Thirty One

845 97 11
                                    

Selamat membaca...
Maaf gaje ehehe
Kalo ada yg typo atau kata diulang" itu karena sudah malas mengedit eheh



















































Setelah meninggalkan shania di teras rumahnya seorang diri. Kini ve berjalan menaiki anak tangga menuju kamar naomi. Dan sesampainya ve disana, ve bisa melihat naomi yang meringkuk di bawah selimut tebal sambil terisak.
"Naomi" panggil ve, sambil menyentuh selimut tebal naomi yang bergetar karena isakan dari naomi.
"Maaf kalau tadi bubi bersikap kasar sama kamu di depan shania. Bubi tau kamu senang pergi bersamanya, bubi seperti ini hanya khawatir sama kamu" ucap ve, yang tak lama ada pergerakan dari naomi.
"Bunda khawatir? Kemarin-kemarin bunda kemana aja?! Setelah bunda tau aku jalan sama mama kandung aku sendiri bunda baru khawatirin aku! Apa harus aku selalu pergi bersama shania baru bunda khawatir dan gak ngediemin aku seperti kemarin-kemarin?! Iya?!" Emosi naomi pada ve.
*Ve tersenyum miris*
"Bubi gak ada maksud seperti itu naomi. Bubi hanya ingin kamu tau kalau bubi sayang sekali padamu. Bubi hanya takut, kalau apa yang bubi khawatirkan selama ini menjadi kenyataan" kata ve sambil menatap naomi yang masih terisak.
"Takut? Apa yang bunda takutin hah?! Bunda takut kalau aku akan memilih shania dari pada bunda? dan pergi meninggalkan bunda, iya?!" Ve yang ditanya seperti itu pun mengangguk, mengiyakan apa yang naomi katakan.
"Seharusnya bunda gak perlu berfikiran sejauh itu! Karena naomi janji akan selalu bersama bunda dan gak akan memilih shania!" Ucap naomi, sambil menggenggam tangan ve.
Ve sendiri yang medengar ucapan naomi seperti itu tentu saja senang. Tapi ve belum sepenuhnya bisa percaya dengan apa yang naomi katakan. Karena mengingat diary yang naomi tulis, ve bisa merasakan jika ada keinginan naomi bisa bersama dengan shania.
*Tiba-tiba ve bangun dari duduknya dan memunggungi naomi*
"Simpan janjimu itu, bubi hanya ingin kamu membuktikannya. Tapi jika suatu saat kamu benar-benar bersamanya, bubi tidak akan melarang. Mungkin memang shania lah yang berhak atas dirimu. Dan mungkin disaat itu juga bubi sudah pergi jauh dari hidup kalian. Karena yang terpenting untuk bubi, kamu bisa bahagia" ucap ve, bersamaan dengan air matanya yang menggenang, membuat penglihatan ve buram. Setelah itu ve keluar dari kamar naomi, tanpa berkata apa-apa lagi pada naomi.
Kepergian ve membuat naomi berfikir keras dengan apa yang ve katakan padanya. Tapi sepertinya itu akan menjadi hal buruk untuk naomi, dan naomi bisa merasakan itu.

*keesokan harinya*

Seperti biasanya, naomi berangkat dengan diantar oleh ve. Di perjalanan menuju ke sekolah, tiba-tiba naomi teringat sesuatu. Lalu ia mengeluarkan selembar kertas dari tasnya yang berisikan undangan untuk orang tua. Naomi pun memberikannya pada ve, dan dibacanya oleh ve saat mereka berhenti tepat di lampu merah.
"Bubi pasti datang" ucap ve, sambil tersenyum pada naomi di sampingnya, dan naomi balik tersenyum kepada ve.
Tak lama mereka sampai di sekolah naomi, dan naomi langsung turun dari mobil setelah ia berpamitan lalu mencium pipi kanan ve.
Setelah melihat naomi masuk ke dalam sekolah, ve langsung menancap gas kembali dan meninggalkan sekolah naomi. Sementara naomi yang sedang berjalan menuju kelasnya dan menaiki anak tangga. tak sengaja bertemu dengan deva, ayah lidya.
Deva yang melihat naomi tersenyum, tapi tentunya bukan senyum yang tulus.
"Hay cantik" sapanya pada naomi.
Sedangkan naomi yang disapa tidak mau menatap deva, ia begitu takut melihat deva yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri. Naomi juga masih merasa trauma dengan apa yang dilakukan deva beberapa hari yang lalu padanya.
"Hey, kok nunduk aja sih. Lihat kesini dong" deva menarik lembut dagu naomu dengan jarinya. Tapi naomi tetap tidak ingin melihat wajah deva.
*Deva pun tersenyum melihat wajah cantik naomi*
"Masih sama seperti sebelumnya, aku masih menunggu bibir sexy ini bisa ku lumat. Dan aku bisa saja melumatnya sekarang, tapi aku rasa itu belum waktunya. Karena aku menginginkan kamu yang memintaku untuk melumatnya naomi" ucap deva, sambil mengusap lembut bibir sexy naomi dengan jarinya.
Naomi yang mendapat perlakuan seperti itu dari deva, ingin rasanya berteriak meminta tolong. Tapi bibirnya begitu kaku, bahkan untuk berlari dari deva pun naomi tak sanggup.
"Om deva" panggil athaa, yang sedang menuruni anak tangga. Deva yang terkejut dengan kedatangan athaa pun langsung melepaskan jarinya dari bibir naomi.
"Eh kamu thaa, om pikir siapa" ucap deva, yang mencoba bersikap tenang di depan athaa.
Sedangkan athaa sendiri bisa melihat apa yang dilakukan deva pada naomi.
"Om tadi ngapain pegang-pegang bibir naomi?" Tanya athaa sambil menatap curiga pada deva.
*deva sendiri kembali bersikap tenang, dan tersenyum pada athaa*
"Oh, itu tadi di bibir naomi ada kotoran. Kayanya naomi kalo makan suka blepotan, jadi om bantu bersihinnya" bohong deva.
Naomi yang sudah tidak tahan lagi berada di dekat deva pun kini perlahan beralih mendekat pada athaa.
"Thaa, masuk yuk" ajak naomi, sambil mencengkram lengan athaa.
Athaa yang bingung pun mengiyakan ajakan naomi.
"Ya udah yuk, om kita ke kelas dulu ya" pamit athaa pada deva.
*deva mengangguk dan tersenyum palsu pada keduanya*
"Iya, kalian belajar yang rajin ya"
Setelah itu, naomi dan athaa pun pergi dari hadapan deva menuju kelas. Dan deva sendiri menggeram kesal karena merasa gagal untuk berlama-lama dengan naomi. Karena tidak ingin terus merasa kesal, akhirnya deva pun pergi meninggalkan sekolah dan sepanjang perjalanan menuju parkiran, deva terus memikirkan cara untuk bisa mendapatkan naomi, atau lebih tepatnya mendapatkan keperawanan naomi. Karena semenjak pertemuannya dengan naomi, deva merasakan ada hal yang berbeda ketika berada di dekat naomi. Deva merasa aliran darahnya berdesir hebat, dan selalu ingin menerkam naomi.
"Bagaimana pun caranya, dan apapun resikonya. Aku harus bisa mendapatkanmu naomi!" Desis deva dan tersenyum menyeringai.

Kamis pagi,

Sesuai surat edaran yang naomi berikan padanya lusa lalu. Pagi ini ve sudah berada di sekolah naomi, dan ve sendiri masih berada di dalam mobil bersama dengan naomi.
"Rapatnya kan masih jam 10 nanti bun, kenapa bunda gak ke butiq dulu aja" kata naomi yang membuka obrolan.
Ve yang sedang sibuk menggambar sesuatu menatap sekilas ke arah naomi di sampingnya.
"Bubi cuma gak mau telat, apalagi sampai didahului oleh orang lain" balas ve, membuat naomi menyerngit bingung dengan kata-kata ve.
*Apa maksud bunda bilang seperti itu?* pikr naomi
Sementara ve kembali sibuk dengan kertas dan pensilnya.
"Lebih baik sekarang kamu masuk ke kelas, sebentar lagi sudah jam masuk" perintah ve pada naomi.
"Ya udah, kalo gitu naomi masuk ke kelas dulu" pamit naomi, yang diangguki oleh ve.
*cup*
Seperti biasa, sebelum turun dari mobil, naomi rutin mencium pipi ve seperti dulu sewaktu naomi masih duduk di bangku SD. Dan ve sendiri tersenyum dengan perlakuan naomi yang begitu dirindukannya itu. Meskipun ve merasa itu hanya sementara saja.

Pukul 10

Ve segera bergegas menuju kelas naomi dengan membawa tas jinjingnya. Dan sesampainya ve disana, ternyata kelas naomi sudah dipenuhi oleh beberapa orang tua murid lainnya. Ve pun segera mencari tempat duduk, dan disaat ve melihat 3 bangku yang kosong dipaling belakang. Ve langsung berjalan cepat supaya ia bisa mendapatkan tempat duduk yang diinginkannya.
"Eh!" Kaget ve, ketika seorang wanita dari sebelah kirinya menggeser ve menjadi duduk di tengah. Dan belum ada satu detik ve kembali dikagetkan dengan kehadiran wanita di sebelah kanannya. Yang kini ve diapit oleh dua orang wanita.
"Shania? Melody?" Ve kembali kaget dan dikejutkan dengan dua sosok wanita yang dikenalinya.
*Shania tersenyum pada ve, begitu juga dengan melody*
*Astaga, mimpi apa aku semalam. Kenapa bisa ada shania disini?* batin ve sambil memijit pelipisnya.
"Ngapain kamu kesini?" Tanya ve dengan berbisik pada shania.
"Aku kesini ya buat ikut rapat orang tua" jawab shania diiringi senyumannya.
*Ve menatap kesal shania di samping kirinya*
"Tapi kam-"
"Tapi apa? Meskipun dirapor naomi bukan nama aku yang tertulis sebagai orang tuanya, tapi aku kesini sebagai wali orang tau untuk naomi" sela shania, membuat ve semakin kesal mendengar ucapan shania padanya.
Sedangkan melody yang ada di samping kanan ve begitu serius mengikuti jalannya rapat.

Satu jam lebih rapat orang tua pun berlangsung, dan ketika rapat telah selesai. Ve langsung mencari keberadaan naomi untuk membawanya pulang.
"Naomi, ayo kita pulang" ajak ve sambil menggandeng tangan naomi. Sedangkan naomi yang melihat shania di belakang ve tersenyum.
"Hay, naomi" sapa shania
"H-hay" balas naomi, sambil menatap ke arah ve di sampingnya.
"Oh ya, tadi aku ikut rapat lho" kata shania yang memberitahu pada naomi dengan bangganya. Dan tanpa sadar naomi tersenyum mendengar ucapan shania, membuat ve yang melihat naomi tersenyum pada shania pun menatap tajam pada keduanya.
"Naomi, ayo kita pulang!" Ajak ve lagi, tapi kali ini sambil menarik naomi menjauh dari shania menuju ke arah parkiran. Sesampainya di parkiran, ve langsung menyuruh naomi untuk masuk lebih dulu ke dalam mobil. Sementara ve menghentikan langkah shania yang ingin mendekati naomi.
"Mau apa lagi? Pergi sana!" Usir ve, tapi shania menolak dengan menggelengkan kepala.
"Inget ya ve, naomi itu anak aku. Jadi kamu gak berhak melarang aku untuk bertemu sama anak kandung aku sendiri! Dan seharusnya aku sebagai ibu kandungnya berhak atas naomi, bukan kamu!" Kata shania dengan emosinya sambil menunjuk ke arah ve.
*Ve tersenyum sinis*
"Dia memang anak kandung kamu, tapi aku jauh lebih berhak atas naomi. Karena aku yang sudah membesarkan naomi dari kecil. Bahkan disaat kamu meminta cerai dari aku dan menyuruh aku untuk membawa naomi pergi jauh dari kehidupan kamu. Dan sekarang kamu bilang kalau kamu berhak atas naomi? Hahaha lucu sekali kamu shania" tawa ve, sambil bersendekap dada dan menatap sinis shania.

Disaat ve dan shania saling berdebat, sepasang mata sedari tadi memperhatikan keduanya. Dan sepasang mata itu adalah milik deva.
Deva terkejut ketika melihat shania bersama dengan ve di sekolah lidya. Bahkan ada yang lebih membuat deva terkejut, yaitu saat ve menggandeng naomi.
"Untung aja bukan aku yang ikut rapat. Coba kalau tadi sampai aku yang ikut rapat, pasti aku sudah habis dicerca pertanyaan sama shania kenapa aku bisa ada disini"
"Eh, tapi naomi sama ve kok bisa saling kenal? Memangnya naomi siapanya ve? Apa mungkin naomi itu anak ve? Atau adiknya ve? Tapi setauku adik ve itu gre, bukan naomi. Ah tapi bodo amat lah, yang terpenting aku sudah menemukan cara untuk mendapatkan naomi" ucap deva diiringi senyumnya yang menyeringai sambil menatap kedua wanita yang masih saling berdebat.



*tbc*

Segini aja dulu deh haha, makasih sarannya ya...

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang