Ten

1K 111 15
                                    

Selamat membaca.....








































*Pukul 8 malam*



Ve yang baru saja pulang dari butiq dikejutkan dengan mobil yang terparkir di depan gerbang rumahnya. Mobil itu begitu asing untuk ve, dan tentunya bukan mobil milik marcel.
"Bunda" panggil naomi yang keluar rumah ketika mengetahui ve yang baru saja datang.
Naomi menghampiri ve lalu memeluknya.
"Syukurlah bunda udah pulang. Yuk masuk" ajak naomi, sambil menggandeng tangan ve.
Namun baru beberapa langkah, ve menahan naomi.
"Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini naomi?" Tanya ve, dengan nada bicara yang terdengar dingin.
Naomi menggidikan bahunya tanda tidak tau.
"Naomi juga gak kenal. Tapi dia kenal sama bunda" jawab naomi
*Ve menatap tajam naomi*
"Kenapa kamu masukin orang asing ke dalam rumah naomi?! Kenapa kamu gak tunggu bubi sampai pulang ke rumah?!" Marah ve pada naomi yang sudah menunduk takut.
"Maaf bunda. Tapi mereka bilang kalau mereka itu keluarga bunda. Maka nya, naomi berani bawa mereka masuk ke dalam rumah" kata naomi yang mencoba menjelaskan pada ve.
Mendengar ucapan naomi, perasaan ve tidak karuan.
*keluargaku?* batin ve
"Salah satu dari mereka bernama shania, shania gracia"

*Deg!*

"Shania Gracia?" Ulang ve, yang diangguki oleh naomi.
Kini naomi mencoba mendekati ve lagi, dan menggenggam tangannya.
"Bunda kenal sama perempuan itu?" Tanya naomi pada ve yang masih terkejut dengan apa yang naomi katakan padanya tadi.
Dan tentu saja ve mengenali perempuan bernama shania gracia itu. Karena perempuan itu adalah adik bungsunya.
"Ayo naomi kita masuk" ajak ve sambil menarik tangan naomi yang menggenggamnya.
Sesampainya di ambang pintu, ve benar-benar tak menyangka dengan pemandangan yang ada di ruang tamu rumahnya.
"Kalian" ucap ve, membuat mereka yang ada di ruang tamu menatap bahagia dengan kedatangan ve.
"Jessi" panggil seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik meski diusianya yang terbilang tak muda lagi.
Wanita itu yang tak lain adalah ibu kandung ve.
"Mama" panggil ve dengan gemetarnya pada wanita yang sudah 15th tak pernah dilihatnya itu.
Wanita itu menghampiri ve, dan memeluk ve erat. Begitu juga dengan pria paruh baya yang tak lain adalah ayah kandung ve. Keduanya memeluk erat ve, dan saling menangis.
"Maafkan kesalahan papa 15th yang lalu Jess. Maaf karena papa juga sudah mengusir mu" sesal pak tanu, ayah kandung ve.
"Gapapa pa. Jessi ngerti waktu itu papa kecewa sama keputusan Jess. Jessi juga minta maaf sama papa" kata ve yang juga menyesali perbuatannya dimasa lalu.
"Papa sudah memaafkanmu. Itu sebabnya papa, mama, dan adik-adikmu datang untuk menjemputmu pulang ke rumah" ucap pak tanu, sambil melihat satu persatu kedua adik kandung ve.
"Gre, aaron" panggil ve pada kedua adiknya.
Shania Gracia, atau yang akrab dipanggil gre semasa kecilnya. Dan Joshua Aaron, yang akrab dipanggil Aaron. Keduanya pun ikut bergabung bersama kedua orang tuanya untuk memeluk ve.
"Kakak gak nyangka kalian udah besar banget. Apa lagi kamu ron, tinggimu melebihi kakak" kata ve pada adik pertamanya.
*aaron tersenyum pada ve*
"Kakak juga, lama gak ketemu makin cantik aja" gombal aaron, yang membuat ve tersenyum geli.
Kini ganti ve menatap adik bungsunya yang dulu sudah ve tinggal dari kecil.
"Gre" panggilnya pada gadis itu.
Gre menatap ve seperti ia sedang bercermin. Karena wajah mereka yang bisa dibilang 11 12.
"Kak jess, gre kangen" kata gre yang sudah memeluk erat ve.
"Kakak juga kangen banget sama kamu gre" balas ve.
"Kak, kita pulang ya. Kita sama-sama lagi kaya dulu" kata gre yang memohon untuk ve kembali bersama mereka.
Ve membelai rambut panjang dan tebal milik gre dengan lembut, sambil tersenyum.
"Kita liat nanti aja ya. Sekarang Jessi mau kenalin kalian semua sama seseorang" kata ve, sambil mencari keberadaan naomi. Seseorang yang dimaksud ve tadi.
"Naomi" panggil ve, tapi tidak ada jawaban dari putrinya itu.
"Sebentar ya" pamit ve, yang mulai mencari naomi di kamarnya. Tapi tidak ada disana.
"Perasaan tadi dia di bawah sama aku" ve kembali turun, dan mencari naomi di luar rumah. Tepatnya di taman yang mengelilingi komplek perumahan ve.
Sesampainya ve di taman, pencariannya pun tak sia-sia. Ve berhasil menemukan naomi yang duduk di bangku taman seorang diri.
"Naomi" panggil ve, yang berdiri di belakang naomi.
Naomi yang merasa terpanggil hanya menengok sekilas ke arah ve, dan kembali menatap lurus ke depan.
"Kamu ngapain disini sendirian? Ayo kita pulang. Bubi mau kenalin kamu ke mereka" ajak ve, sambil menarik lembut tangan naomi. Tapi naomi dengan cepat menahannya.
Ve menatap bingung pada putri semata wayangnya itu.
"Naomi masih mau disini. Bunda duluan aja" tolaknya pada ve.
Ve yang tak mungkin meninggalkan naomi, kini duduk di sampingnya.
"Kenapa bunda malah duduk disini. Naomi bilang kan bunda pulang aja" usirnya pada ve.
"Bubi gak akan pulang kalo gak sama kamu" kata ve.
Seketika naomi berdiri, dan itu membuat ve bingung.
"Kalo gitu ayo kita pulang" ajaknya pada ve.
*ve mendengus kesal*
Lalu mulai mengikuti naomi yang berjalan di depannya lebih dulu.

Sesampainya di rumah, ve mengenalkan naomi pada keluarganya yang selama ini naomi tidak pernah mengetahuinya.
Dan untuk yang pertama kalinya ve mengenalkan sang mama pada naomi. Naomi tersenyum membalas jabatan tangan serta pelukan hangat dari wanita yang kini naomi panggil oma itu.
"Nah naomi, kalau yang ini opah tanu" kini ganti ve mengenalkan sang papa pada naomi. Naomi yang sudah siap berjabat tangan dengan pak tanu pun tersenyum. Namun sayang, tak ada balasan dari pria paruh baya itu. Naomi pun menatap sendu pada tangannya yang masih terulur tanpa balasan dari pak tanu.
"Jess, apa dia anak yang dulu shania kandung?" Tanya pak tanu, yang membuat ve menatap cemas pada naomi.
*kenapa papa harus bertanya seperti itu pada naomi* batin ve, menatap khawatir naomi yang sudah mulai terlihat ingin bertanya-tanya maksud dari pertanyaan pak tanu.
"Maksud opah apa ya?"
Dan akhirnya, apa yang ve khawatirkan benar. Jika naomi pasti akan bertanya kembali maksud dari pertanyaan pak tanu.
"Emm naomi" panggil ve, untuk mengalihkan pertanyaan pak tanu tadi.  *naomi pun menoleh sekilas pada ve*
"Kenalan sama opahnya udah dulu ya. Sekarang kenalin mereka berdua ini adik-adik bubi"
Ve pun menyuruh kedua adiknya untuk mengulurkan tangannya pada naomi.
"Gre-naomi"
"Aaron-naomi"
Perkenalan singkat pun selesai, tapi masih ada yang mengganjal dibenak naomi sedari tadi.
Yaitu tentang ucapan pak tanu kepada ve sebelumnya.

*Apa dia anak yang dulu shania kandung?*

Kata-kata itu masih begitu hangat diingatan naomi. Ingin rasanya naomi bertanya apa maksud dari ucapan pak tanu tadi pada sang bubi. Tapi naomi tidak ingin menganggu kebahagiaan sang bubi malam ini yang sudah kembali berkumpul bersama keluarganya.
"Bunda, naomi ke kamar dulu ya" pamitnya pada ve.
Belum sempat ve menjawab, naomi sudah lebih dulu pergi ke kamarnya.
Melihat itu, pak tanu menyesali apa yang sudah dikatakannya tadi.
"Maafkan papa ve" ucap pak tanu yang tau bagaimana perasaan khawatir ve saat ini pada naomi.
*ve tersenyum*
"Gapapa pa" jawab ve.
Meskipun sebenarnya ve sangat khawatir. Dan bagaimana jika naomi masih terus mengingat, bahkan mencari tau maksud dari pertanyaan sang papa tadi padanya.


*Semoga naomi tidak mengingatnya*



*tbc*

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang