Thirty Five

862 97 8
                                    

Selamat membaca...
Maaf gaje ehehe


































































"Deva!"

"Ve!"

Pertemuan antara deva dan ve yang tidak disengaja itu membuat mereka saling menatap satu sama lain. Tatapan ve kepada deva tentu saja dengan tatapan keterkejutannya. Sedangkan tatapan deva pada ve hanya tatapan yang biasa saja.
"Biar aku tebak. Pasti kamu baru aja mengantarkan anak kamu yang cantik dan sexy itu, iya kan?" Tebak deva, sambil tersenyum kepada ve.
Ve menyerngitkan dahinya mendengar apa yang deva katakan.
*maksud dia, naomi? Tapi kenapa dia bisa tau kalau naomi itu...*
"Pasti sekarang kamu lagi berfikir, kenapa aku bisa tau kalau kamu punya anak. Iya kan? Hahaha" tebak deva lagi, yang mengetahui isi hati ve. Dan ve mengiyakan apa yang deva katakan melalui isi hatinya.
"Kalau kamu tanya aku tau dari mana, buat aku tau semuanya itu sangat mudah ve. Tapi aku bingung, kok bisa ya kamu udah punya anak sebesar dia. Apa jangan-jangan dia bukan anak kamu? Ah, tapi aku sih gak peduli ya mau dia anak kandung kamu atau bukan. Yang aku cuma mau tau itu, kamu nikah sama siapa? Sama janda, atau duda?" Tanya deva, yang terdengar meledek di telinga ve.
*membuat ve menatap kesal pada deva*
"Maksud kamu apa bicara seperti itu?! Bukan urusan kamu, aku mau menikah sama siapapun!" Balas ve dengan emosi.
*Deva kembali tersenyum dengan senyumnya yang menyebalkan*
"Aku gak ada maksud apa-apa veranda sayang" kata deva sambil mencolek dagu ve, tapi ve langsung menepisnya.
"Selalu sama. Kenapa sih kamu selalu susah untuk aku sentuh, hmm? Apa kamu itu anti banget disentuh sama laki-laki?" Tanya deva, membuat ve tersenyum sinis dibawah guyuran hujan yang deras.
"Lebih tepatnya aku jijik disentuh sama laki-laki bajingan seperti kamu!" Ucap ve emosi sambil menujuk ke arah deva.
*sedangkan deva, lagi-lagi tersenyum menyebalkan*
"Gapapa, kalau kamu emang gak mau disentuh sama aku. Tapi, boleh dong aku sentuh anak kamu yang cantik itu" ucap deva tepat di depan wajah ve sambil tersenyum menyeringai. Membuat ve teringat tulisan yang naomi tulis dibuku diary.
"Jauhin anak aku! Berani kamu sentuh dia, kamu sendiri yang akan menyesal!"   Emosi ve sambil memperingati deva.
"Menyesal? Hahaha, gak akan ada kata menyesal di dalam kamus hidupku, Jessica veranda!" Ucap deva diiringi tawanya.
Ve sendiri tentunya tau bagaimana deva selama ini yang dikenalinya. Deva memang tidak akan mengenal apa itu menyesal. Bahkan segala cara apapun akan deva lakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Termasuk keinginannya untuk menyentuh naomi, anak kandung deva sendiri. Dan ve mengkhawatirkan hal itu.
"Dasar bajingan! Aku peringatkan sama kamu sekali lagi untuk tidak mendekati.."
"Shinta Naomi?" Sela deva, membuat ve terkejut. Meskipun ve sudah tau jika deva mengenal naomi, tapi ve masih saja merasa terkejut. Apalagi deva menyebut nama depan naomi.
"Pergi dari sini, atau..."
"Atau apa?" Sebuah suara mengejutkan keduanya.
Ve dan deva sama-sama terkejut mendengar sebuah suara yang sangat mereka kenali.
Dalam waktu yang bersamaan, deva dan ve sama-sama melihat ke arah sumber suara tersebut.
"Shania" ucap keduanya bersamaan.
Shania yang berdiri tak jauh dari ve dan deva kini berjalan ke arah keduanya.
"Sayang, kamu kok ada disini? Ngapain?" Tanya deva yang terlihat panik.
Sedangkan shania memberi deva isyarat untuk diam.
"Sebelum aku jawab pertanyaan kamu, kamu lebih dulu jawab pertanyaan aku. kenapa kamu ada disini? Bahkan sama dia" tunjuk shania ke arah ve, dan deva menatap ve.
"A-aku ada disini.."
"Apa? Gitu aja lama banget jawabnya! Jangan-jangan kamu selingkuh di belakang aku sama dia, iya?!" Lagi-lagi shania menunjuk ke arah ve.
Ve yang sedari tadi diam dan menahan dingin begitu malas melihat shania yang selalu saja menunjuk ke arahya.
"What! Aku selingkuh sama dia? No, no, no. Itu gak mungkin sayang. Lagian kamu kan tau dia itu gak normal. Gak suka laki-laki, jadi mana mungkin aku selingkuh sama dia dan dia mau sama aku. Emang sih dia cantik, tapi sayangnya aku sama sekali gak tergoda sama dia"
*tapi aku tergodanya sama naomi, anak nya* batin deva sambil tersenyum menyeringai dalam hati.
"Berarti kalo sama yang lain kamu tergoda, terus selingkuh di belakang aku gitu. Iya?" Tanya shania lagi dengan emosinya.
Deva sendiri mengangkat sebelah tangannya sebagai isyarat untuk menolak dengan apa yang shania katakan tentangnya.
"I-itu juga gak mungkin sayang. Aku itu kan udah punya kamu. Jadi mana mungkin aku selingkuh atau apapun itu di belakang kamu. Dan aku masih mikirin anak-anak kita. Aku gak mau mengecewakan mereka sebagai ayah" ucap deva yang tentu saja bohong dan membuat ve yang mendengarnya merasa mual.
Shania yang sedari tadi memayungi dirinya sendiri, melihat ke arah ve yang tidak memakai payung dan kehujanan. Sedangkan ve sendiri sedari tadi melihat ke arah tangan kanan shania yang membawa kantung plastik berwarna putih, dan ve sudah bisa menebak apa yang dibawa oleh shania.
"Sekarang aku yang tanya kamu, kenapa kamu ada disini?" Tanya deva.
Shania yang sedari tadi beradu pandang dengan ve. Kini menatap deva di samping kirinya.
"Aku kesini ingin bertemu dengan naomi" jawab shania dengan santainya.
"Lho, berarti sekarang kamu temenan baik dong sama ve? Ya secara kan naomi itu anak ve" kata deva, membuat shania menyerngitkan dahinya.
"Kamu tau dari mana kalo naomi itu anaknya ve? Lagi pula aku kesini untuk naomi, bukan berarti aku sudah berteman baik sama dia" tunjuk shania kepada ve.
Ve yang muak melihat keduanya, memilih untuk pergi. Namun ketika ve baru beberapa langkah, shania dan ve dikagetkan dengan jatuhnya ve.
Ve pingsan tak jauh dari keduanya, dan satpam yang melihat ve jatuh pingsan langsung berlari bersama dengan tukang bersih-bersih di sekolah.
"Ya ampun pak, bu. Ini ada orang pingsan kenapa cuma diam dan dilihat saja?" Ucap pak satpam yang diketahui bernama hasan sambil melihat ke arah deva dan shania. Setelah itu, pak hasan menatap tukang bersih-bersih yang bernama pak asep.
"Pak asep, tolong bantu saya angkat ibu ini ke ruang uks ya" kata pak hasan yang diangguki oleh pak asep.
Kini pak hasan dan pak asep sedang membawa ve ke ruang uks. Ketika ingin masuk ke dalam sekolah, keduanya bertemu dengan guru piket. Dan betapa terkejutnya guru piket yang sebelumnya mengobrol bersama ve, kini mendapati ve yang pingsan dan basah kuyup.
"Astaga ibu veranda. Pak cepat dibawa ke ruang uks, saya akan panggilkan petugas uks hari ini. Dan saya juga akan memanggil anak dari ibu ini" kata guru piket yang bernama ibu stefi.
*pak hasan dan pak asep mengangguk dengan apa yang diperintahkan oleh ibu stefi*
"Baik bu" balas pak hasan, yang kini sedang membawa ve ke ruang uks bersama dengan asep.
Sementara shania juga sedang menyusul ve, namun tanpa deva. Karena ketika shania mengajaknya untuk melihat kondisi ve, deva langsung menolak dengan berbagai alasan. Dan lebih memilih untuk menunggu shania di parkiran. Padahal, deva takut jika nantinya di dalam lidya melihatnya dan  memanggilnya papa di depan shania.

I love you, bunda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang