue udah maafin lo dengan ikhlas soal kejadian kemarin. Semoga lo juga bisa maafin gue kalo suatu saat gue ada salah sama lo" kata naomi
*Lidya tersenyum*
"Tanpa lo minta pun gue pasti maafin elo kok mi. Sekali lagi makasih ya, karena elo udah maafin gue" lidya mengulurkan tangannya di hadapan naomi, dan yang langsung dibalas oleh naomi.
"Sama-sama. Ya udah yuk balik" ajak naomi yang diangguki oleh lidya.
"Yuk"
Kini keduanya berjalan bersama keluar kelas. Dan sesampainya mereka di luar sekolah. Sudah ada dua wanita cantik yang menunggu mereka, dan saling mengobrol.
"Bunda"
"Mama"
Panggil keduanya pada dua wanita cantik tsb. Yang tak lain adalah ve, dan juga melody.
"Gimana, masalah kalian berdua udah kelar?" Tanya melody pada keduanya.
Lidya, dan naomi saling menatap bingung.
"Mama kok tau kalo aku sama naomi lagi nyelesain masalah kita kemarin?" Tanya balik lidya yang heran pada sang mama.
"Tadi athaa yang kasih tau ke kita kalo kalian berdua masih di dalam kelas buat nyelesain masalah kemarin" saut ve, yang akhirnya menjawab kebingungan lidya dan naomi.
"Ya udah yuk pulang" ajak lidya, yang diangguki ketiganya.
Sebelum berpisah, lidya memberi pesan pada naomi untuk jangan lupa makan siang. Naomi pun hanya mengiyakannya saja. Sampai akhirnya mereka saling berpamitan, lalu berpisah.

*Rumah Lidya*

"Papaaaaaa" teriak lidya yang baru saja turun dari mobil. Dan berlari ke arah seorang pria tampan yang berdiri di depan pintu rumahnya. Pria itu yang tak lain adalah ayah kandung lidya.
"Hay pipi stroberi" sapa pria itu pada lidya.
"Hay juga papanya lidya yang paling ganteng di rumah" balas lidya.
Pria itu pun tersenyum mendengar apa yang lidya ucapkan padanya.
"Masuk yuk. Papa bawain kamu oleh-oleh lho" ajak pria itu pada lidya.
Lidya yang mendengar sang papa membawakan oleh-oleh untuknya pun terlihat begitu senang.
"Yuk pa" jawabnya dengan semangat.
Dan kini keduanya masuk ke dalam rumah, bersama melody yang mengikutu dari belakang.
Sesampainya di dalam, lidya langsung membawa oleh-oleh yang dibawakan sang papa ke kamar. Sementara di ruang tamu kini hanya menyisakan melody, dan suami nya itu.
"Kamu mau minum apa?" Tawar melody pada suaminya itu.
"Aku mau minum punya kamu" jawab pria itu sambil mendekati melody. Dan membuat melody mendengus kesal.
"Jangan sekarang dev, aku masih datang bulan" bohong melody pada suaminya, deva.
Deva menatap kecewa pada melody.
"Jangan cemberut gitu dong. Lagian kalo udah selesai nanti kamu boleh deh puas-puasin" kata melody yang mencoba membujuk deva. Memberi pengertian supaya deva tidak marah, dan pergi meninggalkannya lagi dalam jangka waktu yang cukup lama. Kalau sudah begitu, melody akan pusing sendiri karena lidya yang akan terus menerus menanyakan keberadaan deva.
"Ya udah lah aku mandi aja" deva pun pergi meninggalkan melody ke kamar. Dan setelah kepergian deva, melody bisa bernapas lega.
"Hampir aja"

*malam hari*

Di kediaman rumah ve, malam ini suasana terlihat sepi. Ve yang masih berada di butiq, membuat naomi yang sedang berada di rumah seorang diri merasa kesepian. Tak ada seseorang yang bisa menemani kesendirian naomi setiap ve masih berada di butiq.
"Coba gue punya henpon" kata naomi, yang ingin sekali memiliki ponsel seperti teman-temannya. Tapi sang bubi begitu melarang naomi untuk tidak menggunakan, atau memiliki ponsel.
"Kalo gue punya henpon kan bisa chatingan sama temen-temen. Lama-lama bosen juga gue hidup kaya gini. Yang ada nonton tv terus, kan bosen juga" ucap naomi yang mulai mengeluh dengan kehidupannya selama ini.
Lama naomi berdiam diri di dalam kamar. Terdengar suara bel rumah yang berbunyi berulang-ulang kali. Naomi yang mendengarnya pun segera turun ke bawah untuk melihat siapa yang datang.
*ceklek*
Pintu terbuka, dan entah siapa yang datang. Tapi raut wajah naomi terlihat bingung dengan sosok tersebut.
"Maaf, cari siapa ya?" Tanya naomi pada tamu yang tak diundang itu.
"Saya cari ibu veranda. Apa benar ini rumah ibu veranda?" Jawab orang itu, dan balik bertanya pada naomi.
*naomi mengangguk ragu*
"I-iya benar. Anda siapa ya?" Tanya naomi lagi.
Tiba-tiba orang itu tersenyum, dan mengulurkan tangannya pada naomi.

"Saya shania"





*tbc*

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang