Fourty

838 88 13
                                    

Selamat membaca...
Maaf atas kesalahannya...
































































*Selamat ibu shania, anda hamil*

Kata-kata itu terus menghantui pikiran shania setelah pulang dari rumah sakit. Entah ia harus merasa senang, atau justru merasa sedih. Meskipun anak yang dikandungnya adalah darah daging deva, tapi shania merasa kehamilannya saat ini begitu tidak diharapkan oleh nya. Karena mengingat bagaimana cara deva menyetubuhinya malam itu.

*Apa aku harus menggugurkannya* batin shania, sambil mengusap perutnya yang masih terlihat rata.
Namun, shania langsung menepis pikirannya yang buruk itu. Dan teringat akan naomi yang dulu sempat ingin shania gugurkan.
"Shan" panggilan deva yang berada di sampingnya, membuat shania tersadar dari lamunan.
Shania yang mendengar panggilan deva pun hanya melihat sekilas, lalu kembali menatap kosong ke depan.
"Aku mau kamu gugurin kandungan itu, sebelum kandungan kamu itu semakin membesar dan orang lain tau kalau kamu lagi hamil" ucap deva, yang membuat shania di sampingnya menatap tak percaya pada ucapannya itu.
"Kamu gila ya dev! ini anak kamu, darah daging kamu. Tapi kenapa kamu malah nyuruh aku untuk menggugurkannya!" Emosi shania pada deva, sambil menunjuk perutnya yang rata.
Melihat shania yang emosi justru deva terlihat santai. Bahkan kini ia tersenyum remeh pada shania di sampingnya.
"Mati satu, tumbuh seribu. Kalo kamu gugurin kandungan itu, kamu masih bisa hamil lagi. Dan dengan senang hati aku akan membuatmu hamil untuk kesekian kalinya" ucap deva, membuat shania yang mendengarnya menggeram kesal pada deva.
"Bisa-bisa nya ya kamu bilang kaya gitu! Dasar brengsek! Aku benci kamu dev!" Maki shania, sambil memukul bahu deva.
Deva yang diperlakukan seperti itu pun masih terlihat santai, bahkan tersenyum.
"Terserah kamu mau bilang aku apa, aku gak peduli. Karena yang aku mau sekarang adalah kamu menggugurkan kandungan itu!" tunjuk deva pada perut rata shania.
Shania yang mendengarnya semakin dibuat emosi oleh deva.
"STOP!!!" Teriak shania, dan yang otomatis membuat deva menghentikan mobilnya.
Setelah mobil milik deva berhenti, shania pun turun. Namun sebelum turun, shania berteriak kepada deva jika dirinya begitu membenci ayah kandung dari anak yang ada di dalam perut shania saat ini. Lalu setelah itu shania menutup kasar pintu mobil deva.
"Masih banyak cara untuk menggugurkan kandungan mu itu shania" ucap deva sambil tersenyum menyeringai.

Setelah kepergian shania, kini deva menuju kesuatu tempat. Dan shania sendiri kini sedang berusaha menghubungi saktia.

*Siang hari*

Ve yang baru saja pulang dari butiq untuk makan siang di rumah, tiba-tiba saja dikagetkan dengan kemunculan deva yang sudah ada di teras rumahnya sambil tersenyum pada ve.
"Hay sayang" sapa deva, sambil ingin memeluk dan mencium ve. Tapi dengan cepat ve menahan tubuh deva untuk tidak menyentuhnya.
"Ngapain kamu kesini?!" Tanya ve sinis pada deva yang masih saja tersenyum.
"Jangan galak-galak dong. Aku kesini tuh bawa kabar gembira buat kamu" kata deva, membuat ve yang mendengarnya menatap deva penasaran.
"Kabar gembira? Kabar gembira apa?" Tanya ve, yang masih menatap sinis pada deva.
"Sabar dong, jangan buru-buru gitu. Gimana kalo kamu ajak aku masuk dulu ke dalam, baru nanti aku akan mengatakannya" kata deva, namun dengan cepat ve menolaknya.
"Lebih baik kamu pergi, buang-buang waktu aku bicara sama kamu!" Sambil berkata, ve berjalan ke arah pintu rumahnya dan membuka pintu tersebut.
"Ini tentang naomi"

*Deg!*

Langkah ve pun terhenti, ketika deva mengatakan hal tsb.
*tentang naomi* batin ve, yang kini berbalik badan menghadap deva.
*Deva tersenyum*
"Apa maksud kamu ini tentang naomi? Apa yang kamu tau tentang dia?" Tanya ve.
Kini deva mendekati ve, lalu menghimpit tubuh ve ke jendela.
"Aku tau dimana sekarang naomi tinggal" sambil berkata, deva tersenyum menyeringai. Membuat ve yang mendengarnya pun panik.
"Tenang ve gak usah panik gitu" kata deva, yang bisa melihat bagaimana ekspresi ve saat ini.
Sambil tersenyum, deva memainkan rambut ve.
"Aku pasti menepati janji aku sama kamu untuk tidak menyentuh atau mendekati naomi. Tapi dengan satu syarat..." ucap deva.
"Syarat apa?" Tanya ve.
Dan perlahan deva mendekati wajahnya pada wajah ve, lalu mendekatkan bibirnya di telinga ve.
"Syaratnya mudah, malam ini aku mau kita dinner dan tidur bersama" bisik deva, membuat tubuh ve menegang. Deva sendiri bisa merasakan bagaimana reaksi ve saat ini ketika mendengar syarat darinya.

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang