Fourty Four

1K 105 19
                                    

Selamat membaca...
Maaf kalo gaje dan ada salah dalam penulisan hehehe terimakasih.















































































*Flashback on*

*Bugh!* *bugh!* *bugh!*

Sudah beberapa kali pukulan melayang di wajah tampan deva dan juga bagian perutnya. Bahkan kemeja putih yang terlihat baru itu kini mulai di hiasi dengan bercak noda berwarna merah yang tak lain adalah darah milik deva.

"Kenapa kamu lakukan ini ke aku, van?" Tanya deva dengan suara yang terdengar parau dan lemah.
Sementara yang deva panggil van atau devan, saudara kembarnya kini sedang tersenyum menyeringai melihat deva yang tersungkur di lantai dengan beberapa luka di wajah.
"Loe masih tanya kenapa gue lakuin ini, hmm?!" Kata devan sambil menginjak tangan deva dan membuat deva meringis kesakitan tapi sudah tidak sanggup untuk melawan kekejaman devan.
Kini devan berjongkok di hadapan deva, lalu mencekik leher deva dengan sangat kuat. Dan deva berusaha untuk melepaskan cengkraman devan pada lehernya.
"Gue itu dendam sama loe, dan emir si tua bangka itu! Andai aja dia gak pilih kasih, dan gak ngebuang gue ke panti asuhan hanya karena gue gak sepintar elo. Mungkin gak akan ada dendam diantara kita, dan loe akan selalu jadi abang terhebat gue. Hee, tapi sayang, si tua bangka itu lebih memilih loe dari pada gue si bodoh yang gak ada gunanya buat keluarga! Bugh!" Satu pukulan lagi devan layangkan pada wajah deva, ketika devan meluapkan emosinya.
Kini devan kembali berdiri, dan merapikan penampilannya yang sempat acak-acakan.
"Sorry brother, kayanya gue udah terlambat untuk menghadiri pernikahan loe dan shania. Ups, tapi loe gak perlu khawatir. Gue akan menggantikan posisi loe menjadi suami untuk shania, si primadona kampus" setelah berkata seperti itu, devan keluar dari ruangan yang begitu terlihat pengap dan sama sekali tidak ada jendela dan ventilasi udara. Hanya ada ada kipas angin yang berputar di ruangan itu.
Sementara devan, kini sudah dalam perjalanan menuju ke tempat acara pernikahan shania dan deva yang diselenggarakan di rumah shania sendiri. Yang di sana hanya ada beberapa keluarga shania saja, tidak dengan keluarga deva.

"Selamat siang semuanya, maaf saya datang terlambat" sapa devan yang baru saja tiba di rumah shania. Dan berpura-pura sebagai deva untuk bisa menikahi shania.
Shania yang melihat kedatangan deva yang sebenarnya adalah devan. Terlihat tersenyum bahagia karena calon suami yang ditunggu-tunggu akhirnya datang.
"Kamu kok lama si sayang, kasian pak penghulunya udah nunggu dari tadi pagi" bisik shania pada devan di sampingnya.
"Maaf sayang, tadi ada insiden di jalan" balas devan, dan shania menatap khawatir pada devan.
"Tapi kamu gapapa kan?" Tanya shania yang dijawab gelengan kepala oleh devan.
"Kamu tenang aja, aku baik-baik aja kok. Buktinya sekarang aku ada di sini sama kamu" jawab devan, yang membuat shania tersenyum.

"Bisa kita mulai sekarang?" Suara pak penghulu membuat devan dan shania langsung menatap ke depan tepat pada pria paruh baya yang akan menjadi penghulu untuk pernikahan keduanya.

"Bisa pak" jawab devan, yang kini sudah menjabat tangan pak penghulu sambil mengucapkan ijab kobul. Dan tak butuh waktu lama serta pengulangan ijab, devan begitu lancar mengucapkannya.
"Bagaimana para saksi, sah?" Tanya pak penghulu pada semua tamu undangan yang hadir diacara tersebut.
"Sahh!!!" Jawab seluruh tamu undangan, setelah itu acara ditutup dengan doa bersama. Dan devan tersenyum menyeringai di dalam hatinya, karena berhasil menjalankan rencananya untuk membalaskan dendamnya pada deva.

*welcome to my world, shania* batin devan sambil mencium lembut kening shania.

*Flashback Off*

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang