Selamat membaca......
*Pukul 7 pagi*
Pagi-pagi sekali ve sudah disibukan dengan rengekan naomi yang seperti anak kecil karena mengaduh lapar. Sementara marcel sendiri disibukan dengan kebawelan shania yang terus menerus menghubunginya dari kemarin. Dan meminta marcel untuk cepat pulang ke rumah karena keponakannya yang bernama sinka sedang sakit. Terpaksa pagi itu juga marcel berpamitan kepada ve, dan juga naomi untuk pulang. Meskipun sebelum marcel pergi, naomi terus merengek kepada marcel untuk tidak meninggalkannya. Tapi untungnya ve mencoba memberi pengertian kepada naomi, sehingga marcel bisa pulang ke rumah menemui sinka yang sedang sakit.
Setibanya marcel di rumah, ia disambut tidak hangat oleh shania.
"Lama banget sih kak!" Omel shania pada marcel.
"Jalanan macet shan. Lagian kenapa kamu gak hubungin deva aja sih. Dia kan suami kamu, bukan aku" kata marcel dengan malasnya.
Shania berdecak kesal mendengar ucapan marcel.
"Deva sibuk, maka nya aku hubungin kakak. Lagian sinka terus-terusan manggilin om nya, bukan papa nya" ucap shania dengan suara keras.
*Marcel tersenyum sinis*
"Jelas sinka lebih cari aku dari pada papa nya yang gak jelas itu. Karena aku yang selalu ada buat anak-anak kamu, bukan deva!" emosi marcel
"Dan aku juga nyesel udah ijinin kamu nikah sama dia. Yang gak peduli sama istri, dan anaknya. Bahkan disaat anaknya lagi sakit, dia masih lebih mementingkan pekerjaannya yang gak jelas itu" marcel yang tidak ingin semakin terpancing emosinya langsung pergi dari hadapan shania menuju kamar sinka.
Sesampainya di kamar sinka, marcel melihat gadis kecil itu meringkuk dengan boneka teddy nya.
"Kaka" panggil marcel pada sinka dengan panggilan sayangnya sejak kecil.
Sinka yang melihat kedatangan marcel pun tersenyum senang.
"Om acel" panggilnya pada marcel dengan panggilan sayang sinka selama ini. lalu gadis kecil itu bangun dari tidurnya dan berhamburan ke dalam pelukan marcel.
"Kamu pasti belum makan" tebak marcel, saat melihat semangkuk bubur yang masih utuh di atas meja samping tempat tidur sinka.
*Sinka mengangguk*
"Kaka mau disuapin sama om acel" pinta sinka dengan manja. Membuat marcel tersenyum gemas melihat ekspresi lucu gadis kecil itu.
"Kalo gitu, kaka berdoa dulu sebelum makan" kata marcel, yang langsung diangguki sinka.
Gadis itu pun menyatukan kedua tangannya sebagai simbol untuk berdoa.
"Amin" ucap sinka sebagai penutup doa makan.
Dan marcel mulai menyuapi sinka dengan begitu telaten.
"Om a-"
"Sstt... Inget, lagi makan gak boleh ngomong" kata marcel, yang mengingatkan gadis kecil itu saat ingin berbicara sesuatu.
Sinka pun memohon maaf dengan mengangkat kedua jarinya.Lima belas menit marcel menyuapi sinka, dan memberikan sinka obat. Kini marcel tinggal menunggu gadis kecil itu tertidur. Sambil menunggu, marcel mengirim pesan kepada veranda. Jika nanti malam ia akan datang ke rumah.
"Kak" panggil shania yang berdiri di ambang pintu kamar sinka.
Marcel yang sedang berbalas pesan dengan veranda buru-buru menyudahinya. Marcel tidak ingin jika shania tau beberapa bulan ini ia berhubungan dengan veranda.
"Apa" jawab marcel
"Lagi chatingan sama siapa? Asik banget" tanya shania, sambil berjalan ke arah marcel.
Marcel yang sedikit panik berusaha tenang di hadapan shania.
"Temen bisnis" jawab marcel santai, lalu berdiri dari duduknya.
"Yakin temen bisnis? Bukan pacar?" Goda shania, yang membuat marcel menatap malas pada sang adik.
"Apaan sih. Udah ah mau mandi" marcel pun meninggalkan shania, dan sinka yang sudah tertidur pulas.
Sementara shania semakin curiga dengan sikap sang kakak belakangan ini. Terlebih tentang dua perempuan yang bersama marcel, yang shania duga itu adalah veranda.*Malam hari*
Sesuai pesan marcel kepada ve tadi pagi. Malam ini marcel akan bersiap-siap untuk pergi ke rumah veranda.
"Om, mau kemana?" Panggil jacob, anak laki-laki shania yang melihat marcel ingin keluar rumah.
"Om ada urusan penting. Tapi besok udah pulang kok" Jawab marcel.
Jacob menghampiri marcel, dan memperhatikan penampilan marcel dari atas sampai bawah yang terlihat begitu keren, seperti anak-anak muda pada umumnya.
"Mau pacaran?" Tebak jacob, yang justru mendapat anggukan dari marcel.
"Wahhh om punya pacar. MAMA- Pffttthhh" tiba-tiba jacob yang berteriak memanggil shania membuat marcel dengan cepat membekap mulut anak laki-laki itu. Jacob pun meronta-ronta agar marcel melepaskan tangan dari mulutnya.
"Om bakal lepas, asalkan kamu gak teriak manggil mama mu kaya tadi" kata marcel.
*jacob mengangguk*
Perlahan marcel mulai melepaskan tangannya dari mulut jacob. Tapi tiba-tiba bocah laki-laki itu berlari ke arah kamar shania, sambil berteriak kembali memanggil 'mama'.
"Sial" umpat marcel.
Tak lama jacob berteriak, anak laki-laki itu kembali menemui marcel bersama shania. Namun saat shania keluar rumah, terdengar mesin mobil yang menyala. Secepat mungkin shania berjalan menghampiri mobil marcel yang ingin keluar dari garasi.
"Stop. Buka!" Teriak shania dari luar, sambil mengetuk keras kaca mobil milik marcel.
Marcel pun dengan berat hati membuka kaca mobilnya.
"Kakak mau kemana?" Tanya shania.
Marcel menghembuskan napas panjang, sambil menatap malas pada shania yang terlalu posesif sebagai adik.
"Aku ada urusan penting" jawab marcel.
Tapi tidak semudah itu marcel menjawab, dan membuat shania percaya begitu saja. Shania semakin curiga dengan marcel yang akhir-akhir ini selalu pergi sampai tidak pulang ke rumah.
"Dari kemarin urusan penting terus, tapi pentingnya kakak itu bukan untuk kantor kan!" Curiga shania.
Marcel turun dari mobil, dan meminta jacob untuk masuk ke dalam.
"Jacob bakal masuk ke dalem, tapi om sama mama janji jangan berantem" kata jacob sedih, yang memang sudah berkali-kali anak itu melihat marcel dan shania sering bertengkar.
*marcel tersenyum*
"Iya, om janji" kata marcel, sambil membelai rambut pendek jacob.
Jacob pun mulai masuk ke dalam rumah, dan meninggalkan dua orang dewasa yang kini saling melempar tatapan.
"Sekarang kakak jujur sama aku, kemana akhir-akhir ini kakak suka pergi? Kenapa alasan kakak pergi selalu aja karena urusan yang penting. Tapi urusan penting kakak itu bukan untuk kantor, tapi untuk yang lain kan!" Shania mulai meluapkan apa yang selama ini dicurigainya dari marcel.
"Dan asal kak marcel tau, sebulan lebih ini aku selalu dapat laporan dari orang kantor kalo kakak sering absen. Itu artinya urusan penting kakak selama ini memang bukan untuk kantor, tapi untuk dua perempuan di rumah sakit kemarin itu kan?!" Marcel terkejut mendengar ucapan shania.
Bagaimana bisa shania tau jika kemarin ia berada di rumah sakit. Dan dua perempuan yang shania maksud itu pasti ve, dan juga naomi.
*itu artinya kemarin shania ngikutin aku, dan selama ini dia juga udah curiga sama aku* batin marcel yang masih tak percaya dengan apa yang ia dengar dari shania.
"Siapa dua perempuan itu sebenarnya kak? Apa salah satu dari mereka adalah ve?" Tanya shania, yang meyakinkan jika dugaannya kemarin itu benar.
Kini marcel sedang mencoba mencari jawaban yang pas untuk shania.
"Shan-" tiba-tiba marcel menghentikan ucapannya, ketika ia mendengar suara teriakan dari dalam rumah.
"MAMA!"
Kini suara teriakan itu semakin jelas, dan dapat didengar oleh shania.
"MA...MAMA!" teriak jacob, yang tiba-tiba muncul sambil berlari ke arah shania, dan marcel.
"Sayang, ada apa kamu teriak-teriak kaya gitu?" Tanya shania, pada jacob yang terlihat ngos-ngosan.
"Adek ma, adek muntah" jawab jacob, yang detik itu juga membuat shania dan marcel panik, lalu berlari masuk ke dalam rumah.Sementara di rumah ve, naomi terus menerus menanyakan keberadaan marcel yang tak kunjung datang. Malam pun semakin larut, marcel sendiri tidak bisa ve hubungi.
"Sayang, kamu tidur dulu aja ya. Nanti kalo daddy dateng, bubi bangunin kamu" kata ve, yang berkali-kali memberikan naomi pengertian.
"Kalo malam ini daddy gak dateng, naomi gak mau lagi ketemu daddy!" Naomi pun meringkuk, menutup seluruh badannya dengan selimut setelah mengucapkan kekesalannya tadi kepada ve.
Ve hanya bisa menggeleng kepala, melihat sikap naomi yang semakin bergantung pada marcel.
*kak marcel memang pria yang baik, dan sosok ayah idaman. Tapi sayang, aku tidak pernah bisa jatuh cinta dengannya* batin ve yang membayangkan sosok marcel dikehidupannya selama ini.
"Bunda" panggil naomi, membuat ve yang sedang melamun tersentak kaget.
"Apa" jawab ve
"Sini" kata naomi, yang meminta ve untuk tidur di sampingnya.
Tanpa penolakan, ve pun merebahkan tubuhnya di samping naomi.
"Naomi mau tidur ditemenin bunda" pinta naomi, yang sudah menghadap ke arah ve. Memeluk ve, dan meneggelamkan wajahnya di leher panjang ve.
"Kalau bubi ingat-ingat lagi, kita udah lama banget ya gak tidur bareng kaya gini. Terakhir kali kita tidur bareng itu waktu kamu masih kelas 3 SMP. Dan semenjak kamu masuk SMA, kamu udah gak mau lagi tidur sama bubi" ucap ve sedih
Sedangkan naomi tersenyum gemas melihat ekspresi lucu ve yang sedih."Bunda jangan kaya gini. Nanti naomi cium lho" goda naomi, sambil menusuk pipi chubby ve.
"Mau dong dicium sama kesayangannya bubi" balas ve, yang justru merespon godaan naomi sambil mengarahkan pipi chubbynya ke arah bibir naomi.
Naomi yang sudah gemas pun langsung mencium pipi chubby ve. Membaut sang empunya merasa geli, dan mencium balik naomi.
"Udah malem, bobo yuk" ajak ve pada naomi yang sudah terlihat lelah karena terlalu banyak tertawa.
*naomi mengangguk*
Dan mulai memejamkan matanya. Tak lupa tangannya ia lingkarkan di tubuh ve, yang dibalas oleh ve dengan usapan lembut di kepala naomi.
"Selamat tidur kesayangan bubi" ucap ve pelan, sambil mencium lembut kening naomi.
"Selamat tidur juga bubi" balas naomi, yang tanpa ve duga kesayangannya itu memanggilnya bubi.
*Ve pun tersenyum senang mendengarnya*
Dan berharap naomi akan terus memanggilnya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I love you, bunda [END]
Historia Corta"Dia milikku, bukan milikmu!" Cerita ini mengandung unsur dewasa.